Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengingat bersama dengan cara menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menilik Kemajuan Ilmu Sains di Timur dan Barat

2 Mei 2022   02:53 Diperbarui: 2 Mei 2022   02:56 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ditulis oleh : Muhammad Zulfa

Sebelum kemajuan keilmuan diraih oleh dunia bagian barat, dunia bagian timur sudah terlebih dahulu mengalami kemajuan yang luar biasa. Salah seorang ulama dari Turki Utsmani, Al-Alamah Kalanbawi, pernah membuat insinyur asal Prancis ta'ajub.

Pada tahun 1201 H, insinyur asal Prancis itu datang ke Turki dan menghadap menteri luar negeri. Insinyur itu bertanya, adakah di Turki seseorang di Turki yang bisa memecahkan salah satu dari masalah Logaritma yang tidak bisa ia selesaikan bahkan oleh ilmuan dari negerinya. Menteri membawanya ke tempat Imam Kalanbawi.

Besoknya ilmuan asal Prancis ini bersilaturahmi ke rumah Kalanbawi. Sang ilmuan terkejut bukan main saat melihat rumah dan pakaian Kalanbawi. Di luar ekspektasinya, ia seperti tidak melihat sosok penting pada Kalanbawi. Sang insinyur lalu pergi dan berjanji akan kembali.

Ketika kembali untuk kedua kalinya, Sang Insinyur kembali terkejut, kali ini ia terpukau dengan sosok Kalanbawi yang berhasil memecahkan masalah terkait Lagoritma, bahkan berhasil merumuskan seribu formula baru yang ditulis dalam dua maqalah.

Bagaimana tidak terkejut, saat itu ilmuan barat baru memulai mempelajari Logaritma, namun Kalanbawi sudah melampaui. Sehingga insinyur asal Prancis itu berbisik ke Menteri Luar Negeri Turki. "Seandainya Kalanbawi ini berada di negeriku '(Prancis) sungguh harganya seperti harga emas," timpal insinyur.

Titik kemunduran ilmuan timur

Ketika masa Hasan Al-Jabarti, ilmuan asal timur mulai menurun diminati. Sebenarnya, di masa Hasan Jabarti langkah kita masih sama dengan barat. Namun, di masa Al-Alamah Hasan Al'Attar kita sudah tertinggal satu langkah, mereka sudah bil-fi'li (perbuatan), kita masih bil-quwwah (perbakatan).

Tapi masih ada kesempatan untuk mengejarnya. Masa lanjutan kita tertinggal seribu langkah. Menurut Al-Alamah Zahid Kausari' ada beberapa ilmuan dulu yang menguasai ilmu sains seperti Ali Khausyaji, Mufti Zadah Kabir, Abdul Karim Amasi, Muhammad Amin bin Sadrudin Syairazi dan banyak lain nya.

Setelah era Hasan Jabarti ilmu sains mulai dikuasai oleh pelajar yang bukan ahli agama. Sehingga berakibat terjadinya gesekan satu sama lain. Seolah-olah ilmu sains bertolak belakang dengan ilmu agama. Ilmu agama terasa jauh dari kemajuan.

Yang menjadi pertanyaan, apakah apabila ulama islam mengabaikan ilmu umum, sains adalah suatu kekurangan?
Kenapa ulama sibuk dengan turast (sesuatu yang ditinggalkan oleh pendahulu)?
Kenapa tidak kejar kemajuan barat?

Ada dua jawaban yang menarik buat saya. Pertama, ulasan filsuf Prancis Ren Gunon atau yang dikenal dengan nama mualafnya Abdul Wahid Yahya, dalam bukunya berjudul Syaraq Wal Garab.

Kedua, ulasan Al-Alamah Mustafa Sabri di awal kitabnya yang berjudul Mauqif Aqal Wa Ilmi.

Dalam dua ulasan di atas aya mengutip. "Kita umat islam sudah kalah, dunia sudah dikuasai oleh barat, kita umat islam telah menyia-nyiakan kesempatan menguasai dunia, dunia sudah kita serahkan pada mareka "barat". Sekarang langkah terbaik adalah kembali ke agama, kembali ke asas, kalau dunia tidak kita kuasai, ditambah agama juga, maka kita mendapat dua kerugian,".

Bagaimana tidak, kemajuan yang pernah kita raih adalah hasil dari asas islam, kalau asas ini tidak diperbaiki maka semaju apapun teknologi dan penemuan tidak ada artinya.

Kemudian Al-Alamah Mustafa Sabri menghikayahkan ungkapan Umar bin Abdul Aziz. "Puncak dunia sudah saya kuasai (menjadi khalifah) maka sekarang saat nya kembali ke asal yaitu agama.

Umar bin Abdul Aziz adalah sosok yang sudah menguasai dunia tapi agama tetap jadi prioritas, agam harus kita dahulukan dan kokohkan.

Apa arti suatu bangsa yang maju kalau asalnya hilang. Apa arti suatu umat maju kalau identitas tidak ada. Maka, kita bisa pahami kenapa ulama sangat fokus dan mempertahankan turast, mengkaji islam melalui turast, sibuk dengan memberi syarah dan hasyiah, tujuan tidak lain adalah menjaga kualitas agama, melalui turastlah kemurnian agama terjaga.

Maka wahai kawan-kawan,studi ilmu di barat itu tidak terlalu ihtimam menjaga kualitas agama, mempertahankan kemurniannya, berbeda di timur, sebagai contoh di Al-Azhar, mereka fokus utamanya kaderisasi yang akan menjaga kemurnian agama. Sehingga lahirlah tokoh fikh, ulama tafsir, ulama hadist dan lain-lain.

Di samping itu, juga ada penelitian namun fokusnya adalah agama dan ilmu agama. Turast menjadi jalannya. Sedangkan di barat fokusnya tidak itu, fokusnya adalah riset, penelitian dan sejarah ilmu. Ini suatu yang bermanfaat bagi pelajar turast juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun