Mohon tunggu...
Kamilatun
Kamilatun Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bapak dan Ibu Guru

27 November 2018   06:58 Diperbarui: 27 November 2018   07:10 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di hari guru ini, saya ingin mengenang dua orang guru  yang sangat  melekat di hati. Mengakar kuat, sampai merasuki setiap helaan nafas  hingga saat ini. Ajaran yang membuat saya bisa menjadi 'saya' di masa  kini.

Bapak guru adalah sosok tegas tapi lembut dan sangat baik hati.  Pendongeng nomer wahid yang buat saya belum tergantikan. Menirukan  macam-macam suara binatang, beliau ahlinya. Mendongengkan kisah-kisah  dalam pewayangan beliau jagonya. 

Mengisahkan perjuangan para rasul dan  anbiya, selalu membuat mata terbuka lebar dan mulut menganga. Pokoknya  tak ada duanya. Tentu saja menurut saya. Beliau juga yang nengajari  membaca, dengan metode ciamik menurut saya, dengan peralatan yang  sederhana, hanya seperti bermain saja. Dan taraaa...tiba-tiba semua  tulisan jadi punya makna di mata saya.

 Beliau juga yang membuat saya  bisa membaca jam. Masih teringat beliau membuatkan kami peraga dari  karton bekas kemasan bodrexin. Saya tahu, beliau meminta karton bodrexin  itu di Puskesmas dekat sekolah kami. Membuat pelajaran membaca jam jadi  sangat menyenangkan ketika beliau membolehkan saya memutar-mutarkan  jarum jamnya sesuka hati. 

Perasaan bangga luar biasa ketika bu guru di  sekolah, memuji ketika saya dengan suara keras membaca jam dengan  menit-menitnya tanpa keliru. Alangkah noraknya. Kedisiplinan, kejujuran,  dan berbagi dengan siapapun, itu sebagian ajaran yang terus ingin saya  tiru.

Ibu guru lain lagi. Beliau orang yang teguh memegang prinsip. Keras  dalam mendidik. Kadang membuat anak sungai di mata dan pipi. Mengajarkan  sopan santun dengan sangat teliti. Bicara teliti, beliau adalah guru  nomer satu untuk mssalah ketelitian ini. 

Tidak peduli jawaban benar,  kalau tulisan salah, walau hanya satu huruf, tetap nilai tak utuh lagi.  Wajarlah, beliau guru bahasa Indonesia. 

Menjadi wali kelas di kelas satu  dan dua, kemudian guru bidang studi bahasa Indonesia di kelas lima dan  enam, mengantarkan saya dapat nilai terbaik ketika Ebtanas untuk bidang  studi itu. Kedisiplinan dalam belajar dan mengajar, buat beliau itu  nomer satu. Terima kasih ibu.

Bapak dan ibu guru. Kalian berdua adalah nafas buat saya. Yang  memberikan saya kehidupan yang sebenar-benarnya. Kesungguhan dan kerja  keras adalah ajaran yang ibu tanam, yang saat ini sangat terasa  manfaatnya. Tidak ada nepotisme dalam kamus ibu. 

Walaupun saya adalah  anaknya, bocoran ulangan, tidak pernah sekalipun saya dapat. Belajar  keras adalah kunci. Tekun adalah pintunya. 

Dan bapak, walaupun bukan  guru di sekolah, bagi saya beliau adalah guru sejati. Selain bahwa  beliau memanglah seorang guru untuk murid-muridnya. Beliau akan ada  dalam setiap hembusan nafas meskipun sudah tak lagi terlihat mata.

Selamat hari guru bapak, ibu. Selamat hari guru duhai guru-guruku  tercinta semuanya. Kalian adalah lentera buat kami, tak berharap ucapan,  apatah lagi bingkisan.

 Kalian hanya mengantarkan, dan kemudian  melepaskan. Semoga ilmu yang bapak dan ibu ajarkan, menjadi amal jariyah  yang akan mengantarkan bapak dan ibu sampai ke jannah.

25 November 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun