Mohon tunggu...
Kamilah Abidatun Nafilah
Kamilah Abidatun Nafilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kamilah Abidatun Nafilah

Hi, semua welcome to my bloger :) happy reading

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemanfaatan Teknologi dan Pengembangan Usaha Konveksi 5.0 di Desa Wonojati

28 Agustus 2021   15:30 Diperbarui: 28 Agustus 2021   15:53 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Desa Wonojati adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten Jember -- Provinsi Jawa Timur. Desa ini tepatnya berada dalam ruang lingkup wilayah administratif Kecamatan Jenggawah. Luas wilayah diperkirakan sekitar 919.728 ha/m2, yang terbagi dalam Luas Permukiman 195.863 ha/m2, Luas Persawahan 674.494 ha/m2, Luas Perkarangan 40.517 ha/m2, dan Perkantoran 3.350 ha/m2. Total penduduk laki-laki berjumlah 7.994 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 8.112 jiwa dengan total 16.106 jiwa penduduk di Desa Wonojati. Penduduk yang beragama islam menjadi penduduk yang menempati jumlah paling besar di Desa Wonojati (baik perempuan dan laki-laki) .

Dilihat dari Sumber Daya Manusia, Desa Wonojati rata-rata penduduknya berprofesi sebagai petani, namun seiring dengan perkembangan zaman mulai tahun 2000 hingga saat ini penduduk Desa Wonojati mulai ada perkembangan yakni usaha di bidang perdagangan dan/atau jasa sebagai sumber mata pencaharian. Usaha Konveksi menjadi usaha yang dianggap sebagai pilihan terbaik dan paling banyak di Desa Wonojati. 

Salah satu alasannya karena di desa Wonojati terdapat Sekolah SMK dengan jurusan Tata Busana sejak 2012 dan banyak diminati oleh masyarakat sekitar sehingga melahirkan banyak pelajar lulusan Tata Busana. Penjualan untuk produk konveksi tersebut, selama ini hanya dari mulut ke mulut dalam satu wilayah di Desa Wonojati sehingga hal tersebut membuat usaha konveksi di Desa Wonojati masih bersifat konvensional atau para pelaku usaha belum mengenal sistem pemasaran online (digital marketing).

Kegiatan Pegabdian kepada masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village di Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember ini, dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2021 sampai 9 September 2021. Kegiatan ini diawali dengan dilakukannya komunikasi dalam meminta izin kepada Kepala Desa dan dukungan dalam berlangsungnya program KKN Back to Village 3.

 Wawancara dan diskusi yang dilakukan dengan kepala Desa Wonojati yakni mengenai perencanaan program KKN Back to Village yang terdiri dari tempat dan waktu pelaksanaan, permasalahan yang terjadi, solusi dan konsep yang akan dilakukan guna menunjang pemasaran produk lebih baik lagi. Selanjutnya, didiskusikan pula dengan sasaran mengenai perencanaan program yang akan direalisasikan kepada para pelaku usaha konveksi.

Metode pelaksanaan yang digunakan demi mencapai tujuan yang diharapkan adalah dengan melakukan sosialisasi pelatihan, pendampingan, pengembangan, dan pemasaran online secara kreatif melalui platform media sosial Instagram, Whatsapp, Facebook dan marketplace Shopee. Kemudian setelah diadakan sosialisasi, selanjutnya pembuatan akun untuk para pelaku usaha Desa Wonojati. Akun yang dibuat berupa akun media sosial Facebook, Whatsapp (bagi yang belum mempunyai Whatsapp), Instagram, dan Shopee. Pilihan keempat aplikasi tersebut pada jaman sekarang banyak digunakan oleh masyarakat sekitar, baik kalangan muda maupun Ibu Rumah Tangga di Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember.

Pelaksanaan pemasaran online ini bertujuan dapat mendapatkan akses tanpa batas dalam memasarkan suatu produk, kemudahan dalam operasional marketing online, efisiensi biaya dengan strategi pemasaran online, menghasilkan sebuah peluang menjadi pembisnis online professional yang bisa terealisasikan, jaringan dalam mengirim dan menerima informasi sangat luas, dan transaksi dan pengawasan yang sangat mudah. 

Hal itu bisa dilakukan oleh para pelaku usaha dengan melakukan research di berbagai kota, provinsi, dan bahkan negara-negara di dunia. Dengan tujuan tersebut, diharapkan para pelaku usaha dapat mengembangkan produk-produknya secara lebih luas lagi dibandingkan sebelumnya dan diharapkan pula dapat menguasai pasar nasional atau bahkan internasional sehingga produk-produk yang dihasilkan tidak kalah saing dengan produk-produk lain.

Selama proses kegiatan, beberapa metode pembimbingan dan pelatihan diberikan kepada pelaku usaha dengan memberikan materi mengenai cara berbisnis online secara kreatif di masa pandemi Covid-19 tanpa harus susah payah dalam mempromosikan secara offline dengan tujuan agar usaha konveksi ini mendapat gambaran tentang pentingnya pengembangan dan pemasaran suatu produk di dunia online. Di sisi lain, tujuan pemasaran melalui platform media sosial ini juga dianggap lebih mudah dan lebih menghemat waktu. Pelatihan dan pendampingan produk ini juga dilakukan kepada pelaku usaha dalam membuat produk kreatif, inovatif, mengikuti jaman, serta dibutuhkan oleh masyarakat di masa sekarang.

Tahap selanjutnya, melakukan pelatihan dan pembimbingan kepada pelaku usaha dalam membuat suatu produk dan toko yang memiliki brand bagus dan terbaik agar dapat bersaing dengan pasar lainnya, sehingga para pelaku usaha tidak hanya mengandalkan orderan dari konsumen saja. Selain itu, pendampingan dan pembimbingan promosi atau iklan di platform media sosial (Facebook, Whatsapp, Instagram) dan Shopee. 

Pada tahap ini, sebuah produk ditampilkan dengan visualisasi menarik disertai dengan ilustrasi/diskripsi suatu produk, seperti bahan baku dan harga. Semakin menarik informasi yang ditampilkan maka akan memberikan kesempatan untuk konsumen melakukan pembelian. Iklan produk disini sangat berdampak luar biasa karena sebuah iklan dikatakan efektif, apabila iklan tersebut dapat diingat oleh pembaca. Dalam periklanan, bahasa dan gambar saling terkait erat dan saling menjelaskan.

Tahapan dalam pelaksanaan program kerja dilakukan dengan para pelaku usaha konveksi sebagai sasaran kegiatan. Pada pelaksanaan program kerja tersebut dibagi ke dalam 4 (empat) minggu, dimana setiap minggunya terdapat fokus kegiatan tersendiri. Program kegiatan di minggu 1 (pertama) yakni mengumpulkan dan mempelajari data potensi desa, melakukan perkenalan dan identifikasi masalah yang dialami oleh para pelaku usaha serta mendiskusikan dengan para pelaku usaha terkait dengan program mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi selama pandemic Covid-19.

Berdasarkan hasil survei yang diperoleh, para pelaku usaha konveksi di desa Wonojati mengalami penurunan omset, hal itu dikarenakan adanya peraturan pemerintah selama pandemi berlangsung, ditambah dengan usaha konveksi ini yang masih bersifat konvensional dalam melaksanakan usaha bisnisnya, yaitu kurangnya pengembangan dan strategi pemasaran dari usaha serta kurangnya pemahaman, pengetahuan, dan pemanfaatan teknologi seperti media sosial. Selain itu, pemahaman mengenai digital marketing juga menjadi penyebab usaha konveksi ini cukup mengalami kesulitan menghadapi dampak dari pandemi. Oleh karena itu, untuk mempermudah dan membantu para pelaku usaha yang sedang mengalami kesulitan dalam penjualan, saya Kamilah Abidatun Nafilah, akan membantu dan melaksanakan program KKN (Kuliah Kerja Nyata) dengan diadakannya materi pelatihan kepada para pelaku usaha. 

 Kegiatan pelatihan dilakukan kepada para pelaku usaha dengan tujuan membantu memecahkan masalah operasional, meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas, menciptakan sikap loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan, memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia, dan membantu para pelaku usaha dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka terutama dalam pemasaran melalui platform media sosial. Pelatihan dilakukan dalam dua tahap, yakni:

  • Pelatihan 1
  • Pelatihan pertama dilakukan dengan pemesanan produk dari konsumen, desain produk, pembuatan pola, pemotongan bahan, penjahitan bahan, border, pasang perlengkapan pakaian, packing, distribusi, hingga selesai. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan edukasi mengenai pengemasan suatu produk yakni menggunakan box sebagai tempat produk ditambah beberapa aksesoris di dalamnya dengan tujuan agar produk lebih menarik pelanggan.
  • Pelatihan 2

Pada pelatihan kedua dilakukan pengenalan, cara menggunakan, dan membuat akun di media sosial sebagai tempat pemasaran online yakni Whatsapp business, Facebook, Instagram, dan Shopee.

Setelah melakukan kegiatan pelatihan ke-1 dan pelatihan ke-2 kepada para pelaku usaha, kegiatan berikutnya yakni pendampingan kepada sasaran. Pendampingan ini ditunjukkan agar pelaku usaha dapat melakukan bagaimana cara mem-packing suatu produk agar lebih menarik dan memasarkan produk tersebut melalui platform media sosial.  

Pendampingan ini juga bertujuan menemukan dan menerapkan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Mengawasi pelaku usaha tidah hanya sebatas pada gerak-gerik yang dilakukan, namun juga menyangkut kualitasnya agar produk yang dijual juga mempunyai nilai jual tinggi. Pendampingan yang dilakukan ini pula ditujukan untuk memperbaiki tindakan-tindakan yang salah di dalam pelaksanaan dengan maksud apa yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. 

Sebagaimana kegiatan pelatihan kemarin, pada proses kegiatan pendampingan ini dilakukan pula 4 aktivitas yakni routing, scheduling, dispatching, pemeriksaan/pengawasan.

Routing dilakukan sebagai penunjuk jalan yang setepat-tepatnya yang harus dilalui oleh bahan-bahan mentah sampai menjadi barang jadi. Routing juga digunakan sebagai alat untuk meneliti apakah proses produksi sudah benar-benar mengikuti jalan yang telah ditentukan di dalam rencana. 

Sedangkan scheduling ini yakni menetapkan waktu yang diperlukan untuk tiap bagian dari pekerjaan dan jangka waktu yang diperlukan/seluruh pekerjaan. Jadi, tugas pendampingan disini yakni mengawasi kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan apakah sesuai dengan route dan scheduling yang telah ditentukan oleh bagian perencana. Kemudian dispatching yakni adanya perintah untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan tertentu sesuai dengan rencana dan menurut rute dan waktu yang telah ditetapkan. 

Dan yang terakhir yakni pengawasan/pemeriksaan dilakukan pada waktu pekerjaan sedang dan sesudah selesai dikerjakan. Keempat aktivitas itu digunakan/berfungsi agar pelaku usaha dapat menghasilkan sebuah produk yang berkualitas dan memasarkannya sesuai dengan harapan yang diinginkan, mendapat omset yang lebih dari sebelumnya dan nilai kepuasan pelanggan menjadi faktor utama yang juga diperhitungkan.

Pendampingan itu dilakukan selama 2 hari. Di hari pertama yakni pendampingan mengenai menghias produk dan cara mempacking suatu produk. Kegiatan diawali dengan produk yang akan dikemas (packing), produk yang dijual itu tergantung pada sasaran sendiri, dapat berupa mukenah, baju, kerudung, celana, dan lainnya. Setelah memilih produk yang akan dijual, sasaran harus menyiapkan hiasan untuk box-nya, seperti pita, bunga kering, kartu ucapan, dan brand produk yang dijual, tujuannya agar lebih menarik dan terlihat rapi. Barulah kemudian kegiatan dilakukan dengan menata produk secara rapi dan menarik konsumen.

Kemudian membuat dan mengedit kartu yang nantinya dimasukan di dalam box bersama produk yang akan dijual/dipilih oleh konsumen. Kartu itu terdiri dari kartu ucapan terimakasih, brand olshop, dan kartu pilihan pengisian box. Pengeditan dilakukan dengan menggunakan aplikasi Canva dan Picsart karena untuk menggunakan CorelDraw dan Photoshop sangat sulit bagi pelaku usaha dan tidak semua pelaku usaha mempunyai laptop, oleh karena itu pengeditan dilakukan dengan aplikasi yang sederhana.

Pendampingan pada hari ke dua yakni mengenai pembuatan akun media sosial, kemudian cara penguploadan produk ke media sosial, dan terakhir yakni pemasaran produk tersebut agar dapat dijangkau dan dilihat oleh para pengguna media sosial di berbagai dunia. Disini sasaran lebih memilih akun media sosial shopee untuk memasarkan produknya karena saat pelatihan kemarin mereka lebih mudah dan paham menggunakan Shopee daripada yang lain. 

Menurutnya Whatsapp Business hampir sama dengan Shopee jadi mereka memilih salah satu saja, kemudian pemasaran lewan Instagram dan Facebook kurang menjangkau karena harus mem-follow berbagai konsumen sedangkan di Shopee mereka tidak perlu mencari konsumen karena produk yang diunggah akan dilihat orang dari manapun

 Pada kegiatan pendampingan di minggu ke tiga ini, terdapat kendala yang dialami oleh sasaran. Salah satunya, kurangnya kecakapan sasaran terhadap penggunaan smartphone membuat sasaran menjadi semakin sulit untuk mengikuti alur kegiatan ini. Hal tersebut menjadi penghambat dalam kegiatan pendampingan ini. Sasaran menjadi tidak fokus ketika mulai dihadapkan dengan pendampingan pembuatan akun serta pengaturan pada fitur-fiturnya. 

Selain itu, sasaran masih kurang memahami dalam penggunaan aplikasi pengeditan. Namun, dengan kesabaran dan kegigihan dari sasaran untuk terus belajar menggunakan media sosial tersebut, akhirnya kegiatan tersebut berjalan dengan lancar dan berhasil dalam pengaplikasiannya pada usaha konveksi ini. Menurutnya (sasaran) kendala itu timbul karena belum adanya kebiasaan menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut (Kamilah Abidatun Nafilah/KKN Btv-3)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun