Saya ingat dawuhnya Gus Bahak, beliau mengutip dawuh sufi, bahwa kehidupan adalah pemberian dari Allah untuk kembali kepada Allah... Demikian pula kematian.
Menurut pakar bahasa, "Hong","hom", atau "om" memiliki arti Tuhan. Itu mirip kita temukan dalam salam umat non muslim, "Om su asti astu". Om, berarti Tuhan. Su berarti baik. Asti berarti berada. Sedangkan Astu punya makna semoga. Jadi, kurang lebih jika diterjemahkan menjadi "Semoga selamat atas rahmat Tuhan". Itu yang saya baca dari sebuah sumber yang saya sudah lupa dimana.
Kenapa harus ada "gambreng" segala? Ya ini kan untuk anak-anak. Gambreng itu bisa diartikan kalau kita mengadakan baris berbaris, berarti sesudah mengucapkan aba-aba "siap", kemudian dipertegas dengan kata "grak!".
Orang dulu pandai sekali menanamkan nilai-nilai moral. Bahkan permainan anak kecil saja ada pelajarannya. Saya gak tahu, tapi dilihat secara eksplisit petuahnya bagus sekali. Sejak kecil sudah dibiasakan dengan hal semacam itu. Sekarang apakah kita bisa mentradisikan hal semacam itu? Mengajarkan kebudayaan secara halus dan diam-diam, dalam sebuah permainan yang dilakukan setiap anak kecil pada masa itu.
Kalau kita bermain hongpimpa, biasanya menggunakan tangan. Terserah pilih sisi yang putih atau hitam. Nha, ternyata di situ juga ada pelajaran. Saya pernah baca itu di sebuah forum diskusi. Jadi, saat bermain hongpimpa kita dituntut legowo dan nrimo ing pandum. Kita berani mengambil konsekuensi dari sisi tangan hitam atau putih yang kita pilih. Berarti kita sanggup untuk bertanggung jawab atas tindakan kita tersebut. Jika kita kalah. Apapun keputusan yang kita ambil, harus siap dengan segala akibatnya.
Hongpimpa juga mengajak kita bermusyawarah. Mengajarkan nilai-nilai kerukunan sejak dini. Menghargai dan menerima pendapat dari setiap orang yang ada di komunitas. Bukankah itu bagus?
Betapa orang dulu mengajar anak kecil dengan budi luhur. Lewat permainan, atau lagu-lagu Jawa kuno. Sekarang semua itu sudah hampir gak ada. Gak begitu kita lestarikan. Tergantikan oleh permainan gawai. Akankah gak sayang, jika nilai-nilai mulia itu juga akhirnya hilang. Dan anak cucu kita gak tahu?
Selamat pagi...
Selasa, 14 April 2020 M.
Terimakasih telah membaca. Jangan sungkan untuk mengoreksi dan berbagi pengalamannya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H