Banyak hasil penelitian yang menunjukkan adanya peran vitamin D pada sarkopenia. Dalam studi meta-analisis pada lansia yang diberikan suplemen vitamin D (700-1000 IU/hari) mampu mengurangi risiko penurunan sarkopenia sebesar 19%. Mekanisme lain pada saat kondisi kekurangan vitamin D, tubuh tidak dapat menyerap kalsium yang cukup dari makanan.Â
Keadaan tersebut akan menyebabkan peningkatan produksi suatu hormon bernama hormon paratiroid. Untuk menjaga kadar kalsium dalam darah, hormon ini akan mengeluarkan kalsium yang ada di tulang. Hal ini meningkatkan risiko kelemahan otot yang dapat berkembang menjadi sarkopenia pada lansia (Umakanthan et al., 2021).
Terdapat 3 jenis sumber vitamin D yang bisa didapatkan untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Paling banyak didapatkan melalui sinar UVB dari matahari yang mengenai kulit kita.Â
Sinar UVB membantu mengaktifkan vitamin D yang tersebar di seluruh tubuh. Sumber lainnya adalah yang berasal dari asupan makanan dan suplementasi vitamin D.Â
Vitamin D banyak ditemukan pada ikan salmon, ikan tuna, minyak hati ikan cod, dan kuning telur. Selain itu, Â suplementasi vitamin D sebesar 20mcg/hari telah terbukti mampu menurunkan risiko sarkopenia pada lansia (Pilz et al., 2018). Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada tahun 2019, besaran rekomendasi asupan vitamin D pada lansia adalah sebesar 20 mcg/hari atau setara dengan 800 IU.
Itulah ulasan terkait sarkopenia dan peran penting vitamin D. Memenuhi asupan vitamin D melalui asupan makanan, suplementasi, dan sinar matahari sama pentingnya. Proses penuaan tidak bisa dicegah, maka mulai lakukan pemenuhan asupan vitamin D sehingga sarkopenia dapat terhindari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H