Sederhananya sholat sebagai antroposentris adalah akibat logis dari teosentris. Menilik sholat lebih jauh, ia sendiri menggabungkan bentuk nyata antara teosentris dan antroposentris.
Sholat yang sedari takbir sudah memusatkan dan menyerahkan sepenuhnya diri pada Tuhan menegaskan kita teosentrisme. Berkali-kali tegak dalam rakaat bukti bahwa proses makrifat dengan Tuhan adalah hal yang harus terus dilakukan.
Tegak, ruku', dan sujud adalah bukti bahwa dalam perjalanan kehidupan, iman pada Tuhan itu dinamis, adakalanya naik, pun turun, dan kita diajarkan untuk terus bangkit.
Setelah dirasa cukup (walau sebenarnya tidak akan pernah cukup) berpusat pada pencipta, kita diharuskan berantroposentris melalui salam, toleh kanan kiri untuk bersikap berperikemanusiaan. Karena sholat menyuruh kita memanusiakan manusia, bukan hanya diri pribadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI