Apakah kita hanya sekedar tak suka, atau kita benar-benar hendak patuh untuk mengajak orang lain agar jangan lagi berdosa? Apakah setiap kekeliruan perlu mendapat tatapan sinis? Jika itu terjadi, darimana seseorang bisa bercermin. Apakah kita sekedar menutup celah busuk dengan warna pelangi yang indah? Kemudian dengan bangga mengatakan kalau "apa yang aku lakukan tidak salah."
Sejahat-jahatnya manusia bukanlah setan, manusia tetaplah manusia. Tapi manusia juga bukanlah hakim. Jadi kita tak seharusnya mengambil alih peran menjadi seolah paling berhak mengutuk atau memberikan kebahagiaan. Kita manusia sekedar memperjuangkan. Seperti yang Ernest Hemingway pernah bilang, "The world is a fine place and worth fighting for."
Kita tak seharusnya menuntut hasil. Dan jika masih mendambakan dunia yang nyaman tanpa kesalahan, kita bisa saja memilih untuk hidup seorang diri di bulan.
***
Sekian...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H