Keberadaan mikroplastik dalam air minum bukan lagi hanya sekedar isu lingkungan yang hangat untuk diviralkan. Mikroplastik telah menjadi ancaman nyata. Fakta ini diperoleh melalui obrolan singkat dengan Ibu Dr. Arlini Dyah Radityaningrum ST, M.Eng.Sc. Beliau merupakan dosen Teknik Lingkungan yang baru saja lulus Program Doktoral (S3) dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). "Mikroplastik yang terdapat dalam air baku Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) dapat menyebabkan kontaminasi pada air produksi", demikian ujar Bu Arlini yang menyelesaikan S3 kurang dari 3,5 tahun.
Judul disertasi yang digarap oleh Bu Arlina adalah Penyisihan Mikroplastik Pada Proses Pengolahan Air Minum Konvensional. Dengan bimbingan Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, MAppSc. dan Prof. Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE., M.Sc., Ph.D., beliau mendapatkan temuan disertasi berupa aplikasi teknologi membran ultrafiltrasi yang mampu meningkatkan efisiensi penghilangan mikroplastik pada IPAM hingga 86%. Padahal, teknologi konvensional yang umumnya diaplikasikan pada IPAM, hanya mampu menyisihkan 71% mikroplastik. Beliau menegaskan, "selain pengembangan teknologi IPAM, pengelolaan sampah plastik yang tepat pada sumbernya, merupakan solusi mencegah kontaminasi mikroplastik pada sumber air baku"
Studi S3 yang telah diselesaikan oleh Bu Arlini berhasil didapatkan dengan dukungan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN). Sebelumnya, beliau telah menyelesaikan studi S2-nya di Water Resources Management, The University of Melbourne. "Agar mampu menyelesaikan S3 dengan baik, dibutuhkan time management bagus, semangat harus selalu di-recharge, ikhtiar maksimum, dan fokus pada proses. Tidak selalu harus pintar, yang penting rajin", demikian pesan Bu Arlini untuk para pejuang disertasi.
Program Studi Teknik Lingkungan seperti pilihan Bu Arlini, merupakan salah satu Program Studi terbaik di ITATS. Dengan dukungan dosen berkualifikasi S2 dan S3 lulusan perguruan tinggi di dalam serta luar negeri, kiranya Program Studi S1 Teknik Lingkungan siap mendukung mewujudkan cita-cita generasi milenial untuk bisa menjadi ahli lingkungan. Indonesia butuh banyak ahli lingkungan, karena saat ini dan ke depan, Indonesia akan terus membangun demi kesejahteraan bangsa. Pembangunan tentu saja tidak boleh mengganggu kelestarian lingkungan. Untuk informasi selengkapnya silahkan cek disini. (Red. ULF).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H