Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - .

Mengingat bersama dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kiat Mas Arie, Bosan Jadi Pegawai Hingga Terbakar Semangat Bisnis Ayam Bakar

14 November 2021   08:04 Diperbarui: 14 November 2021   08:18 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di teras Ayam Bakar Mas Arie | Dokumentasi pribadi

"Saya sewa rumah ini Rp15 juta pertahun, ada dua kamar, tapi tidak difungsikan untuk tempat tinggal, saya bersama istri dan anak masih tinggal di ruko depan," kata Mas Arie kepada penulis, Kamis malam, 11 November 2021.

Dirinya mengaku membuka bisnis karena bosan jadi pegawai. Mas Arie sebelumnya bekerja di Istana Yamaha selama 8 tahun. Terakhir, sebelum memutuskan berbisnis, Mas Arie bekerja di PT. Celebes Capital Cabang Banda Aceh selama 3,5 tahun. Kedua tempatnya bekerja itu sekarang sudah minggat dari Aceh.

Ada pengalaman unik, kata Mas Arie. Saat masih berstatus sebagai karyawan, setiap hari libur, Mas Arie bersama teman-temannya kumpulin uang untuk bakar-bakar. Seperti biasa, Mas Arie menjadi chef andalan. Setelah beberapa kali mencicipi, banyak temannya yang menyarankan untuk berjualan.

"Buka bisnis selain keinginan sendiri juga dorongan teman-teman. Dari merekalah adalah sedikit motivasi, rupanya ayam bakar saya buat layak untuk dijual," ujar Mas Arie.

Mas Arie mengaku enam bulan pertama mengawali bisnisnya pada tahun 2014 mengalami kesulitan, dalam sehari ia hanya mampu menjual lima ekor ayam. "Orang tidak tahu dan mungkin tidak mau tahu, ketika awal jualan saya bersama istri buka sampai jam tiga dinihari. Paginya, belanja ke pasar dan beres-beres untuk jualan malamnya lagi. Begitu terus pas pertama jualan dulu," tambahnya.

Enam bulan berjalan, kata dia, baru nampak ada penjualan, orang-orang mulai tahu. Dari semula lima ekor, kemudian meningkat menjadi 20 ekor, 30 ekor, begitu seterusnya. Hingga, ia mampu menjual ayam bakar 80 ekor perhari atau sekitar 480 potong. Bahkan, jika puasa dagangannya bisa ludes terjual hingga 90 ekor ayam.

Padahal saat itu tidak ada metode promosi khusus yang digunakan. Selain media sosial yang belum semarak sekarang, juga handphone yang dipakai Mas Arie saat itu belum mumpuni. Hanya menggunakan metode MLM alias Mulut Lewat Mulut.

"Banyak ayam bakar lain di Banda Aceh, tapi kita memiliki ciri khas sendiri. Menjadi berbeda dari yang lain, mulai dari aroma, rasa, penyajian hingga pelayanan," tutur Mas Arie.

Smentara itu, ia juga mengungkapkan omset perhari paling rendah Rp1,8 juta, paling tinggi Rp3,5 juta. "Sampai sekarang masih belanja sendiri," tambahnya.

Lokasi untuk memasak | Dokumentasi pribadi
Lokasi untuk memasak | Dokumentasi pribadi

Malam itu, penulis bersama seorang sahabat, Bilal Faranov, memesan dua nasi uduk ayam bakar dan minum. Bilal memesan sirup kurnia cap patung, penulis air mineral botol. Satu porsi nasi uduk ayam bakar dibanderol Rp17 ribu, sedangkan minum masing-masing dibanderol Rp5 ribu. Total hanya perlu merogoh kocek Rp44 ribu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun