Mohon tunggu...
Amaliyah Kamil
Amaliyah Kamil Mohon Tunggu... Freelancer - Kamilatul Amaliyah

Traveler هو الذي جعل لكم الأرض ذلولا فامشوا في مناكبها وكلوا من رزقه

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review Buku 'Entrok' Karya Okky Madasari

10 Juni 2024   10:52 Diperbarui: 10 Juni 2024   12:10 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertikaian mereka karena perbedaan keyakinan selalu terjadi. Bagi Rahayu, ibunya itu sesat dan seorang pendosa, perbuatan ibunya itu kelak akan mengantarkannya pada neraka. Sebab yang benar hanya agamanya yang menyembah Tuhan yang satu, Allah. 

Bagi Marni, tidak adil jika ia dituduh sesat dan tidak menyembah Allah, toh ia kenal saja tidak, bagaimana bisa menyembah? Ia hanya dikenalkan pada Mbah Ibu Bumi Bapak Kuasa oleh orang-orang sebelumnya. Lagi pula, ia berbuat baik, tidak mencuri, dan tidak membunuh. Lalu dimana letak sesatnya?

            Perjalanan hidup membawa Rahayu ke salah satu perguruan tinggi di Jogja. Ia semakin mendalami Islam dan semakin membenci ibunya, meskipun masih menggunakan uang dari ibunya. Seiring berjalannya waktu, Rahayu bertemu dengan Amri, dosen sekaligus pendakwah. 

Rahayu mengaguminya walaupun tahu bahwa ia salah menaruh rasa pada lelaki yang sudah beristri. Namun ternyata Amri juga menyukai Rahayu, hingga mereka menikah dan Rahayu resmi menjadi istri kedua. Pernikahan yang tentu saja ditentang keras oleh keluarga Rahayu dan tidak pernah diketahui oleh keluarga Amri.

            Perjuangan Amri dan lingkar orang-orang di kelompoknya dalam menyebarkan Islam dan membantu kaum lemah terus masif dilakukan. Pada tahun 1987 di Magelang, salah satu desa adat akan dialihkan karena akan dibuat kolam besar yang dari sana listrik akan dinyalakan dan sawah akan dialiri. Beberapa keluarga bersikeras akan tetap tinggal sebab merasa dari alam itulah mereka hidup. Amri dan Rahayu datang untuk membela mereka yang dirampas haknya. 

Namun, program ini adalah program pemerintah yang harus tetap terlaksana. Mereka yang tidak tunduk akan secara otomatis dianggap sebagai PKI. Orang-orang bersenjata datang untuk menjaga lancarnya program tersebut dan tak segan untuk melukai siapa saja 'anggota PKI' yang mengganggu mereka. Amri terbunuh, Rahayu tertangkap. Hidup Rahayu semakin berat ketika KTP miliknya ditandai dengan tanda orang PKI, yang sejatinya berhubungan dengan orang PKI yang ingin mengubah negara ini saja, tidak.

            Novel ini mengangkat tema yang cukup kompleks. Emansipasi perempuan akan kesetaraan di masa lampau, konflik keluarga yang tak hanya tentang perbedaan isi kepala namun juga perbedaan keyakinan dan cara ibadah, serta tentang banyaknya oknum yang mencari keuntungan pribadi atau kelompok  dengan berlindung di balik kata 'pemerintah'. 

Menurut saya pribadi, Okky Madasari berhasil menguak sisi kelam salah satu orde pemerintahan di Indonesia. Tak hanya itu, Okky juga secara tak langsung menyampaikan kritik akan oknum-oknum itu, bahwa ternyata banyak sekali kambing hitam yang ditangkap dan dituduh sebagai PKI, padahal tokoh di atas hanya rakyat yang ingin menyampaikan aspirasi dan mempertahankan tanahnya.

            Novel ini mengedukasi masyarakat bahwa memilih adalah mutlak hak serta kebebasan pribadi. Tiap seorang manusia berhak memilih keyakinan, calon pemimpin, bahkan pilihan-pilihan sederhana dalam hidup. Tak sekalipun pantas sebagai sesama manusia menghakimi orang lain akan jalan hidup yang dipilihnya secara sadar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun