Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengingat bersama dengan cara menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Seteguk Petuah Menjelang Pagi di Warkop Legendaris "Cita Rasa"

7 Mei 2022   06:06 Diperbarui: 7 Mei 2022   06:18 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyak Hasan percaya semua yang dimilikinya sekarang hanyalah titipan Allah semata. Dirinya hanya berusaha untuk terus menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Hal itu dibuktikan Nyak Hasan dengan rutin berbagi setiap hari Jum'at selama setahun terakhir.

Jumat, 6 Mei 2022, pagi ba'da subuh, seperti biasanya, Kota Bireuen diselimuti hawa sejuk dalam kegelapan yang mulai memudar. Cahaya kemerah-merahan bernama fajar tampak di langit sebelah timur. Matahari masih menunggu momen yang tepat untuk terbit menerangi bumi. 

Di Jalan Ramai, Kota Bireuen, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen, Aceh, masih lengang. Sejumlah pria tua mengenakan peci hitam berbaju koko, menuju ke sebuah warung kopi 'Cita Rasa' yang berada di ujung jalan.

Nuansa klasik terasa saat menginjakkan kaki di bagian depan warkop Cita Rasa. Warkop Cita Rasa merupakan salah satu warkop tertua di Bireuen, yang telah merekam jejak waktu setiap generasi. Namanya pun begitu akrab di telinga warga Bireuen.

Memasuki warkop satu pintu tiga lantai itu, bagian kanan terdapat lemari kaca yang sudah diisi roti tawar dan satu baskom stainless selai asoe kaya (srikaya). Dua langkah ke depan, terdapat dapur kopi (dhapu kupi), yang di atasnya sudah diletakkan dua ceret air, gelas dan piring-piring kecil. 

Di belakang barista, botol kaca limun dan sejenisnya disusun rapi tak berjarak. Sementara, di bagian tengah warkop ada meja kasir dan lemari kaca berisikan aneka cemilan pagi seperti pulut panggang, pisang goreng, bakwan dan lain sebagainya.

Suara gemuruh bara api menyala dari tungku tradisional yang berada di sudut dapur kopi. Pekat asap mengepul dari ceret yang sudah diisi bubuk kopi dan air mendidih. Kepulan asap rokok dan asap dari ceret bercampur menjadi satu.

Semerbak harum aroma kopi pun menembus indra penciuman. Membuat pengunjung tak sabar ingin segera menyeruput segelas kopi legendaris ini. 

Warkop Cita Rasa tampak sederhana. Dinding beton berwarna telur asin, setengah sudah di keramik, menambah nuansa vintage, 16 meja dan kursi kayu disusun berdempetan dengan dinding. Pengunjung nyaman bersandar, kecuali di dua meja bundar bagian tengah, tak ada tempat bersandar di sana.

Warkop yang hanya berjarak 50 meter dari Simpang 4 Bireuen ini tak pernah sepi pembeli. Seperti namanya, cita rasa kopi yang melegenda dan suasana warkop yang khas, membuat warkop Cita Rasa tetap eksis hingga kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun