"Menarik, penting, dan sebagainya, adalah sesuatu yang dilihat, didengar, dirasa, dan dipikirkan, tak perlu dipilah lagi, bagaimana yang dirasa, bagaimana yang dipikir, segalanya dialami sebagai totalitas --seperti hidup, kita tidak berpikir lagi, 'wah, saya sedang bernapas nih,' atau 'wah, jantung saya sedang berdetak nih'. Kita hanya hidup saja.
Kita hanya bisa menulis karena kita ini hidup. Kehidupan adalah jendela penulisan. Tubuh kita adalah sebuah ruang yang jendelanya tertutup dan gelap bila kita tidak-hidup (atau hidup tapi cuma bengong). Jendela itu akan terbuka, dan kita akan melihat mendengar merasakan memikirkan merenungkan apa saja."
***
Seharusnya menulis itu merupakan hal yang menyenangkan. Aktifitas mental yang bisa menenangkan diri.
Gak ada yang mengharuskan seseorang menulis. Dan memang gak ada. Maka motivasi sederhana menulis kadang hanya sebatas mencatat apa yang pernah seseorang baca. Juga sekaligus media pembentukan karakter. Menulis adalah pekerjaan mental. Lebih lanjut, memang karena itu layak dijadikan sebagai hobi. Dan tak butuh alasan rasional untuk melakukan hal yang disukai seseorang.
Jadi, sepanjang bisa enjoy dan menikmati, gak masalah. Asalkan jangan sampai akhirnya justru merasa terbebani.
Kalau menurut pengalaman seorang jurnalis senior, andaikan orang lain butuh hiburan saat melakukan pekerjaan mereka, maka dengan beliau menulis, malah beliau sedang menghibur diri sambil bekerja.
Jika lelah, bisa rehat sejenak dengan nyambi main game, mendengarkan musik, atau nonton film.
"Menulis bukanlah hobi singular seperti menjahit atau memasak. Hobi menulis harus dibarengi hobi membaca, hobi mengobservasi, hobi belajar hal baru. Sedap, bukan?"
***
Salah satu ciri-ciri sudah bisa konsisten melakukan sesuatu, adalah saat seseorang sudah bisa melakukan sesuatu tersebut seperti dia sedang bernafas.