Pope demands Sunday to be a day of Rest!
Pepatah “beberapa hal tidak akan pernah berubah” mungkin tidak berlaku untuk semua kasus. Terlebih menyangkut kepausan dari keuskupan Roma, analogi diatas lebih terbukti. Pada tanggal 6 Juni 2012, Paus Benediktus XVI menyatakan kepada hadirin yang sangat antusias, yang terdiri dari 15.000 peziarah di pusat kota St. Peter, Kota Vatikan, bahwa “hari Minggu harus menjadi hari istirahat untuk semua orang”. Alasannya, perlunya menghabiskan waktu dengan keluarga dan dengan Allah. Paus melanjutkan dengan mengatakan:
“Dengan mempertahankan hari Minggu, kita membela kebebasan manusia … hari Minggu adalah hari Tuhan dan hari manusia, hari bagi semua orang untuk mampu memiliki kebebasan – bebas untuk bersama keluarga dan bebas untuk bersama Allah”
Terlepas dari daya tarik sentimen yang menyangkut keluarga dan Tuhan, sebetulnya ini bertentangan 100% dengan Firman Allah. Menurut Kejadian 2:1-2 dan Keluaran 20:8-11, hari Sabat, hari istimewa Tuhan untuk beristirahat, adalah hari yang ketujuh dalam minggu, dan bukan yang pertama.
Dan hari ketujuh adalah hari Sabtu, dan bukan hari Minggu. Yesus sendiri berkata dalam Markus 2:28 bahwa ia adalah “Tuhan atas hari Sabat”. Yang sekali lagi berarti bahwa hari Sabtu (yang adalah hari ketujuh dalam minggu) dan bukan hari Minggu (yang merupakan hari pertama dalam minggu) adalah HARI TUHAN.
Jadi, mengapa Paus yang seharunya memiliki pengetahuan tinggi ini membuat pernyataan seperti ini? Tentunya masih ada Imam yang memiliki Alkitab di tempat tertutup yang berhiaskan emas, di Vatikan. Tentunya Paus, yang dapat berbicara berbagai bahasa yang berbeda dengan lancar, dapat menguraikan kata-kata bahasa Inggris ejaan lama versi King James. Dan tidak salah bila salah satu Imam mezbah pria Vatikan, sementara mempersiapkan missa, telah menemukan dan membaca kebenaran yang nyata dan mendalam tentang hal ini. Namun kenyataannya adalah, walaupun Paus Benediktus XVI dan seluruh Uskup Agung, mengetahui persis apa yang Alkitab ajarkan tentang hal ini, mereka tidak peduli.
Menurut kata-kata Kardinal Gibbon, Kardinal Katolik yang sangat dihormati:
“Anda bisa membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu, dan Anda tidak akan menemukan satu barispun yang memberikan wewenang untuk menguduskan hari Minggu. Alkitab menegakkan ketaatan pemeliharaan hari Sabtu, hari yang kita tidak pernah kuduskan ” James Kardinal Gibbons, The Faith of Our Fathers (1917 ed.), Pp.72, 73.
Sebuah hari yang tidak pernah mereka sucikan? Keberanian Gereja Katolik Roma, menyatakan otoritas mereka lebih tinggi dalam menyatakan sesuatu yang suci daripada kedaulatan Allah terhadap hari yang telah dinyatakan suci oleh-Nya, adalah bukti yang cukup untuk mengidentifikasikan sistem religius yang keliru ini, dan wakil-wakilnya, kepada apa yang disebutkan dalam kitab 2 Tesalonika 2:3-4 sebagai “manusia durhaka …. yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah”.
Wahyu 13:11-17 telah memperingatkan bahwa DI MASA DEPAN YANG JANGKA WAKTUNYA SANGAT DEKAT, Amerika Serikat, binatang yang keluar dari bumi, yang memiliki dua tanduk seperti anak domba dan berbicara sebagai naga (Wahyu 13:11), akan menganugerahkan kepada Kepausan, Binatang pertama dalan Wahyu 13:1-5, kekuatan sipil yang dibutuhkan untuk menegakkan dogma mereka yang mematikan kepada masyarakat. Dengan demikian menyembuhkan luka parah yang mematikannya (Wahyu 13:3). Dan ketika hal ini dikumandangkan, pasti akan, kita sudah diperingatkan:
“Dan ia membuat semua, baik kecil maupun besar, kaya dan miskin, merdeka atau hamba, untuk menerima tanda di tangan kanan mereka, atau di dahi mereka: Dan bahwa tidak ada seorangpun dapat membeli atau menjual, kecuali ia yang memiliki tanda, atau nama binatang, atau bilangan namanya “(Wahyu 13:15-16).
Sebagai penutup, lihat pertanyaan Paus Pious XII dan respon dari editor MAJALAH EXTENSION KATOLIK:
Thomaston, Georgia, 22 Mei 1954
Paus Pius XII, Roma, Italia
Kepada Yth,
Apakah tuduhan ini benar, bahwa umat Protestan mengatakan bahwa Anda mengubah Sabat hari Ketujuh dengan apa yang disebut sebagai hari Minggu Kristen, yang identik dengan Hari Pertama dalam minggu? Jika benar demikian, kapankah Anda membuat perubahan itu, dan dengan kuasa apa anda melakukannya?
Hormat kami, J. L. Day
MAJALAH KATOLIK EXTENSION
180 Wabash Ave, Chicago., Illinois
(Dengan Berkat Paus Pius XII)
Dengan hormat,
Mengenai perubahan pemeliharaan dari hari Sabat Yahudi kepada hari Minggu Kristen, saya ingin menarik perhatian Anda kepada beberapa fakta:
(1) Bahwa umat Protestan, yang mengaku menerima Alkitab sebagai satu-satunya aturan iman dan agama, seharusnya kembali kepada pemeliharaan hari Sabat.
Fakta bahwa mereka tetap memelihara hari Minggu, membuat merekat tampak bodoh di mata setiap orang yang waras.
(2) Kita umat Katolik tidak menerima Alkitab sebagai satu-satunya aturan iman. Selain Alkitab, kita memiliki, otoritas Gereja, sebagai aturan untuk membimbing kita. Gereja ini didirikan oleh Kristus, untuk mengajar dan memandu manusia, memiliki hak untuk mengubah hukum upacara Perjanjian Lama, oleh karena itu kita menerima perubahan hari Sabat kepada hari Minggu.
Kami terus terang mengatakan, “Ya, Gereja membuat perubahan ini, membuat undang-undang ini, seperti halnya gereja membuat undang-undang yang lain. Sebagai contoh, kepantangan Jumat, imam yang tidak menikah, hukum mengenai perkawinan campur, peraturan pernikahan Katolik, dan ribuan hukum lainnya.
(3) Kita juga mengatakan bahwa dari semua umat Protestan, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah satu-satunya kelompok yang benar dan konsisten dengan ajaran mereka. Agak menggelikan melihat Gereja-gereja Protestan, di mimbar dan dalam upaya hukum, menuntut ketaatan anggotanya pada hari Minggu, yang sebenarnya tidak terdapat dalam Alkitab.
Salam sukses,
Peter R. Tramer, Editor
Apa pendapat saudara? Saya pikir memang benar.
Pope demands Sunday to be a day of Rest!!!
The saying “some things never change” may not be applicable in all cases. However, when referring to the abominable pontifical pomp of the Bishop of Rome, words never rang more true. In a most revealing fashion on June 6, Pope Benedict XVI declared to an enthusiastic audience of 15,000 pilgrims in St Peters Square of Vatican City that “Sunday must be a day of rest for everyone”. Siting the necessity of spending time with family and with God as the basis for his blasphemous assertion for the need of reverencing this false day of worship, The Pope went on to say:
“By defending Sunday, one defends human freedom… Sunday is the day of the Lord and man, a day which everyone must be able to be free — free for the family and free for God”
No matter how emotionally invoking his sentiments about the family and God may be, they are 100% contradictory to the infallible Word of God. According to Genesis 2:1-2 and Exodus 20:8-11, The Sabbath, the Lord’s special day of rest, is the seventh day of the week and not the first.
And the last time I checked, the seventh day is Saturday my friends, and not Sunday. Jesus himself said in Mark 2:28 that he is “Lord of the Sabbath”. Which, once again means that, Saturday (which is the seventh day of the week) and not Sunday (which is the first day week) is the LORD’S DAY.
So, why would the supposed infallible Pope make a statement like this? Surely, somewhere within the gold trimmed marble precincts of the Vatican one of those priests own a Bible? Surely the Pope, whom can speak several different languages fluently, can decipher the old english wording of the KJV? Or perhaps, one of the alter boys, while preparing for mass, has stumbled upon this profound and concretely established Biblical truth? The reality is, Pope Benedict XVI, and the whole lot of the College of Bishops, know exactly what Bible teaches on this issue. However, they could care less.
According to the words of the revered Cardinal Gibbons:
“You may read the Bible from Genesis to Revelation, and you will not find a single line authorizing the sanctification of Sunday. The Scriptures enforce the religious observance of Saturday, a day which we never sanctified.” James Cardinal Gibbons, The Faith of Our Fathers (1917 ed.), pp.72,73
“A day which we nerves sanctified”? The overt audacity of the Roman Catholic Church to assert an authority to declare anything holy above the unquestionable sovereignty of that Living God, and that which He has sanctified, is evidence enough to identify that this Perverse Religious system, and its vicar, are the culprits identified in the book of 2 Thessalonians 2:3-4 as “the man of sin….who opposeth and exalteth himself above all that is called God, or that is worshipped; so that he as God sitteth in the temple of God, shewing himself that he is God.”
Revelation 13:11-17 has already forewarned us that IN THE VERY NEAR FUTURE, the United States of America, the beast that come out of the earth having two horns like a lamb and spake as a dragon (Rev 13:11), will bestow upon the Papacy, The first beast of Revelation 13:1-5, the civil power it needs to enforce its deadly dogmas upon society, Thereby healing its deadly wound (Rev 13:3). And when this transpires, and it will, we are warned:
“And he causeth all, both small and great, rich and poor, free and bond, to receive a mark in their right hand, or in their foreheads: And that no man might buy or sell, save he that had the mark, or the name of the beast, or the number of his name.” (Revelation 13:15-16)
In closing, take a look this of inquiry to Pope Pious XII, and its response from the editor of the CATHOLIC EXTENSION MAGAZINE:
Thomaston, Georgia, May 22, 1954
Pope Pius XII, Rome, Italy
Dear Sir;
Is the accusation true, that Protestants accuse you of? They say you changed the Seventh Day Sabbath to the, so-called, Christian Sunday: Identical with the First Day of the week. If so, when did you make the change, and by what authority?
Yours very truely,
J. L. Day
THE CATHOLIC EXTENSION MAGAZINE
180 Wabash Ave., Chicago, Illinois
(Under the Blessing of Pop Pius XII)
Dear sir:
Regarding the change from the observance of the Jewish Sabbath to the Christian Sunday, I wish to draw your attention to the facts:
(1) That Protestants, who accept the Bible as the only rule of faith and religion, should by all means go back to the observance of the Sabbath. The fact that they do not, but on the contrary observe Sunday, stultifies them in the eyes of every thinking man.
(2) We Catholics do not accept the Bible as the only rule of faith. Besides the Bible we have the living Church, the authority of the Church, as a rule to guide us. We say, this Church instituted by Christ, to teach and guide men through life, has the right to change the Ceremonial laws of the Old Testament and hence, we accept her change of the Sabbath to Sunday.
We frankly say, “yes, the Church made this change, made this law, as she made many other laws, for instance, the Friday Abstinence, the unmarried priesthood, the laws concerning mixed marriages, the regulation of Catholic marriages, and a thousand other laws.
(3) We also say that of all Protestants, the Seventh-day Adventists are the only group that reason correctly and are consistent with their teachings. It is always somewhat laughable to see the Protestant Churches, in pulpit and legislature, demand the observance of Sundays of which there is nothing in the Bible.
With best wishes, Peter R. Tramer, Editor
Food for thought? I say, Indeed.
Sumber: forerunnerchronicles.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H