Mohon tunggu...
Humaniora

Angkutan Umum, Solusi Kemacetan Perkotaan

28 Maret 2018   08:23 Diperbarui: 28 Maret 2018   10:55 2274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: teropongsenayan.com)

Permasalahan tata kelola perkotaan di Indonesia semakin tidak terarah, dibuktikan dengan banyak dan semerawutnya masalah yang timbul. Yakni seperti pertumbuhan penduduk yang tidak merata atau bisa dikatakan urbanisasi yang membludak di suatu daerah, permukiman kumuh yang semakin menyebar di kolong-kolong jembatan, infrastruktur yang kurang memadai hingga ke aspek kebersihan kota yang termasuk ke dalam permasalahan dalam tata kelola kota di Indonesia.

Menurut Ridwan Sutriadi,S.T.,M.T.,Ph.D., ada terdapat 6 kompenen penting dalam tata kelola perkotaan, yaitu sebagai berikut:

  • Proses perencanaan
  • Daya saing
  • Berkaitan dengan lahan dan bentuk kota
  • Infrastruktur dan pengelolaan pelayanannya
  • Pengelolaan infrastruktur
  • Pengawasan kawasan pinggiran (urban space and hinterland)

Dalam hakikatnya tata kelola kota tersebut pun harus berlandaskan pembangunan kota yang berkelanjutan khususnya pembangunan yang berorientasikan lingkungan. Dengan menjunjung tinggi wawasan lingkungan maka sudah sangat diarahkan kota-kota saat ini harus bisa memenuhi kriteria dari kota yang nyaman untuk ditinggali atau liveable city.Bertumpu pada empat pilar liveable city(Douglass,2002),adapun kriteria kota layak huni sebagai berikut:

  • Meningkatkan sistem kesempatan hidup untuk kesejahteraan masyarakat
  • Penyediaan lapangan pekerjaan
  • Lingkungan yang aman dan bersih untuk kesehatan, kesejahteraan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi
  • Good governance (tata kelola kota yang baik)

Sudah terlihat dari teori yang disampaikan oleh Douglass, dalam mencapai predikat kota layak huni, tata kelola kota yang baik merupakan salah satu pendudukung penting dalam mencapai semua itu. Dengan didukung oleh infrastruktur yang baik dan juga respon positif dari masyarakat itu sendiri dalam menanggapi tata kelola kota yang baik.

Dalam bahasan kali ini kita akan memfokuskan permasalahan tata kelola kota yang masih berjalan tak baik hingga saat ini, yaitu infrastruktur dan pengelolaan pelayannya. Dalam hal ini memang terlihat dari banyakya infrastruktur Indonesia yang belum siap menghadapi kehidupan yang kian ramai dengan kehidupan manusia.

Salah satu infrakstruktur yang belum siap tersebut ialah infrastruktur transportasi yang terlihat nyata tidak sanggup menampung banyaknya jumlah kendaraan yang membludak sehingga selalu menimbulkan kemacetan.

Sebagai studi kasus yakni Kota Yogayakarta yang dikutip dari ringkasan skripsi penelitian tentang transportation governance (Efendi, 2014), pertumbuhan kemacetan di Kota Yogyakarta diwarnai dengan lebih tingginya jumlah kendaraan pribadi daripada jumlah jalan yang tersedia.

Menurut data statistik 2008 menyebutkan bahwa transportasi di Jogja didominasi oleh kendaraan bermotor yang mencapai 83,5% di mana hanya 2,5% yang merupakan transportasi umum atau bus. Meskipun pada tahun 2008 telah diluncurkan Transjogja, namun perbandingannya 1:30 sepeda motor (bisnis-jateng.com, 2012). Bahkan banyak dari satu keluarga pada masyarakat Indonesia memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor

Terlihat dari studi kasus yang dipaparkan di atas yang seharusnya di perbaiki bukanlah menambah atau memperpanjang mapupun memperlebar jalanan yang telah ada, namun mengurangi kuantitas kendaraan bermotor pribadi yang memenuhi setiap ruas jalanan kota.

Karena diakibatkan oleh kurangnya perencanaan tata ruang yang matang dan inkonsistensi pemerintah berdampak kurang terkendalinya pergerakan masyarakat dalam hal membludaknya kendaraan bermotor peribadi maupun dampak-dampak lainnya dalam tata kota.

Menurut (Rahmawati,2016) ada beberapa aspek yang juga merajai penyebab terjadinya kemacetan , antara lain:

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Selain hal-hal tersebuut di atas, menurut saya banyak sekali kekurangan dalam segi angkutan umum itu sendiri, sehingga menimbulkan keenggananan masyarakat dalam menggunakannya. Diakui sampai sekarang masih terdengar beberapa kasus yang terjadi di dalam kendaraan umum entah itu penumpang di copet saat di kereta api, pemerkosaan yang terjadi di dalam angkutan umum hingga kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada bus kota.

Dengan tujuan ingin mengurangi kapasitas kendaraan bermotor milik pribadi di jalanan raya, hal yang paling tepat saat ini adalah mengalihkan masyarakat untuk bisa memakai kendaraan umum kota saja. Bagaimana caranya? Dalam hal ini saya memiliki beberapa opsi untuk mencapai hal tersebut, diantaranya:

  • Memperbaiki fasilitas kendaraan umum
  • Menambah layanan-layanan baru pada kendaraan umum agar menarik minat masyarakat
  • Mempermudah akses kendaraan umum
  • Mengadakan kendaraan umum yang tersebar hingga ke seluruh ruas jalur yang ada di bagian kota
  • Meniadakan pembayaran ataupun meminimalisir pembayaran angkutan umum dengan biaya yang terjangkau
  • Memperketat keamanan pada semua kendaraan umum

Dari beberapa poin di atas, dapat diprediksi minat masyarakat akan lebih tinggi untuk mau menggunakan angkutan umum. Mendorong minta masyarakat untuk bisa menaiki kendaraan umum merupakan hal yang tepat menimimalisis kemacetan yang sudah menjamur di kota-kota besar Indonesia. 

Dengan hal itu, selain dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan di jalanan, menaiki kendaraan umum juga bisa mengurangi emisi karbon yang menipiskan lapisan ozon bumi yang membuat permukaan bumi semakin panas dan tak sehat. Solusi macet menurut (Rahmawati,2016) pun adalah sebagai berikut.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Namun, ada sebagian yang mengatakan bahwa agar bisa mengurangi kemacetan maka, jalan dan rutenya harus di tambah, namun menurut saya itu merupakan hal yang tak efesien. Mengapa? Karena semakin luas dan panjang jalan yang ada, maka keinginan masyarakat untuk mempunyai kendaraan pribadi semakin tinggi.

Yang nantinya akan menyebabkan dampak-dampak negatif lainnya dari segi lingkungan dan kenyamanan hidup. Oleh karena itu, akan lebih baik mengefiensikan kendaraan umum yang saat ini kurang populer di masyarakat dalam tujuan unutk menguragi kapasitas kendaran pribadi yang semakin ramai di jalanan sehingga terjadinya kemacetan yang tak kenal waktu.

Mari mewujudkan Indonesia menjadi most liveable city in the worlddengan cara melakukan hal-hal kecil seperti gerakan "Kurangi Macet, Ayo Naik Angkutan Umum" demi tata kelola perkotaan Indonesia yang lebih baik.

(Kamiliah Wardani -- 08211640000029 - Perencanaan Kota (A) PWK ITS)

Daftar Pustaka

Pratama, Ganeswara dkk. Kajian Karakteriktik Angkutan yang Digunakan oleh Mahasiswa di   Kota Malang. Malang.Jurusan Teknik Sipil, Universutas Brawijaya

Efendi, Rahmadani. 2014. Jaminan Kenyamanan Pejalan Kaki dalam Tata Kelola Transportasi (Transportation Governance) di Kota Yogyakarta. Yogyakarta. Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta

Rahmawati, Alfiani. 2016. Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya.Institut Teknologi Bandung. Temu Ilmiah IPLBI 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun