Kisah nyata, 2016
Setelah hujan lebat dini hari, suhu pagi begitu sejuk. Segala hal sepakat untuk berdamai, preman pasar berdamai dengan Satpol PP, awan berdamai dengan angin, dan penduduk keturunan Tionghoa di Pasar Peunayong, Banda Aceh, sudah lama berdamai dengan keturunan asli Aceh.
Yang masih ribut kung kang kong hanya anak-anak kodok bangkong dalam tong sampah. Tak terima bahwa hujan sudah pulang. Beriak-riak air dari parit pasar yang tadi sempat meluap. Mengalir deras melewati deretan toko di Pasar Peunayong termasuk toko kelontong 'Ganda Rasa'.
Hari ini adalah hari pertama aku bekerja di Toko Ganda Rasa. Sekaligus pengalaman pertama aku bekerja di perantauan. Segala persiapan sudah dipersiapkan dengan matang sejak semalam. Mulai dari memastikan stok hingga menghafal harga barang.
Seorang perempuan tua keturunan Tionghoa sebut saja namanya Cici, menjadi pelanggan pertamaku. Cici bersama seorang anak berseragam SMP tampak berjalan tergopoh-gopoh, menerobos Toko Ganda yang sengaja dibuka setengah, karena sedang bersih-bersih.
Cici menyusuri setiap sudut Toko Ganda, mencari tanpa bertanya sepatah katapun. Aku yang dari tadi memperhatikan tingkah Cici memutuskan untuk bertanya;
"Cari apa Ci," tanyaku.
"Cari Cuka untuk dia, ada praktek di sekolah," tuturnya sambil menunjuk ke arah anaknya.
"Oh itu di atas Ci," jawab saya sambil menunjukkan Cuka yang berada pada ketinggian yang sangat sulit dicapai Cici.
"Tolong diambilkan, sudah telat, dia ada praktek di sekolah," jawab Cici.