Mohon tunggu...
Kamni iwan
Kamni iwan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta hair stylist sekaligus owner boyz two men salon

Lahir jakarta 15 desember 1962. Jenis kelamin: pria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Religiusitas Versus Spiritualitas

7 September 2018   04:11 Diperbarui: 7 September 2018   04:31 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kedua kosa kata diatas adalah berbicara tentang keTuhanan yang memiliki tujuan sama, tapi beda cara mengaplikasikan dalam memaknai keilahian Tuhan

Religiusitas

Religius selalu identik dengan bentuk keshalihan seseorang terhadap agamanya, yang  diaplikasikan lewat aturan aturan rigid seperti ritual ibadah, akidah yang dikonsepkan lewat dogma, sehingga Tuhan menjadi personal yang amat dihormati, ditakuti sekaligus dilindungi dari orang yang menduakannya apalagi melecehkannya.

Personalisasi Tuhan menjadi kekuatan simbol komunal yang teroganisir lewat otoritas agama, yang dijalankan pihak-pihak yang merasa punya kedekatan dengan Tuhan (Ulama).

Seseorang  yang menjadi religius/Shaleh terbentuk akibat dari konsep-konsep rigid keimanan tadi, akan membuahkan sifat egosentris terhadap agamanya hingga Mengenyampingkan keberadaan agama lain,

maka dari itu banyak kita dapati keshalihan ibadah kadang tak beririsan dengan Keshalihan sosial, karna pandangan pandangan memaknai Tuhan yang harusnya bersifat universal terbingkai dalam pandangan sempit komunal/ keberberpihakan.

Spiritualitas

Berbicara Spiritual adalah berbicara tentang Ruh, bukan terbatas pada Ruh manusia yang umumnya kita kenal, ini juga menyangkut esensi Ruh agama itu sendiri, dimana sesuatu muatan yang tak kasat mata/ metafisik, di imani dalam nurani/qalbu  lewat pengkajian pengalaman2 empiris yang bernuansa metafisika pula.

Berbeda dengan religius , spiritualis didapat bukan  dari aturan aturan rigid agama yang diformalkan, tapi dia didapat dari hasil olah bathin individual, yang masing-masing personal mendapatkan pengalaman berbeda dalam mencapai makna keilahian Tuhan.

Seseorang yang religius belum tentu spiritualis tetapi seseorang spiritualis pasti religius dengan memiliki keshalihan ibadah yang berbanding lurus dengan keshalihan sosialnya (akhlakul karimah).

Standar keshalihan  kaum Spiritualis bersifat universal sedangkan keshalihan kaum religius bersifat komunal.

Kaum spiritualis mendapatkan pencapaian keilahianTuhannya lewat mencari tanpa batasan batasan aturan rigid formal agama, sedangkan kaum religius terintervensi lewat aturan aturan ketat agama dalam pencapaiannya memaknai keilahian Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun