Pertama kali perang pecah, Winston Churchill masih menjabat panglima tertinggi angkatan laut. Neville Chamberlain mengambil keputusan berisiko untuk menyatakan perang kepada Jerman. Saya gak begitu tahu apakah kondisi militer Inggris waktu itu sudah benar-benar siap tempur dengan Jerman yang terkenal maju peralatannya. Tapi yang jelas, itulah risiko yang diambil seorang pemimpin.
Ketika situasi makin memburuk, Norwegia jatuh dalam kekuasaan Jerman tahun 1940, Neville Chamberlain makin kehilangan dukungan dari partai politik di Inggris. Kedudukannya makin lemah. Semakin kehilangan kepercayaan dari orang-orang.
Saya gak tahu persis ada berapa partai saat itu. Semua makin tidak percaya pada Neville Chamberlain. Akhirnya dia mengundurkan diri. Kita bisa melihat reka adegan kegaduhan pertemuan politik di parlemen waktu itu di film Darkest Hour ini. Semua orang berteriak-teriak pada suatu malam di Mei 1940 M.
Awalnya yang dicalonkan sebagai pengganti adalah Viscount Halifax. Tapi Halifax sendiri awalnya menolak.
Selanjutnya Winston Churchill tampil. Dia mendapatkan banyak dukungan. Dia digadang-gadang mampu membawa Inggris kepada kemenangan.
Awalnya Raja George VI sempat ragu dengan kepemimpinan Churchill sebagai perdana menteri. Tapi berhubung "gak ada orang lain" yang dipandang memungkinkan menduduki jabatan tersebut, akhirnya mau gak mau ya harus.
Pada pidato pertama di parlemen, Churchill dengan tegas tidak akan menempuh jalan damai atas masalah Jerman. Dia berkeras kepala untuk menolak negosiasi. Perang harus dilanjutkan sampai menang. Itu yang saya pahami. Waktu itu Inggris masih memiliki harapan besar untuk menang.
Keputusan ini membuat ada rasa ketidaksukaan dari Halifax dan Naville yang cinta damai. Kita tahu bahwa Churchill pernah menjabat di militer sebelumnya. Punya pengalaman militer. Sudahlah, agak panjang nanti intrik drama antara tiga orang penting ini. Churchill, Neville, dan Halifax.
Intrik politik dibalik gemuruh peperangan yang diangkat dalam kisah ini menarik. Banyak dari kita mengira bahwa seluruh Inggris mau berperang melawan Jerman. Kenyataannya tidak. Banyak juga dari mereka yang sebenarnya tidak mau berperang dan ingin melakukan negosiasi. Tapi Winston Churchill adalah orang yang teguh pendiriannya. Dia yang pegang kemudi, jadi dia yang memutuskan. Entah orang lain setuju atau tidak, itu urusan biasa. Hidup selalu penuh kontroversi. Dimana-mana juga begitu.
Bayangkan saja anda adalah Winston Churchill. Keputusan apa yang akan anda ambil? Lanjut perang, atau berdamai? Sudah pasti jika lanjut perang akan banyak yang gak setuju karena gak siap melawan kekuatan militer Jerman yang lebih superior. Tapi kalau mau berdamai ya berarti juga harus siap dikecam orang di seluruh dunia. Ibarat buah simalakama.
Bayangkan bagaimana kecewanya rakyat Polandia. Bagaimana kecewanya rakyat Inggris yang sudah terdampak. Bagaimana malunya kerajaan Inggris yang dulu memenangkan perang dunia pertama. Kok sekarang mau mengalah. Dan mengakui bahwa Jerman hebat. Dan silahkan pemerintah Jerman mau melakukan apa saja sesuka hati. Inggris gak bakalan ikut campur. Bayangkan sendiri jika anda adalah Winston Churchill. Jadi, saran saya sebagai penikmat sejarah ya cukup berada di posisi netral. Wong sudah terjadi ya sudah.