Mohon tunggu...
Bintang Eko
Bintang Eko Mohon Tunggu... Penulis - Keterangan Profil

Nyontek artikel milik saya? *sedih *kecewa *berdo'a agar..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Indonesia Bersama BKKBN

1 September 2015   16:20 Diperbarui: 1 September 2015   16:20 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A.

Kompasiana Nangkring bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Solo Paragon Hotel, Surakarta Jawa Tengah pada hari Kamis, 20 Agustus 2015 berlangsung meriah. Selain mendapat t-shirt dan makan gratis, peserta juga berkesempatan mendapatkan uang tunai dari dua narasumber BKKBN. Syarat mendapatkannya hanya menyimak acara "nangkring" in dari awal, karena kuis pertanyaan diambil dari materi pembicara.

Inilah materi dua pembicara dari BKKBN, yang merupakan pembicara ketiga dan keempat. Pembicara ketiga adalah Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi Dr. Abidinsyah Siregar, DHSM M.Kes.

Dr. Abidinsyah hanya menyampaikan paparannya selama 6 menit, beliau mengungkapkan bahwa para netizen, kompasianer, blogger, atau apapun namanya adalah orang-orang yang giat memanfaatkan media sosial dengan versi masing-masing, dan menemukan jati dirinya di dalam mengekspresikan pandangannya terhadap berbagai masalah sosial.

Beliau tertarik dengan penyampaian Pak Soleh (baca di artikel ini), bahwa kita punya amanah bagaimana cara agar keluarga kita selamat dunia akhirat. Itu sepertinya point paling utama dan tujuan pokok kita di muka bumi ini.

[caption caption="Dr. Abidinsyah Siregar, DHSM, M.Kes."][/caption]

Beliau juga mengutip perkataan Bang Wendo yang mengingatkan banyak hal yang sifatnya "local wisdom" dan kemudian terlihat bahwa rekan-rekan kompasianer ini adalah merupakan sebuah komunitas yang sangat potensial, khususnya di ranah kelompok usia muda; yang hari ini (20 Agustus 2015) jumlahnya sekitar 55 – 60% penduduk Indonesia.
Yang menjadi perhatian kita adalah apa yang tadi telah diingatkan oleh Kepala BKKBN (baca di artikel ini), dimanapun sebagai suatu negara kita punya misi, tujuan untuk apa kita sebenarnya kita masih ada di sini dan rela menyebut diri merdeka sebagai bangsa Indonesia. Mumpung sekarang 70 tahun Indonesia merdeka berarti paling tidak sudah 70 kali kita melihat dan membaca kembali apa sebenarnya yang menjadi landasan hidup kita. Tadi sudah disebut dengan 5 jari Pancasila, tetapi ada 4 tujuan kita sesungguhnya yaitu:

1. Membangun Indonesia yang mampu melindungi segenap tumpah darah.
Intinya blogger tidak menciptakan pekerjaan, tapi menciptakan perlindungan, rasa aman, dan nyaman.

2. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bagaimana pesan-pesan yang kita sampaikan di media sosial justru memperkaya kebijakan, rasa kebersamaan, dan nasionalisme.

3. Memajukan kesejahteraan umum.
Artinya bagaimana kita membangun suasana kebatinan sehingga orang yang melihat bahwa kekayaan itu banyak versinya. Ada kekayaan batin, sosial, ide, kreatifitas, dan sebagainya; yang itu bisa membuat orang berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

4. Mampu menciptakan perdamaian dunia.
Jadi yang disampaikan Kepala BKKBN sebenarnya adalah nilai yang luar biasa. Sampai Amerika Serikat, Jepang, dan negara lain cemburu ketika membaca Pembukaan UUD 1945 karena begitu kaya nilai moral di dalamnya.

Sekarang kita sampai di pemerintahan baru. Presiden kita menyebut dengan 9 cita-cita (Nawacita). Pointnya ada juga khususnya untuk BKKBN, yaitu cita-cita kelima yang disebut sebagai meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.

Kualitas itu dimulai dari keluarga. Membentuk manusia berkualitas tidak bisa dilakukan jika tidak berawal dari keluarga. Pembentukan manusia berkualitas yang dimaksud yaitu mengoptimalkan  "8 Fungsi Keluarga".

Sasaran BKKBN adalah 67 juta kepala keluarga, total jika dihitung bersama istri dan anak-anak sekarang di atas 250 juta jiwa. Pemerintah, dalam hal ini BKKBN tidak cukup tenaga untuk mengajak semua, karena keterbatasan pada  banyak hal. Tetapi ide dan kesempatan seperti yang dilakukan pada hari ini, mendorong rekan-rekan sekalian untuk memulai apa yang bisa dilakukan oleh para generasi Indonesia.

Ini tidak berhenti sampai di sini, akan ada lomba blog BKKBN se-Indonesia mengoptimalkan netizen untuk membangun bangsa.

[caption caption="Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A."]

Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A.
Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A.
[/caption]

Sementara itu, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A. yang menjadi pembicara terakhir mengatakan bahwa pembangunan karakter itu harus dimulai sejak dini melalui keluarga. Kita (BKKBN) membuat modul untuk membangun karakter. Beliau mempersilahkan kepada peserta yang hadir, jika menginginkan modul menjadi orang tua hebat, atau ingin ikut pelatihan menjadi orang tua hebat, atau mendalami lebih lanjut menjadi orang tua hebat bisa disampaikan melalui media sosial.

Dr. Sudibyo juga diserahi tanggung jawab untuk mengembangkan remaja Indonesia supaya menjadi remaja yang mengerti masa depannya. Remaja sekarang inilah yang akan mengisi pada saat Indonesia mencapai windows opportunity.

Remaja banyak terjerumus dalam gangguan yang luar biasa. Pernikahan dini meningkat hingga 70% diikuti dengan perceraian cepat (maksudnya baru sebentar menikah kemudian cerai), karena tidak memiliki persiapan untuk membuat sebuah keluarga dan tidak mengetahui fungsi keluarga.

Membangun sebuah keluarga harus mengetahui fungsi keluarga, percuma menikah tapi tidak tahu apa fungsi sebuah keluarga. Sebelum menikah harus belajar dulu bagaimana membentuk sebuah keluarga, karena ternyata membentuk keluarga itu tidak mudah. BKKBN juga membuat panduan buku untuk calon pengantin bagi yang akan menikah.

Godaan remaja terlalu banyak dan mereka tidak terlalu siap untuk menghadapi godaan itu. Karena pengasuhan; seperti yang disampaikan oleh Drs. Soleh (baca artikel Revolusi Mental dengan 4T). dianggap oleh sebagian orang tua hanya untuk anak-anak dan balita. Padahal remaja itu perlu pengasuhan dan pendampingan yang baik.

Indonesia harus siap menjadi negara lansia, karena pada 2022 nanti jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai 21 juta. Artinya jumlah lansia lebih dari 10% populasi penduduk. Maka pada saat windows opportunity, remaja harus lolos dari berbagai masalah yang mengganggunya. Jangan sampai remaja Indonesia tidak kreatif, cerdas, dan inovatif karena itu akan menjadikan kita hanya sebagai penonton di negara sendiri.

Ini adalah artikel terakhir liputan Kompasiana Nangkring bersama BKKBN pada 20 Agustus 2015 lalu, sesi kuis dan tanya jawab tidak disertakan dalam artikel. Semoga tulisan-tulisan ini bermanfaat.

6 Artiket Terkait Kompasiana Nangkring BKKBN:
1. Ke Solo Hanya untuk Belajar Revolusi Mental dari BKKBN
2. Membentuk Keluarga Indonesia yang Berkarakter
3. Pembangunan Karakter Manusia Surakarta dengan Konsep 3WMP
4. Revolusi Mental dengan Rumus 4T
5. Pesan Bang Wendo untuk Para Kompasianer
6. Membangun Indonesia Bersama BKKBN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun