Mohon tunggu...
kamila anindyas
kamila anindyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pecinta kucing, hobi menggambar, menulis, bermain gitar, menyukai warna hijau

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Masih Menjadi Tantangan: Penyakit Tuberkulosis (TBC) Di Surabaya

24 Desember 2024   22:51 Diperbarui: 24 Desember 2024   22:52 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular dengan tingkat kematian paling tinggi di dunia. Sementara itu, Indonesia menempati peringkat kedua di dunia dalam hal prevalensi TB, dengan Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang paling terdampak. Surabaya, khususnya, kota besar melaporkan sekitar 4.628 kasus pada tahun 2021, yang menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk mencegah penularan melalui perilaku pasien (Juliasih et al., 2024).

Pada artikel ini akan disajikan informasi dan tanggapan penulis mengenai isu penyakit tersebut di wilayah Surabaya, Jawa Timur mengingat angka penemuan penyakit TBC tercatat oleh Dinas Kesehatan mencapai 5.800 kasus hingga akhir Juni 2024. Hal ini berarti kasus penyakit TBC masih belum membaik selama lima tahun terakhir sebab kasusnya terus bertambah dan menjadi bukti konkrit bahwa program penanganan penyakit TBC masih kurang di Indonesia, khusunya Surabaya. Sistem kesehatan dan penanganan penyakit menular di Indonesia sudah sepatutnya berkaca terhadap tantangan besar tersebut.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri *Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini terutama menyerang paru-paru, yang menyebabkan tuberkulosis paru, tetapi juga dapat menyerang bagian tubuh lainnya, seperti sistem saraf pusat, kelenjar getah bening, dan sistem genitourinari. TBC ditularkan melalui droplet udara ketika orang yang terinfeksi batuk, berbicara, atau bersin. Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti batuk berkepanjangan, keringat malam, penurunan berat badan, demam, dan kehilangan nafsu makan (Krejbich, Homolka and Svobodov, 2007).

Gejala Umum Tuberkulosis di Surabaya:

  • Tuberkulosis (TB) biasanya disertai gejala seperti batuk, nyeri dada, sesak napas, penurunan berat badan, demam, dan kelelahan.

Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Surabaya:

  • Diagnosis TB di Surabaya melibatkan pemeriksaan rontgen dada dan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan dahak dan tes GeneXpert.
  • Pengobatan TBC di Surabaya mencakup pengobatan selama 6 bulan dengan fokus pada kepatuhan pengobatan untuk mencegah timbulnya resistensi obat TBC.

Faktor Risiko Tuberkulosis di Surabaya:

  • Faktor risiko penularan TB di Surabaya antara lain kontak dekat dengan penderita TB, pengobatan tidak memadai, malnutrisi, kepadatan penduduk, diabetes melitus, merokok, dan paparan debu silika.

Diluar dari segi kesehatan, faktor yang mempengaruhi risiko penularan penyakit TB di Surabaya memang masih terikat dengan isu sosial, ekonomi, dan budaya yang masih umum terjadi di Indonesia. Seperti, kemiskinan, stigma masyarakat, dan sebagainya. Karena itu, masih sulit  untuk menekan angka penularan TB jika tidak diikuti dengan pengendalian isu-isu pada bidang lain.

Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Pengendalian Tuberkulosis di Surabaya:

  • Upaya kesehatan masyarakat dalam penanggulangan TB di Surabaya meliputi identifikasi dan pengobatan pasien TB, pencarian dan evaluasi individu yang terpapar pasien TB menular, dan pengujian populasi berisiko tinggi untuk infeksi TB laten.
  • Selain itu, faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan pencahayaan ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan keberadaan Mycobacterium tuberculosis di udara, sehingga menyoroti pentingnya tindakan pengendalian lingkungan.

Semua upaya diatas dapat menjadi Solusi yang menjanjikan untuk mengatasi masalah ini. Namun, diperlukan pendekatan yang lebih holistik dan terkoordinasi antara pemerintah, fasilitas kesehatan, dan masyarakat. Program yang dapat diberikan dapat terbagi menjadi dua, pertama program yang terlibat langsung kepada masyarakat seperti kampanye kesadaran terhadap pentingnya deteksi dini. Kedua, melalui peningkatan fasilitas kesehatan seperti peningkatan akses pengobatan, pengawasan ketat terhadap program pengobatan TBC, dan pengendalian lingkungan yang bebas dari ancaman mikroba bakteri penyebab TBC. Dengan adanya kerja sama antara masyarakat dan Lembaga kesehatan, penurunan angka penderita penyakit TBC di Surabaya dapat mereda signifikan.

REFERENSI

Ganesan, A. et al. (2023) 'A rare, unusual presentation of tuberculosis in oral cavity-A case report', International Journal of Chemical and Biochemical Sciences, 23(1), pp. 195--201.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun