Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Cerpen tentang Seorang Kawan

28 Oktober 2020   14:04 Diperbarui: 28 Oktober 2020   14:12 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Setelah lama tak bikin cerita pendek yang sangat pendek)

***

Jadi saya tak ingat tanggal berapa saya terakhir kali bertemu dengannya. Namun saya ingat kapan terakhir kali dia mampir berkunjung ke rumah saya. Oleh-oleh makanan manis yang dia bawa itu seperti masih terasa manisnya.

Sudah malam waktu itu, dan apakah saya mengantuk? Saya bahkan tak ingat apa yang dibicarakan. Banyak hal yang terjadi seperti baru kemarin saja, ternyata sudah dua tahun lebih tidak ketemu. Rumah saya mungkin sudah cocok disebut gua, dimana orang menjelma pertapa hingga lupa waktu. Lupa keluar rumah.

Dan meskipun jarang sekali bertemu, masih teringat jelas siapa-siapa saja dulu, dengan kisah lucu mereka yang pernah menemani waktu walaupun sebentar. Apalah yang paling bisa diingat jika bukan euforia dan tawa juga canda? Jika dia pernah menjelaskan kepada saya tentang suatu hal yang berbau ilmiah, saya mungkin sudah lupa. Atau saya yang menjawab pertanyaan konyol, saya juga sedikit lupa. Lalu apa cerita hari ini?

Semua kawan memiliki keunikan masing-masing yang mampu menjadi pengingat lupa. Si A mungkin diingat karena selalu terlambat hadir sekolah. Si B mungkin diingat sebab selalu dihukum berdiri di kelas. Si C mungkin diingat karena jika dia bercerita, maka kisahnya akan bikin orang satu benua terpingkal-pingkal. Sementara dia, saya ingat mungkin karena keluguannya, dan kalau mandi dia cepat sekali dulu. Oh iya, tentu saja dia jagoan makan di komunitas kami. Tak ada porsi yang berlebihan, sebab satu nampan raksasa bisa dihabiskan.

Rasanya baru kemarin saja, bersalaman dan berkenalan. Saya sudah salah persepsi, dibalik tubuhnya yang gempal nan tinggi besar, dia menyembunyikan usia super belia. Rasanya mungkin jadi seperti tersaingi bila ada yang ternyata lebih muda dari saya. Tapi tentunya kita tak bicara siapa yang lebih tampan...

Rasanya baru kemarin saja saat saya mencoba tidur dan ada tubuh besar kekar yang mendadak mengacaukan segalanya. Tempat sebesar lapangan jadi sempit rasanya, bukan karena ada pembangunan. Tapi ada pemain baru yang masuk. Namun meskipun begitu, dialah yang sedikit banyak menjadikan tanah tak bertuan jadi ramai. Mengingat tawanya, walaupun aslinya sedikit garing.

Sudah hampir sepuluh tahun, dan jam dinding masih seperti dulu. Jangan-jangan ini masih seminggu yang lalu? Tapi kenyataan selalu menyadarkan kita bahwa takdir tentang masa depan mana yang bisa kita tebak? Misalnya tentang pertanyaan siapakah yang akan menikah lebih dulu...

Jika saya tahu dia yang lebih dulu punya cucu, mungkin dulu waktu masih sering bertemu saya akan menjabat tangannya lebih keras. Jabatan tangan itu tak akan saya lepas sebelum pertanyaan saya terjawab olehnya, saya dengar dari mulutnya; apakah tipsnya? Bagaimana kamu bisa melakukannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun