Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Curhat Saya tentang Bahasa

20 Juli 2020   05:39 Diperbarui: 20 Juli 2020   05:40 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sikap rendah hatinya itu mungkin menolak kesombongan. Bukankah Iblis nenek moyang setan itu jatuh karena dia membanggakan apa yang jadi miliknya?

Saya tidak mencoba menafsirkan kata-kata kawan saya secara esensial. Sebab mungkin saja saya salah. Jadi saya hanya mengutipnya secara harfiah.

Setiap bahasa memiliki kelebihan (dan jangan lihat kekurangannya). Bahasa Jawa identik dengan sopan santun. Saat bicara dengan yang lebih tua orang akan menggunakan bahasa merendah. Bukankah orang Jawa melakukan dua hal sekaligus saat mereka bicara? Memberikan penghormatan, sekaligus mengutarakan isi hatinya.

Bahasa Inggris punya keistimewaan. Dan lagi-lagi jangan memandang kekurangannya. Sebab bagi aktivis feminisme dan gender, sedikit ketidaksukaan dengan bahasa akan membuat mereka terkadang jadi mempermasalahkan, mengapa kata ganti laki-laki dan perempuan perlu dibedakan.

Dan kawan saya benar tentang tujuan akhir sebuah bahasa. Yang tak sekedar jadi pemersatu. Para pemilik otak polyglot, jago-jago kosa kata sekalipun mungkin akan mengakui, saat ditanya alasan paling bijak seseorang belajar bahasa asing. Yang bukan bahasa ibu mereka.

Susah payah orang menghafal past present, istilah sulit semacam noun, verbal, atau apalah dalam bahasa Inggris sebenarnya agar dia bisa memahami pemikiran yang tersembunyi dalam bahasa tersebut. Bahasa bukan tujuan akhir. Tujuan akhirnya adalah memahami wawasan apa yang terkandung dalam bahasa itu sendiri.

Apalah yang perlu dibanggakan, saat orang menguasai bahasa asing, namun enggan belajar budaya dan pengetahuan bangsa lain?

Akhirnya mungkin jadi sekedar terlihat keren saja. Agar jika berbicara keras-keras di sebuah halte bus lewat telepon, orang lain jadi minder dan mengecap dia berpendidikan. Lebih-lebih jika yang dipelajari adalah bahasa Arab. Kata kawan saya, mungkinkah ada yang sekedar belajar bahasa Arab supaya dikata orang kalau di dunia ini dia bisa berbahasa surga?

***

18 Juli 2020 M.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun