Kemdikbud menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar yaitu berfokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi siswa pada fasenya sehingga siswa dapat belajar lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan, dan tidak terburu-buru. Pembelajaran jauh lebih relevan dan interaktif melalui kegiatan projek memberikan peluang lebih luas pada siswa untuk lebih aktif mengekplorasi isu-isu aktual seperti isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila. Tujuan dari pengajaran ini untuk memperkuat kamampuan literasi dan numerasi siswa serta pengetahuannya pada tiap mata pelajaran.Â
Fase atau tingkat perkembangan berarti Capaian Pembelajaran (CP) yang harus dicapai oleh siswa, disesuaikan dengan karakteristik, potensi, serta kebutuhan siswa. Dalam Kurikulum Merdeka Belajar tidak ada lagi tuntutan tercapainya nilai ketuntasan minimal, tetapi menekankan belajar yang berkualitas sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia siap menghadapi tantangan global. (Rahmadayanti & Hartoyo, 2022). Dalam proses penerapan Kurikulum Merdeka Belajar tentunya akan menimbulkan permasalahan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dikarenakan kurikulum ini baru saja diterapkan dan pasti pihak-pihak masih kebingungan pengimplementasiannya sehingga menimbulkan problem-problem yang terjadi didalamnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di MI Baitul Makmur Bangsalsari, bahwa penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di MI Baitul Makmur Bangsalsari sudah mulai berjalan sekitar satu tahun. Sedangkan penerapannya masih dilakukan secara bertahap yaitu baru untuk kelas 1 dan VI sedangkan kelas II, III, IV, dan V masih menerapkan Kurikulum 2013. Menurut Kepala Sekolah MI Baitul Makmur Bangsalsari. Sebagai suatu hal yang baru tentu banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar. Dalam penerapannya MI Baitul Makmur Bangsalsari sudah menerapkan berbagai hal yang berkaitan dengan Kurikulum Merdeka Belajar. Salah satunya adalah penerapan Profil Pelajar Pancasila dengan Pembelajaran Berbasis Projek.Â
Dalam projek ini terbagi menjadi proyek kelas yang dilaksankan pada akhir bab pembelajaran dan proyek sekolah dilaksanakan persemester hal ini telah diterapkan di MI Baitul Makmur Bngsalsari. Dan juga di MI Baitul Makmur Bangsalsari sudah membuat perangkat pembelajaran seperti Tujuan Pembelajaran, Alur Tujuan Pembelajaran dan untuk Modul Ajar masih disusun secara berkelompok serta juga telah membuat raport walaupun masih masi memerlukan penyempurnaan dan revisi. Dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di MI Baitul Makmur Bangalsari khususnya kelas I dan IV tidak lagi memakai pembelajaran tematik tetapi memakai pembelajaran berbasis Mata Pelajaran dan untuk kelas IV ada pembelajaran IPAS yaitu pelajaran IPA dan IPS digabungkan menjadi IPAS.Â
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Angga, Cucu Suryana, Ima Nurwahidah, dkk dalam jurnalnya yang berjudul Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka Belajar menjelaskan bahwa kekhasan Kurikulum Merdeka Belajar yaitu jam belajar pertahun 144 jam, adanya Capaian Pembelajaran, adanya Alur Tujuan Pembelajaran, Modul Ajar, guru merancang pembelajaran perminggu dengan 20% project dari intrakulikuler contoh perminggu mata pelajaran PKn 4 jam, maka 3 jam intrakulikuler dan 1 jam kokulikuler, mata pelajaran IPA dan IPS disatukan menjadi IPAS, pembelajaran berbasis proyek tetapi tidak mengurangi intrakulikuler, mata pelajaran SBdP hanya bisa diajarkan satu bidang saja, dan setiap kelas dibagi menjadi beberapa fase. Melalui Kurikulum Merdeka Belajar, pemerintah mengajak guru untuk menciptakan berbgai kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran sehingga mampu melaksanakan konsep Merdeka Belajar untuk mecapai Profil Pelajar Pancasila.(Angga et al., 2022).
satuan pendidikan dapat memberikan pengembangan kapasitas untuk memperkuat kemampuan pendidik dalam melaksanakan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Pengembangan kapasitas dapat dilaksanakan secara mandiri oleh satuan pendidikan atau bekerja sama dengan mitra pendidikan untuk memberikan penguatan kapasitas secara luring ataupun daring. Pengembangan kapasitas dapat dibuat secara berseri dan sebaiknya dilaksanakan secara berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan belajar pendidik. Pengembangan kapasitas dapat dilakukan melalui pelatihan, berbagi praktik baik di lingkaran komunitas belajar, diskusi bedah pustaka, dan lain sebagainya.Â
Berdasarkan penelitian di MI Baitul Makmur Bangsalsari. Kepala sekolah MI Baitul Makmur Bangsalsari menerapkan beberapa strategi untuk mendorong dan mendukung implementasi pembelajaran berbasis proyek agar berjalan dengan lancar. Yang pertama yaitu mengadakan pelatihan bagi guru-guru agar lebih memahami metode pembelajaran berbasis proyek, kepala sekolah MI Baitul Makmur Bangsalsari ingin para guru-gurunya bisa belajar cara mengajar yang baru dan lebih seru.Â
Jadi, para guru akan diajari bagaimana cara membuat siswa belajar dengan cara mengerjakan tugas-tugas atau proyek yang menarik, bukan hanya mendengarkan penjelasan guru saja. Kedua yaitu menyediakan fasilitas yang mendukung mencakup pemberian bahan ajar serta akses teknologi yang diperlukan untuk mendukung kelancaran proyek di MI Baitul Makmur Bangsalsari. Tujuan kepala sekolah MI Baitul Makmur Bangsalsari adalah untuk memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan keterampilan peserta dalam menyelesaikan tugas atau proyek secara optimal. Seperti yang dikatakan oleh suhartono didalam jurnalnya yang berjudul Kebijakan Merdeka Belajar dalam Pelaksanaan Pendidikan di Masa Pendemi Covid-19.Â
Yaitu pelaksanaan kurikulum merdeka, juga harus didukung dengan fasilitas-fasilitas yang memadai, metode belajar yang fokus pada proyek dan sesuai dengan pembelajaran abad 2. Dengan adanya bahan ajar yang lengkap dan akses teknologi yang memadai, anak-anak dapat lebih mudah memahami materi dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh. Ketiga yaitu kepala sekolah MI Baitul Makmur Bangsalsari membangun kerjasama dengan pihak eksternal melibatkan kolaborasi dengan lembaga pendidikan dan pemerintah untuk menciptakan lebih banyak peluang bagi anak-anak dalam mengerjakan proyek.
 Kerjasama ini dapat memberikan akses ke sumber daya tambahan, bimbingan, dan kesempatan yang lebih luas, yang pada akhirnya membantu anak-anak dalam mengembangkan potensi mereka. Dengan melibatkan berbagai pihak, siswa dapat belajar dari pengalaman yang lebih beragam dan memperoleh pengetahuan yang relevan dari berbagai bidang. Keempat yaitu melakukan evaluasi tujuan kepala sekolah MI Baitul Makmur Bangsalsari adalah untuk memastikan keberhasilan proyek dengan cara menilai setiap tahap yang telah dilalui. Evaluasi ini melibatkan pengukuran kinerja, pencapaian tujuan, dan efektivitas strategi yang diterapkan selama proyek berlangsung.Â
Dengan evaluasi, kekuatan dan kelemahan proyek yang dibuat dapat diidentifikasi, sehingga langkah perbaikan dapat segera dilakukan bila diperlukan. Hal ini memastikan bahwa proyek berjalan sesuai rencana dan memberikan hasil yang diharapkan. Kelima yaitu  kepala sekolah MI Baitul Makmur Bangalsari memberikan apresiasi kepada siswa dan guru yang berprestasi dalam pelaksanaan proyek adalah bentuk penghargaan atas usaha dan pencapaian mereka. Hal ini dapat memotivasi mereka untuk terus berinovasi dan meningkatkan kinerja kedepannya.
MI Baitul Makmur melibatkan orang tua secara aktif dalam pembelajaran berbasis proyek dengan memberikan mereka kesempatan untuk berkontribusi dalam proses pembuatan proyek. Orang tua tidak hanya diminta untuk mendampingi anak-anak saat mengerjakan proyek di rumah, tetapi juga diberi peran penting dalam menyediakan sumber daya yang diperlukan. Sumber daya tersebut bisa berupa bahan, informasi, atau saran yang relevan dan membantu dalam menyelesaikan proyek.Â
Dengan demikian, keterlibatan orang tua menjadi bagian integral dari pembelajaran yang memperkaya pengalaman siswa. Selain itu, MI Baitul Makmur rutin mengadakan pameran hasil proyek siswa setiap enam bulan sekali di halaman sekolah. Pada acara ini, orang tua diundang untuk melihat langsung karya anak-anak mereka. Untuk memastikan proses proyek berjalan lancar, MI Baitul Makmur juga menjaga komunikasi yang rutin antara guru dan orang tua. Guru secara berulang memberikan informasi mengenai perkembangan proyek siswa, termasuk hambatan yang mungkin dihadapi dan pencapaian yang telah diperoleh. Komunikasi ini memungkinkan orang tua MI Baitul Makmur Bangsalsari untuk memantau perkembangan anak mereka dan memberikan dukungan yang sesuai.Â
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh miratul hayati dalam jurnalnya yang berjudul Project Based Learning at Home: Kolaborasi Guru - Orangtua untuk Pembelajaran Anak pada Masa New Normal menjelaskan bahwa keterlibatan orang tua sangat dibutuhkan untuk membimbing, mengarahkan dan mendampingi anak untuk tetap belajar. Orang tua bisa melakukan pembelajaran yang bermakna selama belajar di rumah dengan tetap memperhatikan perkembangan dan kebutuhan anak, membuat atau melaporkan perkembangan anak kepada guru, dan mengkomunikasikan hal-hal yang menjadi hambatan dan rintangan selama belajar dari rumah untuk dapat menemukan solusi atas permasalahan yang ditemui orang tua. (Miratul hayati. 2022).
 Keberhasilan implementasi kurikulum merdeka sangat tergantung pada intensitas guru dalam menerapkan kurikulum tersebut di kelas. Oleh karena itu, guru perlu memiliki pemahaman yang baik agar dapat mencapai hal tersebut (Karyono, 2023). Berdasarkan penelitian di MI Baitul Makmur Bangsalsari, beberapa kendala yang dihadapi dalam implementasi pembelajaran berbasis proyek di MI Baitul Makmur meliputi keterbatasan waktu dan kurangnya pemahaman guru mengenai metode ini.Â
Keterbatasan waktu mengakibatkan guru kesulitan untuk memasukkan pembelajaran berbasis proyek ke dalam kurikulum yang sudah padat, Seperti yang dikemukakan Sani, bahwa salah satu kelemahan dari model pembelajaran berbasis proyek adalah membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk. Sementara kurangnya pemahaman tentang metode ini membuat mereka ragu dalam menerapkannya secara efektif. Guru merupakan tokoh penting yang bersinggungan langsung dengan siswa sehingga guru perlu memahami betul esensi kurikulum merdeka (Muhafid et al., 2022). Untuk mengatasi kendala tersebut, kepala sekolah MI Baitul Makmur Bangsalsari memberikan solusi dengan penjadwalan yang fleksibel. Dengan penjadwalan tersebut, guru dapat mengatur waktu pelaksanaan proyek tanpa mengorbankan pelajaran lainnya. Selain itu, sekolah juga menyediakan pelatihan bagi guru agar mereka dapat lebih memahami konsep dan metode pembelajaran berbasis proyek.Â
Dengan pelatihan tersebut, kepala sekolah MI Baitul Makmur Bangsalsari berharap guru mampu merancang dan melaksanakan proyek yang relevan dengan tujuan pembelajaran, sehingga metode ini dapat diterapkan dengan lebih baik dan memberikan manfaat maksimal bagi siswa. Seperti yang dikemukakan Sani, bahwa salah satu kelemahan dari model pembelajaran berbasis proyek adalah membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H