Mohon tunggu...
Kamerad Kliwon
Kamerad Kliwon Mohon Tunggu... -

Kata Chairil semua mesti dicatat, semua mesti mendapat tempat.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Marwah Golkar Ada di Era Airlangga Hartarto

16 Maret 2016   19:27 Diperbarui: 16 Maret 2016   19:45 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Caketum Golkar, Bapak Airlangga Hartarto. Sumber: Kompas.com"][/caption]

Munaslub Golkar diharapkan sebagai momen rekonsiliasi. Namun semangat islah terusik oleh intrik dan friksi kurang sehat yang dihembuskan oleh kelompok Ade Komarudin (Akom) dengan kelompok Setya Novanto (Setnov).

2 tokoh sentral partai sekaligus 2 petinggi Senayan. 2 tokoh yang menyiratkan suasana perang dingin dalam perebutan kekuasaan. 2 tokoh yang tukar-tukaran posisi.

Perang urat syaraf dipertontonkan dengan cukup vulgar di tengah kontestasi menuju Munas rekonsiliasi. Seakan musuh bebuyutan saja, padahal masih satu kapal.

Jika budaya semacam ini diteruskan, ya, kapal yang dilayari bersama tersebut bisa karam kapan saja. Seakan tak ada tujuan bersama yang harus dihadapi. Dan cita-cita untuk Satu Golkar demi Indonesia berpotensi gagal.

Kondisi inilah yang membuat kejenuhan kader-kader daerah semakin menggunung. Mereka sudah muak dengan sikap membangun kelompok dalam kelompok. 2 tahun ini adalah waktu yang begitu membingungkan dalam internal partai. 

Apa yang bisa disimak lagi tentang Akom, selain ribut-ribut dan tuding-tudingan dari Bamsoet, kolega kepercayaannya. Akom sibuk klarifikasi atas masalah-masalah dirinya yang diapungkan sejumlah pihak ke hadapan publik.

Yang paling tidak enak di telinga itu kan gaya klarifikasi Bamsoet yang selalu menggiring isu bahwa persoalan-persoalan Akom yang mengoar ke publik adalah upaya pihak-pihak lain untuk menjatuhkan citra Akom. Serangan Caketum lain lah, black campaign lah, bla..bla..bla..

Padahal, kalau Bamsoet sebagai juru bicara adalah orang yang bijak, dan Akom sebagai calon Ketum adalah orang yang bersih, ya tinggal dibuktikan saja ke hadapan publik. Jangan malah membalas tudingan dengan  tudingan. Publik kan bisa menilai, jangan selamanya berpikir kalau masyarakat itu bodoh.

Imbas nyata dari perseteruan yang ada padahal tengah dirasakan segenap penghuni partai beringin. Golkar terlempar ke sudut dari riuh pesta demokrasi Pilkada 2015. Sebuah hantaman telak dari kenyataan. Persaingan merebut hati rakyat tak bisa dilakoni partai yang mengandung perseteruan di dalam tubuhnya.

Maka tidak heran lalu kebanyakan kader memilih tokoh yang lebih santun dan punya itikad murni. Agar nanti tak ada lagi pertunjukan suara sumbang di tengah paduan seruan rekonsiliasi.

Pilihan tampak pada Airlangga Hartarto (AH) yang jelas memiliki karakter dan jiwa kepemimpinan yang berbeda dari 2 petinggi Senayan di atas. Jika Akom dan Setnov muncul dengan gaya perseteruan, lain halnya dengan AH. AH tidak saja berjabat erat dengan kader-kader daerah, ia pun malah berjabat dengan tokoh senior sekaligus rivalnya dalam Munaslub, Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Ia datang ke Sulawesi mengunjungi SYL bukan sebagai musuh, namun sebagai kawan yang ingin bersama-sama mengembalikan marwah Golkar ke tempat yang semestinya. Hal ini memperlihatkan kecakapan dan jiwa seorang pemimpin dalam diri AH yang mengindikasikan harapan akan persatuan Golkar nantinya. Angin segar bagi banyak orang.

Dari sini, AH tampak sangat kolaboratif, hangat, dan cair dalam membangun komunikasi politik. Seorang tokoh yang dapat merangkul banyak pihak dan mau bekerjasama demi kepentingan bersama.

Di sinilah letak poin pentingnya. Sebab Munaslub yang hendak mencari pemimpin baru ini memang betul-betul diharap sebagai titik persatuan, era bangkitnya kejayaan Golkar. Maka Golkar butuh orang yang mengutamakan persatuan demi kesatuan.

Sifat beberapa tokoh lain yang terkesan lebih suka berkonfrontasi malahan akan memberi peluang pada perpecahan baru di kemudian hari, dan Golkar bisa jadi terpuruk untuk kesekian kalinya. Maka AH sangat bijak menghindarkan cara-cara lama semacam itu.

Banyak pihak telah membaca potensi dan profil AH ini. Tak heran kemudian kader-kader daerah yang telah membuka mata lalu menyuarakan harapan dan cita-citanya pada AH. Sejumlah kader dari beberapa DPD I dan II telah mulai angkat suara untuk mendukung dan memilih AH pada Munaslub nanti.

Dan bentuk-bentuk dukungan tersebut semakin hari semakin bertambah. Wajar, pantas, dan sudah seharusnya.

Sudahlah, Akom tetap Ketua DPR. Setnov Ketua Fraksi. Azis Syamsuddin Sekretaris Fraksi. Mahyudin Wakil Ketua MPR. Airlangga Hartarto Ketum Golkar. Komposisi yang sudah tepat, bukan?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun