"Mudah mudahan workshop akan meningkatkan pemahaman bersama mengenai respon gizi dan memudahkan kita dalam menyusun rencana kontijensi gizi pada masa tanggap darurat bencana Aceh," tegas Hanif.
Menurutnya, kegiatan ini sangat penting mengingat sebagian wilayah Aceh rentan akan bencana alam. Dampak dari bencana alam sendiri adalah kesehatan masyarakat terutama gizi buruk terhadap anak.
Hanif menegaskan Pemerintah Aceh terus meningkatkan upaya penurunan gizi buruk dan stunting, berbagai strategi telah dilakukan dalam upaya penanganan cepat dan tepat penurunan stunting. Salah satu strategi, membentuk satgas melakukan sosialisasi dan pendataan di desa.
"Strategi ini tidak mudah dilakukan karena jangkauan wilayah yang luas. Di sisi lain pemerintah menghadapi berbagai tekanan dalam penyadaran tentang betapa pentingnya asupan gizi bagi keluarga. Salah satunya minimnya kepedulian masyarakat terhadap gizi yang merupakan salah satu penyebab tingginya angka stunting," tegasnya.
Untuk itu, lanjutnya, Hanif berharap workshop ini dapat mengetahui kelompok terdampak bencana yang menjadi prioritas. Jangan sampai saat bencana justru mereka tidak mendapatkan gizi yang baik. Kemudian, kelompok lain yg menjadi perhatian kita yaitu ibu hamil.
Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBA Fazli, SKM, M.Kes, mengatakan disamping pemerintah, masyarakat, akademisi, CSR juga harus memiliki peran dan komitmen dalam mendorong rencana kontijensi gizi masa tanggap darurat bencana di Aceh.
"Tahun ini ada Rp79 miliar dana CSR diberi ke Pemerintah Aceh, itu dari 23 CSR. Sementara ada 70 CSR di Aceh. Semoga sisanya segera bekerjasama dengan pemerintah," ujar Fazli.
Fazli menyampaikan Aceh hari ini berdasarkan kajian, risiko bencana meningkat, dari 11 ancaman bencana meningkat menjadi 14, itu termasuk dalam kategori tinggi.
"Saya selalu mengawali sebab dan akibat, Aceh hari ini berdasarkan kajian risiko bencana dari 11 ancaman bencana meningkat 14, itu masuk kategori tinggi. Makanya kegiatan ini sangat relevan, karena Aceh sangat rawan bencana," kata Fazli.
Officer Nutrisi Unicef Aceh, dr. Natasya Phebe, menjelaskan pedoman gizi pada masa tanggap darurat ada empat, paling penting Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), pencegahan dan penanganan gizi kurang dan gizi buruk, suplementasi gizi, dan dukungan kelompok rentan lainnya.