Penulis 1 : Kamelia Rosani
Penulis 2 : Dr. H. Asep Qustolani, S.E., MM.
asepquinn@unma.ac.id
 Sebuah organisasi pada dasarnya merupakan bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk mencapai target bersama secara efisien dan efektif. Dalam operasinya, keberadaan sumber daya manusia (SDM) sebagai penggerak utama sangatlah penting untuk memastikan tercapainya tujuan tersebut. Agar SDM mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan maksimal, diperlukan motivasi yang dapat mendorong kinerja optimal. Oleh sebab itu, upaya untuk meningkatkan motivasi kerja menjadi hal yang tidak dapat diabaikan. Seiring dengan perkembangan waktu, pengelolaan SDM telah mengalami banyak perubahan, dan saat ini pemerintah mulai berperan aktif dalam mendukung pengembangan SDM untuk menghasilkan tenaga kerja yang lebih kompeten di masa mendatang (Mohammad Rizal Yusuf, 2020).
  Manajemen sumber daya manusia memiliki peran sentral dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman, mendukung peningkatan kompetensi, serta membangun hubungan kerja yang harmonis demi meningkatkan motivasi karyawan. Strategi yang dapat dilakukan meliputi pemberian penghargaan, pelatihan dan pengembangan keterampilan, penilaian kinerja yang transparan, serta peningkatan kesejahteraan karyawan. Pendekatan semacam ini memastikan bahwa kebutuhan dasar dan psikologis pekerja terpenuhi, sehingga mereka merasa dihargai dan terdorong untuk memberikan kontribusi maksimal kepada organisasi.
  Di samping itu, penerapan manajemen SDM yang efektif membutuhkan pemahaman mendalam tentang faktor intrinsik dan ekstrinsik yang memengaruhi motivasi kerja. Faktor intrinsik seperti pencapaian, rasa tanggung jawab, dan peluang pengembangan diri dapat diperkuat dengan menyediakan tantangan kerja yang relevan dan jalur karier yang jelas. Sementara itu, faktor ekstrinsik, seperti kompensasi, penghargaan, serta jaminan kerja, harus dikelola dengan baik untuk memastikan tingkat kepuasan karyawan tetap tinggi.
  Penerapan manajemen SDM yang terstruktur dapat membentuk budaya kerja yang produktif dan inovatif. Budaya kerja yang positif tidak hanya meningkatkan motivasi karyawan tetapi juga menciptakan loyalitas terhadap organisasi. Dengan demikian, strategi SDM yang menyeluruh bukan hanya alat untuk meningkatkan motivasi kerja, tetapi juga investasi jangka panjang dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja.
  Motivasi kerja didefinisikan sebagai dorongan yang memacu seseorang untuk menyelesaikan tugas dan mencapai target yang telah ditentukan. Motivasi yang tinggi terbukti mampu meningkatkan efisiensi, kreativitas, dan performa kerja karyawan. Hadhriyatul Amin Ali et al. (2024) menekankan pentingnya motivasi kerja sebagai salah satu elemen utama dalam pengelolaan SDM, karena pengaruhnya terhadap keberhasilan kinerja individu maupun organisasi.
  Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah memastikan terpenuhinya kebutuhan mereka. Tugas ini menjadi tanggung jawab utama manajemen SDM dan mencakup berbagai aspek, mulai dari kebutuhan fisik, psikologis, hingga sosial. Kebutuhan fisik dapat dipenuhi melalui pemberian upah yang layak, penciptaan lingkungan kerja yang nyaman, penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai, dan jaminan sosial.
  Kebutuhan psikologis mencakup pengakuan atas kontribusi karyawan, penghargaan yang layak, dan peluang untuk meningkatkan kapasitas diri (Ramdhona et al., 2022). Sementara itu, kebutuhan sosial dapat diwujudkan dengan membangun lingkungan kerja yang inklusif di mana setiap individu merasa dihargai dan menjadi bagian dari sebuah tim yang solid. Pemenuhan kebutuhan ini tidak hanya menciptakan kenyamanan bagi karyawan, tetapi juga meningkatkan semangat mereka untuk memberikan hasil terbaik.
  Manajemen SDM juga perlu memberikan kesempatan kepada karyawan untuk terus mengembangkan keterampilan melalui program pelatihan, pengembangan profesional, dan pembelajaran berkelanjutan. Langkah ini tidak hanya mendukung pertumbuhan individu tetapi juga memastikan tenaga kerja yang lebih kompeten dan inovatif, sehingga meningkatkan daya saing organisasi di tengah persaingan pasar yang semakin ketat (Kristanti & Lestari, 2019).