Kepada Ayu,
Buah hatiku yang dulu pernah kuabaikan saat kau lahir dan menangis di usia 40 hari.
Anakku Ayu,
Kamni sebagai ayah tahu, surat ini mungkin kau baca dengan keraguan atau bahkan rasa berat hati. Tetapi izinkan ayah menuliskan segala hal yang selama ini terkunci dalam hati ayah, meski kata-kata sederhana ini mungkin tak cukup melukiskan perasaan yang selama bertahun-tahun hanya bisa ayah pendam.
Dua puluh dua tahun yang lalu, ketika pertama kali mendengar tangismu yang muncul di dunia ini, ayah tahu kau adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan.Â
Meski perjalanan hidup ayah dan mamahmu tidak berjalan seperti yang diharapkan, satu hal yang tidak pernah berubah adalah cintaku kepadamu, darah dagingku, putriku yang lahir dari harapan dan doa-doa yg kugubah special untukmu.
Namun, perjalanan takdir membawa kita ke jalur yang berbeda. Saat kau dibawa pergi, saat kau dirawat dan tumbuh besar bersama keluarga besar mamahmu yang juga memiliki cinta dan tanggung jawab besar padamu, ayah hanya bisa berdiam dalam bayang-bayang. Ayah tahu, mungkin kau bertanya mengapa ayah tak pernah hadir di setiap langkah kecilmu, tak pernah menjadi tempatmu bersandar ketika kau jatuh, atau bahkan sekadar menjadi saksi kebahagiaan kecil dalam hidupmu. Ayu, ayah tak pernah lupa satu hari pun untuk mengingatmu, meski jarak kita teramat jauh.
Ayah sadar, hubungan kita tidak pernah terjalin seperti yang seharusnya. Kau mungkin menganggap Arif sebagai ayahmu. Ayah tidak pernah ingin mengambil atau menghapus kenanganmu tentang dia, karena Arif adalah orang yang kau anggap ayah kandungmu setelah om Heru tiada. Tetapi di sisi lain, kau harus tahu bahwa ayahmu ini, Kamni, adalah lelaki yang mengaliri darah di dalam tubuhmu, yang juga tak pernah berhenti berusaha menjumpai saat Ayu kecil dirumah tante Jamilah.
Anakku Ayu,
Kau harus tahu, darah adalah bukti yang tak bisa disangkal. Golongan darahmu AB adalah jejak yang menunjukkan keberadaan ayah dalam dirimu. Itu adalah jejak yang telah Tuhan ukir, sebuah bukti biologis yang tak bisa dihapus oleh waktu, cerita, atau kesalahpahaman. Ayah memohon kepadamu, bukan hanya karena ini adalah kewajiban agama, tetapi karena ini adalah keinginan terakhir seorang ayah yang ingin diakui oleh darah dagingnya sendiri.
Anakku Ayu,