_____________
"Pesan ini akan tiba padamu, entah dengan cara apa. Bahasa yang kutahu kini hanyalah perasaan. Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu tanpa perlu alat. Aku menemuimu tanpa perlu hadir. Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini kumiliki segalanya." (Rectoverso. Halaman 32)
Membaca itu, ingatan saya melayang kepada puisi Sapardi yang terkenal itu.
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada."
Baik Sapardi Djoko Damono, ataupun Dee Lestari, sama-sama sepakat dalam menggambarkan cinta tanpa syarat. Cinta yang entahlah karena apa.
***
Seperti tak ada yang menyangka bahwa seorang penyanyi seperti Dewi Lestari juga pandai bertutur dan memainkan kata-kata. Hingga akhirnya novel jilid pertama dari heksalogi Supernova terbit, dan banyak orang terpukau membacanya.
Dengan nama pena Dee, penggemar buku mana yang tak tahu karya-karyanya?
Dari mulai prosa, cerpen, hingga novel pernah ditulisnya. Dan salah satu kumpulan cerpen Dee terhimpun dalam buku Rectoverso. Selain juga Filosofi Kopi (yang juga berisi prosa).
Buku Rectoverso adalah buah karya dari ide dan kreatifitas seorang penulis lagu. Saat Dee menulis lagu Hanya Isyarat, dia sekaligus menemukan inspirasi dan bentuk lain untuk esensi dari lagu itu dalam sebuah cerpen yang berjudul sama.