Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membedakan antara Open Minded dan Close Minded

30 Juni 2020   05:30 Diperbarui: 30 Juni 2020   05:48 5074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada open minded maka ada close minded. Kebalikan dari open minded itu sendiri. Dan karena kebalikan, maka saya tak perlu mengulang keterangan. Karena penjelasan tentang close minded sepaham saya adalah hampir semua yang bertentangan dengan apa yang dianut oleh orang yang berpaham open minded.

Biasanya ciri-ciri saat orang berpemikiran close minded adalah cenderung menolak gagasan saat bertentangan dengan pemahaman yang dianutnya. Atau yang dalam taraf ekstrim mungkin akan fanatik dengan hanya menerima pendapat dari golongannya.

Tanpa melihat dan meneliti kembali ada kebenaran apa dibalik pendapat yang bertentangan dengan apa yang dianutnya. Tentunya sikap semacam konservatif berlebihan, atau mengutamakan emosional adalah hal yang tidak dianjurkan. Padahal itu biasanya ciri-ciri saat orang berpikir close minded.

Jika open minded, biasanya akan lebih kreatif untuk berubah. Dan menerima masukan, meskipun bertentangan dengan arus utama. Menjunjung tinggi toleransi, dan menerima perbedaan meskipun bukan dari golongannya. Seperti sikap yang diajarkan oleh almarhum Gus Dur. Beliau juga cenderung humoris dan kritis. Namun bukan dalam rangka selalu mengkritisi.

Ciri-ciri saat benar-benar bisa open minded mungkin adalah saat bisa tidak mudah tersinggung. Dan merasa ada perasaan khawatir jika pendapat yang dianut olehnya ternyata salah. Dengan itu, seseorang akan bisa menerima masukan.

Ditambah lagi, orang yang open minded biasanya lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Kebalikan dari close minded, yang lebih banyak bicara daripada mendengarkan. Orang yang open minded lebih suka berdiskusi, sementara close minded lebih suka berdebat.

***

Inilah mungkin rahasia terpendam yang diajarkan dibalik maqolah imam Syafi'i yang terkenal itu. Beliau mungkin menanamkan untuk selalu open minded.

Imam Syafi'i mengatakan "pendapat saya benar", memahami itu saya menginterpretasikannya sebagai keteguhan untuk memegang prinsip. Dan kata-kata selanjutnya, "tapi pendapat saya mungkin salah", berarti sepaham saya beliau selalu bisa menerima masukan.

Kesimpulannya bagi saya, tidak seharusnya open minded diarahkan ke ranah negatif dengan menerapkan semua masukan tanpa prinsip. Seolah-olah tak ada filter sama sekali.

Maka akhirnya kembali kepada kebijaksanaan masing-masing. Kadang penting berpikir open minded. Tapi kadang malah menurut saya juga penting untuk tidak peduli dengan kondisi yang bukan ranah dan urusannya. Penjelasannya jadi sungguh rumit dan kompleks...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun