Mohon tunggu...
Kampret Semedi
Kampret Semedi Mohon Tunggu... -

Manusia yang baru belajar menulis, sehabis semedi, agar bisa turut sekedar berbagi , meski hanya berita basa basi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[LOMBAPK] Upah Tersembunyi

1 Juni 2016   16:11 Diperbarui: 1 Juni 2016   18:27 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita itu bisa begitu merasuk dalam diri saya,  karena seperti tersentil saya sadar saat itu, bahwa sifat Sallylah dan bukan sifat Tabby yang harus dengan jujur saya akui ,  lebih dominan dalam keseharian saya . Bahwa dalam banyak hal saya mengerjakan sesuatu hanya ala kadarnya, tidak bersungguh sungguh, namun ingin mendapatkan upah dari pekerjaan semberono saya itu.

Seperti Sally yang meminta upah pada Nenek, namun Nenek alih alih memberikannya pada Sally , malah memberikannya pada Tabby, sayapun seringkali mungkin bersikap seperti itu pada Pencipta.

Meminta , dan mengeluh, kenapa setelah saya mengerjakan ini- itu, namun saya tidak sesukses  Si A, Si B atau Si C. Kenapa saya selalu sial, selalu apes, selalu ditolak kerja disana sini ?

Menuliskan lagi kisah Sally dan Tabby , mengingatkan saya, bahwa ada banyak tempat tempat tersembunyi , tempat upah itu sudah disediakan bagi kita oleh Pencipta,  namun sudah cukupkah kita rajin dan berusaha sesungguh hati untuk meraihnya?

Ada upah tersembunyi menanti  , saat tanah digarap, benih ditabur dan disiram, meski memakan waktu 1, 2, 3 bulankah, atau tahunankah, akan ada buah manis yang bisa kita petik.

Ada upah tersembunyi menanti, saat kita tidak serakah merusak alam dengan menanti benih- benih ikan tumbuh besar,  ikan yang bisa beranak pinak lagi, bagi anak cucu kita kelak.

Ada upah tersembunyi saat kita tersenyum dan berbagi kasih pada orang disekitar kita, mungkin tidak dalam materi, tapi pada batin kita yang ikut bahagia saat melihat tawa dalam mata mereka.

Ada upah tersembunyi dalam banyak hal, hanya sadarkah saya untuk tetap rajin  berusaha dan bersabar, membersihkan setiap selubung kotor yang menyembunyikan upah upah itu dari hadapan mata saya ?

Membersihkan mata hati saya  dari keset keset kotor bernama keserakahan. Dari  debu debu pemikiran saya, bahwa  kerja tidak mesti hanya karena nominal upah dan gaji. Dari jelaga kemunafikan saya, bahwa menghormati bukan hanya pada si A atau B yang kaya raya, tapi juga pada semua orang dengan sama hormatnya.

Semoga saja ketika hati ini bersih dari begitu banyak kotoran, kita akan seperti Tabby yang menemukan upah dari begitu banyak peristiwa.

Salam semedi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun