Mohon tunggu...
Kamilia Putri
Kamilia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Perkataan adalah cerminan diri, maka perilaku adalah cerminan hati.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rutinitas Warga Desa Sodong di Setiap Malam Melakukan Kegiatan Tahlil Dalam Meningkatkan Spiritual

18 Juli 2022   16:28 Diperbarui: 18 Juli 2022   16:34 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Foto: jadwal tahlil RW II, kel. Purwosari, kec. Mijen, kota Semarang. Sumber: Rifki Zaidan Ramli)

Mahasiswa KKN MIT DR-14 kelompok 18 diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan tahlil bersama warga setempat. Menurut Dr. Zainuddin. Tahlil artinya mengumandangkan kalimat La ilaha illa Allah. Tahlil adalah tradisi yang mengakar di kalangan masyarakat muslim Indonesia, khususnya bagi masyarakat Nahdhiyyin, NU. Desa sodong yang bertempatan di kelurahan Purwosari, kecamatan Mijen RW II di setiap malam sehabis ba'da magrib ataupun isya biasanya dilakukan kegiatan tahlil per tiap RT secara terjadwal. Penjadwalan tersebut merupakan hasil dari koordinasi setiap RT ke RW untuk membuat jadwal tahlil tersebut tidak betrok satu sama lain.

"tahlil itu membuat hati tenang, mencari ridho Allah, dan mengirimkan do'a untuk keluarga yang sudah wafat yang dikemas secara berjama'ah dalam suatu majelis. Lalu itu jadi salah satu bentuk saya mendekatkan diri kepada Allah, kemudian kita juga bertemu saling silahturahim bersama warga."ujar warga setempat.

Secara antropologis, sebetulnya manusia memiliki kecenderungan spiritual dan ritual, maka apa pun agama atau kepercayaan yang mereka anut, pasti memiliki keterikatan dengan sesuatu yang dianggap berkuasa di jagat raya ini. August Comte dengan teori positivisme-nya mengatakan, bahwa manusia memiliki tahap berpikir, yaitu: teologis, mitis, dan positif. Pada tahap teologis, manusia mempercayai adanya Tuhan penguasa jagat raya ini, Dialah yang mendatangkan malapetaka dan rizki, Dia bisa marah dan menyayangi hamba-Nya, dst. Supaya Tuhan  tidak marah dan mendatangkan malapetaka, maka Tuhan perlu diberi sesaji. Dalam kepercayaan agama ardhi (non wahyu) biasanya mereka menyajikan kepala kerbau atau nasi kuning yang menurut mereka dapat menolak malapetaka. Sesuai dengan perkembangan berpikir manusia, maka orang  modern semakin realistik dan positivistik sehingga ritual, mitis dan teologis ini semakin ditinggalkan.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), menjelaskan spiritual adalah istilah yang menggambarkan hubungan dekat dengan atau bersifat Kejiwaan (rohani, batin). Dengan hal itu masyarakat sodong memiliki keunikan tersendiri, biasanya tahlil dilakukan setiap malam jum'at tetapi disana dilakukan secara rutin sehingga saya memandang sebagai sesuatu yang dapat meningkatkan spiritual bagi masyarakat disana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun