Juni 1944 adalah hari yang sangat sibuk di Inggris. Itu adalah hari yang ditentukan untuk Operation Overload. Dan beberapa hari sebelum hari H, dermaga-dermaga di Inggris begitu ramai dengan kapal-kapal. Orang-orang sibuk memasukkan muatan yang terkait dengan jalannya operasi tersebut.
Semua orang penuh semangat menyambut invasi Normandia. Rata-rata sudah tak sabar lagi, karena memang sudah jenuh dengan latihan-latihan militer selama berbulan-bulan. Banyak dari mereka ingin segera melakukan misi ini. Cepat selesai artinya cepat pula bisa memulai kehidupan baru.
Ditengah hiruk-pikuk menyambut D-Day, Winston Churchill, perdana menteri Inggris mendatangi Eisenhower, panglima tertinggi operasi tersebut. Winston Churchill memang politikus dan pejabat, bukan tentara, tapi sebagai warga negara Inggris, tentunya ia juga ingin andil dan ikut menyaksikan langsung pertempuran ini. Meskipun dari jauh. Berbondong-bondong sudah, begitu banyak orang yang mendaftarkan diri sebagai sukarelawan. Euforia saat itu tentu tak bisa kita bayangkan.
Terang-terangan, Churchill mengatakan kepada Ike untuk ingin ikut serta langsung dalam Operation Overload. Ia ingin turut dapat menyaksikan dari salah satu kapal penjelajah ringan, HMS Belfast.
Tentu saja Ike menolak permintaan Churchill tersebut. Meskipun menumpang kapal penjelajah dan tidak turun ke lapangan, bukan berarti itu tidak berisiko sama sekali. Bisa saja U-Boat Jerman menenggelamkan kapal tersebut sewaktu-waktu.
"Tentu, tidak ada orang yang mau kena tembak." Kata Eisenhower, "tetapi harus saya akui, lebih banyak orang yang ingin ikut daripada yang tidak dalam invasi yang satu ini."
Eisenhower tidak mau tahu. Ia tak ingin mengambil risiko sekecil apapun kehilangan seorang perdana menteri saat masa perang. Itu bisa menurunkan moral pasukan. Baginya, Churchill terlalu berharga. Ia harus tetap tinggal di Inggris.
Jenderal Ike mengisahkan, kala itu Churchill memberikan pertanyaan logis agar bisa tetap ikut. "Kau memegang komando operasi semua angkatan, tetapi kau tidak punya wewenang di bidang administrasi untuk menentukan susunan awak kapal."
Ike mengiyakan.
"Kalau begitu, saya bisa ikut sebagai awak salah satu kapal Kerajaan, dan kau tidak dapat melarang." Kata Churchill, sebagai kata-kata skak mat.
Churchill tak peduli. Apapun risikonya ia tetap ingin ikut. Dalam hal ini akhirnya Eisenhower tak bisa berkutik.
Tak mau bertaruh dengan bahaya, Eisenhower memanggil kepala stafnya, Jenderal Walter Bedell Smith. Ia minta Jenderal Smith menghadap Raja George V untuk melunakkan hati Churchill. Mungkin hanya Raja George V satu-satunya orang yang bisa membujuk Churchill saat itu.
Setelah Jenderal Smith menghadap dan mengutarakan maksudnya, Raja George V mengatakan, "Serahkan soal Winston kepada saya."
Raja George V akhirnya memanggil Churchill. Dengan menjebak ia mengatakan pada Churchill yang tetap keras kepala. "Baik kalau
begitu, selama kau rasa ada baiknya untuk ikut, saya pikir juga menjadi kewajiban saya untuk menyertaimu."
Kini Churchill yang dibuat tak bisa berkutik. Mau tak mau dia mengurungkan niatnya tersebut.
Kalau sudah jadi orang tua, kadang-kadang hanya mereka yang lebih tua yang bisa menasihati... ^_^
Kamis, 09 April 2020 M.
Selamat pagi.
In frame: Winston Churchill dengan simbol V andalannya, yang melambangkan kata Victory. Kemenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H