Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengingat bersama dengan cara menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Masakan Khas Aceh dan Sentuhan Tangan Dingin Bang Din

21 Mei 2022   11:59 Diperbarui: 21 Mei 2022   13:05 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu masakan di warung Bang Din | Dok Pri

Dari banyak menu yang tersaji, ada beberapa menu yang tidak tersajikan tanpa campur tangan Bang Din. Seperti gulai ikan gabus dan kari kambing. Kedua masakan khas Aceh ini setiap hari menanti sentuhan dingin tangan Bang Din.

***

Siang itu, Minggu, 15 Mei 2022, langit di perbatasan Banda Aceh dan Aceh Besar sangat cerah, bersih tanpa ada banyak awan. Matahari bersinar terang menyinari perjalanan saya, Bilal dan Saiful yang sedang berburu warung makan untuk santap siang.

Saiful memiliki tanggung jawab penuh pada kursi kemudi, di sampingnya ada Bilal. Sementara saya, duduk di kursi tengah sendiri. Setelah berunding, kami bertiga sepakat makan siang di 'Warung Bang Din' yang berada di Jalan Soekarno - Hatta, Gampong Lampeuneurut, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar.

Setiba di lokasi, di depan Warung Bang Din sejumlah sepeda motor, becak, hingga mobil sudah terparkir acak. Potongan kayu untuk memasak ditumpuk berdekatan dengan tiang plang nama bertuliskan 'Warung Bang Din Masakan Khas Aceh Sie Manok - Eungkot Paya'.

Warung Bang Din memiliki dua pintu dan dua lantai. Lantai pertama sebagai tempat usaha. Sementara lantai dua dijadikan tempat tidur dan tempat tinggal. Seperti rumah makan pada umumnya, muka depan Warung Bang Din terdapat beberapa mangkuk dan piring yang disusun rapi. 

Bagian kanan warung terdapat tungku dapur tradisional, lengkap dengan kari kambing dalam wajan. Warung Bang Din tampak sederhana. Dinding bagian dalam warung di cat model half painted, setengah ke bawah warna biru, setengah ke atas warna kuning tua. Lima kipas angin gantung berputar, sedikit mengobati panasnya cuaca hari itu.

Belasan meja dan kursi disusun teratur, sebagian meja digabung. Sangat nyaman untuk pengunjung yang membawa keluarga. Warung yang berseberangan dengan Kantor Lembaga Wali Nanggroe Aceh ini tak pernah sepi pembeli. Seperti namanya, Warung Bang Din menyajikan beragam sajian kuliner khas Aceh, didominasi khas Aceh Besar.

Tampilan depan warung Bang Din | Dok Pri
Tampilan depan warung Bang Din | Dok Pri

Tak perlu menunggu lama, tiga gelas air putih hangat disajikan. Bukan sembarangan air putih ! aroma dan rasa pandan membius, menambah selera makan siang itu. Seorang pramusaji Warung Bang Din membawa piring dalam jumlah yang memenuhi kiri kanan tangan menghidangkan makanan.

Menu yang dibawa di antaranya dua porsi ikan gabus goreng, dua potong perkedel kentang, satu porsi ayam goreng, satu porsi asam udang khas Aceh, satu porsi sayur urap, dua porsi sie (daging) goreng. Kemudian, masing-masing satu porsi kari kambing dan gulai ikan gabus. Diikuti pesanan tambahan, tiga gelas es pepaya kerok.

Sekali suapan, cita rasa Warung Bang Din menempel di ingatan. Wabil khusus sie goreng, daging yang dipotong tipis itu digoreng seperti pada umumnya, namun rasanya begitu spesial, menyatu antara rasa manis, sedikit asin dan kriuk, pecah di dalam mulut.

Kemudian, rasa gurih gulai ikan gabus menyempurnakan santap siang hari itu. Gulai ikan gabus terasa segar, kaya akan rempah-rempah, ada sedikit potongan daun rebung kala, tipikal kuah kental.

Secara keseluruhan menu makan siang di Warung Bang Din sedap sekali. Rasa puas seimbang dengan biaya yang harus kami keluarkan Rp200 ribu untuk tiga orang.

Masakan tertentu butuh tangan dingin Bang Din

Menu masakan di warung Bang Din | Dok Pri
Menu masakan di warung Bang Din | Dok Pri

Setelah melahap makan siang, saya berencana mau bertemu dengan pemilik Warung Bang Din. Seorang perempuan berbaju hitam menghampiri meja kami memberitahukan pemilik sedang tidak berada di tempat. Perempuan itu adalah Fitri, istri pemilik Warung Bang Din. Nama Warung Bang Din diambil dari panggilan nama sang suami yaitu 'Bang Din'.

Menurut perempuan ramah itu, Warung Makan Bang Din sudah buka sejak sebelum tsunami Aceh, hampir 20 tahun. Warung Bang Din mendapatkan hati tersendiri bagi masyarakat pecinta masakan khas Aceh.

Fitri mengaku jauh sebelum adanya Warung Bang Din yang seperti sekarang. Sang suami pernah jualan di depan warkop orang, tidak pernah tetap, sering berpindah dari satu warkop ke warkop lain.

"Dulu pas awal-awal, jualannya di depan warkop orang. Pindah dari satu warkop ke warkop lain. Seiring berjalannya waktu, hingga akhirnya menetap di tempat sekarang," kata Fitri.

Dari banyak menu yang tersaji, kata Fitri, ada beberapa menu yang tidak tersajikan tanpa campur tangan Bang Din. Seperti gulai ikan gabus dan kari kambing. Kedua masakan khas Aceh ini setiap hari menanti sentuhan dingin tangan Bang Din.

"Untuk masakan tertentu butuh Bang Din. Kalau tidak ada Bang Din menu tersebut tidak tersedia. Mulai dari proses bumbu hingga aduk harus Bang Din yang kerjakan," ungkap Fitri.

Sehari habis rata-rata 30 Kg beras

Fitri mengaku pelanggan yang datang ke warungnya tidak hanya dari warga sekitar, melainkan ada juga dari luar kota. Mereka datang dari luar kota khusus untuk makan di Warung Bang Din. "Dari Lhokseumawe pernah kesini khusus untuk makan siang. Biasanya mereka telepon dulu," ujar Fitri.

Memiliki pelanggan yang banyak, sehari Warung Bang Din rata-rata menghabiskan 30 kilogram beras. Sementara jumlah pekerja saat ini tujuh orang. Warung Bang Din mulai buka pukul 11.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB.

Cuaca di luar masih seperti semula ketika kami baru tiba. Jalanan masih lengang, pikiran pun sudah tenang setelah perut kenyang. Pembeli Warung Bang Din terus bergantian berdatangan. Makin siang, makin ramai. Fitri kembali ke meja kasir, memastikan uang kembalian pembeli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun