Dia tampak memperagakan usianya lewat gerak jari tangan. Jari tangan kiri 5, sedangkan jari tangan kanan 3. Menegaskan usianya 8 tahun. Melihat tingkahnya yang menggemaskan, membuat saya tersenyum beberapa saat.
"Apa yang dilakukan anak ini tadi, pasti karena sering melihat orangtuanya berbuat demikian. Anak ini pasti mendapat didikan yang baik dari orangtuanya," pikir saya dalam hati.
Lalu saya melanjutkan shalat tarawih berjamaah. Setelah selesai shalat, saya melihatnya kembali duduk di teras masjid. Sebelum pergi saya sempat menanyakan beberapa pertanyaan lagi. Tentu dengan nada suara normal karena sudah berada di luar masjid.
"Namanya siapa," tanya saya sambil memakai sendal dan menuju ke arah parkiran motor yang hanya berjarak 5 meter.
"Kalau di rumah dipanggil Qela Om. Tapi di sekolah Syakila," jawabnya polos.
"Sekolah dimana, kelas berapa Qela," tanya saya lagi.
"Di MIN, kelas 2," jawab Syakila menutup pertemuan malam itu.
Sudah beberapa malam ini, Syakila memang tampak duduk di teras masjid. Setiap selesai dua raka'at shalat tarawih, Syakila selalu masuk ke dalam untuk sekedar berbisik ke Abi-nya, lalu keluar lagi saat shalat kembali didirikan.
Disclaimer: Saya mengabadikan kisah Syakila karena merasa terkesan saat dia meletakkan sutrah di depan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H