Mohon tunggu...
Amaliyah Kamil
Amaliyah Kamil Mohon Tunggu... Freelancer - Kamilatul Amaliyah

Traveler هو الذي جعل لكم الأرض ذلولا فامشوا في مناكبها وكلوا من رزقه

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan dan Doa

23 Juni 2022   08:31 Diperbarui: 23 Juni 2022   08:32 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terpujilah engkau, Allah

Gadis sederhana itu sudah lama terpekur di depan laptop, memandangi tugasnya yang tak kalah menumpuk dengan impiannya. Perempuan yang cukup berani meminta ini-itu pada Tuhannya tanpa malu sedikitpun, malu pada kenyataan yang ada di hadapannya misal. 

Di pikirannya yang mulai kusut layaknya benang tak tertata hanya menginginkan agar Tuhan selalu berbaik hati menyertainya.

tik.tik.tik.. Hujan kembali bertandang, di bulan Juni.

Seketika fokusnya teralih pada balkon kamarnya yang mulai basah. Puji Tuhan. Hujan selalu membawa semangat baginya dengan caranya sendiri, meski terkadang seringkali ia mengutuk hujan. Ia melepas kacamatanya, sekedar mencari kesejukan yang hujan alirkan pada hatinya. Ternyata hujan sebaik itu hingga menyapanya lebih dahulu,  lalu perempuan itu mendekati jendela hanya untuk menjawab dan sedikit berbincang dengan hujan.

"Hai hujan, aku tau tiap rintikmu adalah cinta" gadis itu memulai percakapan.

"Hai Alline,  lama tidak bercengkrama. Apa kabarmu"

"ah aku baik, hanya sedikit terganggu karena rasa yang ingin kubunuh. sengaja aku tidak menyiramnya agar ia kerontang lalu mati."

" dan?"

"Kamu datang menyiramnya dengan sangat baik. Tiap tetesmu membawa wajahnya. aromamu mmebar aromanya. jutaan rintikmu adalah jutaan tentangnya"

"oh maaf. kalau begitu aku pergi"

"sebentar hujan, aku titip sesuatu." ucap perempuan itu seraya mengangkat kedua tangan dan menengadahkan ke langit, dengan wajah penuh harap. Ia menutup kedua matanya. sepersekian detik kemudian dia menyerahkan tangannya yang masih terbuka dan tetap kosong.

"untuk Tuhanku" perempuan itu menjelaskan.

 "bingkisan permohonan yang dititip kepadamu kata Tuhan lebih mudah dikabulkan. ah senangnya jadi engkau hujan". Hujan masih setia  mendengarkan.

"Tiap rintikmu adalah tiap jawaban Tuhan atas segala permintaan, yang akan terlangitkan saat cahanya-Nya mengangkat kembali engkau dari daratan.

"Baik Alline, aku pergi. Jaga hatimu baik-baik" Hujan mengucap salam perpisahan.

                                                                                                           #       #        #

Beribu harap pada orang-orang terkasih di seberang sana agar selalu dalam perlindungan-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun