Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Menggali Ide dan Menemukan Inspirasi dalam Tulisan

6 Juli 2020   05:51 Diperbarui: 6 Juli 2020   05:52 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

____________

Seno Gumira Ajidarma pernah mengatakan, "belajar menulis adalah belajar menangkap momen-momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh umat manusia."

Menulis adalah proses memindahkan ide ke alam nyata. Menjadikannya abadi dan bisa bertahan lama. Tidak menguap begitu saja dalam kepala. Lalu hilang tak tentu arah dan rimbanya.

Kadang ide yang sudah hilang dari kepala, karena gak ditulis akan lebih sulit dicari daripada terpidana kasus terorisme. Pesakitan itu bisa dilacak karena mereka meninggalkan jejak. Sementara ide? Kadang selalu saja datang tak dijemput, dan pulang tak diantar.

Jadi, menulis adalah tentang mendengar apa yang kepala kita katakan. Gak perlu memaksa muncul ide. Sebab ide ada dimana saja. Kita bisa menangkap itu dalam kebersahajaan daun yang jatuh tertiup angin. Atau sebentuk kesadaran melihat ke luar jendela. Inspirasi selalu ada dimana saja. Jika sudah benar-benar bisa menikmati dunia menulis.

Inspirasi tak perlu dicari dengan cara aneh seperti "bergelantungan di gedung pencakar langit" misalnya. Atau berpetualang keliling dunia. Insipirasi itu terkadang ada di kepala sendiri. Atau dalam lubuk hati yang terdalam. Dengarkan hatimu yang bersuara pelan itu. Apa yang dia ingin katakan padamu?

"Seorang penulis mempertaruhkan hidup untuk setiap kata terbaik yang bisa dicapainya.

Ia menghayati setiap detik dan setiap inci dari gerak hidupnya, demi gagasan yang hanya mungkin dilahirkan oleh momentum yang dialaminya.

Menulis adalah suatu momentum. Tulisan yang dilahirkan satu detik ke belakang atau satu detik ke depan akan lain hasilnya, karena memang ada seribu satu faktor yang sebenarnya misterius dalam kelahiran sebuah tulisan." (Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara. Halaman 128.)

"Dengan begitu, menulis sebenarnya tidak
lebih rendah dan tidak lebih mulia dari bidang tugas apa pun yang bisa dipilihkan untuk manusia.

Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa - suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun