Kehidupan yang serba instan sering kali membawa konsekuensi serius pada kesehatan, salah satunya adalah obesitas Saat ini obesitas menjadi permasalahan serius di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2018, prevalensi angka diabetes pada penduduk usia di atas 18 tahun mencapai 26,60% untuk laki-laki, dan 44,40% untuk perempuan. Bahkan, menurut WHO, Indonesia kini berada di posisi teratas dalam tingkat obesitas di kawasan Asia Tenggara, dengan lebih dari 30% populasi orang dewasa yang berat badannya dikategorikan obesitas.Â
Obesitas merupakan kondisi di mana perbandingan antara berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan (Nugraha, dkk., 2015). Tidak hanya berdampak pada penampilan, obesitas dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit degeneratif, seperti diabetes, jantung koroner, bahkan berpengaruh pada kerusakan kartilago sendi yang menyebabkan osteoarthritis. Osteoarthritis, penyakit degeneratif yang seringkali disamakan dengan osteoporosis adalah kondisi di mana terjadi kerusakan kartilago pada suatu sendi. Adapun bagian-bagian yang sering terdampak osteoarthritis adalah tulang belakang, panggul, lutut, pergelangan kaki.Â
Mengapa osteoarthritis dapat disebabkan oleh obesitas? Hal ini dikarenakan, berat badan yang berlebih membuat sendi pada lutut dan anggota tubuh lainnya menjadi bekerja lebih keras. Tekanan akan membuat tulang rawan yang melindungi ujung-ujung persendian rusak secara bertahap. Apabila hal ini terjadi, maka tulang rawan akan terkikis seluruhnya yang mengakibatkan tulang bergesekan dengan tulang (karena remodeling tulang). Hal ini akan memperparah rasa nyeri pada penderita osteoarthritis.
Â
Adapun gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita antara lain adalah sebagai berikut:
1. Nyeri, sendi yang terdampak akan terasa nyeri selama atau setelah bergerak. Beberapa pasien mengeluhkan rasa sakit selama berjalan, melakukan aktivitas yang melibatkan anggota gerak yang terdampak, bahkan ada yang mengeluhkan tidak bisa sama sekali melakukan gerakan tertentu saat melakukan ibadah shalat.Â
2. Kekakuan, kekakuan sendi mungkin paling terasa pada saat bangun tidur. Hal ini dikarenakan, selama tidur aliran darah ke area sendi dapat berkurang. Sarrajau mengatakan bahwa selama tidur tekanan darah turun sekitar 10 persen. Sirkulasi darah yang lebih rendah karena tekanan darah yang menurun dapat mengurangi suplai oksigen dan nutrisi yang penting untuk kesehatan sendi, sehingga mengakibatkan kekakuan.
3. Nyeri saat ditekan, nyeri dapat muncul saat bagian yang terdampak diberi tekanan, bahkan tekanan ringan sekalipun, dan rasa nyeri tersebut seringkali juga terasa pada area di sekitarnya.
4. Kehilangan fleksibilitas, penderita mungkin tidak dapat menggerakkan sendi secara maksimal dikarenakan tulang rawan, jaringan yang memungkinkan pergerakan sendi tanpa gesekan mengalami pengikisan.Â
5. Sensasi berderak, penderita mungkin merasakan sensasi berderak, dan biasanya terdengar bunyi letupan saat menggerakkan sendi tersebut.Â
6. Pembengkakan, hal ini disebabkan oleh pembengkakan jaringan lunak pada sekitar sendi.Â
Meskipun penyakit ini tidak dapat disembuhkan secara total, gejalanya dapat diredakan melalui fisioterapi. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah pemberian terapi ultrasound dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Terapi ini bertujuan menghasilkan efek diathermy (pemanasan mendalam), yang memicu pelebaran pembuluh darah. Proses tersebut meningkatkan aliran darah ke area yang dirawat, sehingga mempercepat perbaikan jaringan. Setelah pemberian ultrasound, terapi dilanjutkan dengan myofascial release, yaitu teknik peregangan jaringan ikat (fascia) untuk meningkatkan fleksibilitas dan mengurangi nyeri. Terapi kemudian diakhiri dengan pemberian sinar inframerah, yang bertujuan meningkatkan elastisitas jaringan dan meredakan peradangan.
 Sebagai salah satu dampak serius dari obesitas, osteoarthritis menunjukkan pentingnya menjaga berat badan ideal untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kombinasi gaya hidup sehat, seperti pola makan yang seimbang, olahraga teratur, serta pengelolaan stres, merupakan langkah utama dalam mencegah obesitas dan komplikasinya, termasuk osteoarthritis. Namun, bagi mereka yang sudah mengalami osteoarthritis dapat melakukan penanganan dini melalui fisioterapi dan pengobatan sehingga dapat membantu mengurangi gejala.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H