Banyak yang mendefinisikan berkah sebagai "ziyadatul khair", bertambahnya kebaikan dalam sesuatu. Ada pula yang mengartikan dengan "tsubutul khair al-ilahy fi as-syai'", adanya kebaikan ilahi dalam sesuatu.
Kita memaknai itu dengan sederhana. Yah, sesuatu yang memiliki kebaikan didalamnya, dan kebaikan itu senantiasa bertambah bisa kita kategorikan sebagai hal yang memiliki berkah.
Tapi mengapa "sesuatu"? Sebab keberkahan tidak hanya masalah harta benda saja. Bukan cuma perkara rejeki. Tapi rumah tangga, keturunan, ilmu pengetahuan yang kita miliki, usia, dan waktu semua juga berpotensi ada keberkahan didalamnya.
Mengapa kebaikan? Kadang kita temukan, ada harta benda yang tak punya kebaikan sama sekali. Digunakan untuk kejahatan dan dosa. Untuk sekedar menumpuk kekayaan, dipamerkan, dipakai hanya untuk diri sendiri. Orang lain kesulitan untuk merasakan manfaatnya. Ringkasnya, harta itu seolah-olah sangat berat jika mau digunakan untuk sesuatu yang berpahala.
Keberkahan dalam rejeki, bisa kita lihat dari manfaat yang terasa dalam kehidupan sehari-hari. Rejeki itu kian mendatangkan kebaikan dan manfaat dalam hidup, menimbulkan rasa bahagia yang tak semu. Rejeki itu terasa ringan untuk disedekahkan, untuk digunakan dalam rangka kebaikan, untuk agama, dan lain-lain. Entahlah walaupun sedikit, namun terasa cukup.
Sementara rejeki yang tidak berkah atau kurang berkah, cenderung berat rasanya bila hendak digunakan untuk kebaikan. Daripada disumbangkan atau disedekahkan, lebih ringan rasanya kalau dipakai untuk keperluan pribadi yang tak begitu penting, yang tidak mendatangkan pahala.
Itulah sebabnya ada ulama yang mengatakan, kalau harta yang halal menimbulkan rasa semangat dalam beribadah. Tapi harta yang haram menyebabkan rasa malas dalam diri untuk melakukan hal-hal baik.
Kita juga bisa menemukan keberkahan dalam banyak hal. Keturunan yang memiliki karakter yang baik, tidak terputus, dan bisa membahagiakan orangtuanya. Memiliki keluarga yang bahagia.
Waktu yang berkah bisa dirasakan dari betapa bermanfaatnya waktu tersebut. Digunakan untuk ibadah dan kebaikan. Seakan-akan tak ada waktu yang terbuang sia-sia kecuali sudah diisi dengan hal positif. Dan kadang waktu yang tidak berkah hanya berlalu begitu saja tanpa arti. "Tak terasa sudah hari Sabtu lagi. Padahal rasanya baru kemarin saja."
Usia yang berkah, bisa diketahui dari betapa bergunanya hidup seseorang. Ada orang yang hanya hidup empat puluh tahun, namun memiliki prestasi dalam karya dan juga kontribusi yang luar biasa bagi agama. Namanya dan jasanya terus dikenang bahkan hingga ratusan tahun setelah ia tiada.