Sopir mengendarai mobil santai, hanya 40 kilometer per jam. Dalam waktu satu setengah jam, kami telah tiba di Lembah Seulawah (Saree), Aceh Besar.
Kami tiba pukul setengah tujuh, lima belas menit menjelang buka puasa. Kami berhenti di Warung Makan Khas Pidie. Seberes berbuka dan melaksanakan ibadah shalat Maghrib, kami melanjutkan perjalanan.
Mobil L300 kembali meluncur di jalan aspal yang mulai basah, meninggalkan Lembah Seulawah dan Saree, Aceh Besar. Malam itu, Seulawah diselimuti kabut tebal dalam pekat kegelapan malam dan keheningan. Lampu pinggir jalan hanya satu dua yang menyala.
Tak ada tanda-tanda kehidupan. Tak ada cahaya yang memancar dari rumah penduduk. Kiri kanan hanya hutan dan bukit yang menemani perjalanan.Â
Sopir menekan kuat pedal gas mobil, tanjakan curam dan turunan curam berhasil dilewati dengan lihai. Dua puluh menit kemudian, kami keluar dari gelapnya Lembah Seulawah memasuki Kabupaten Pidie.
Perjalanan mulai mulus, lampu-lampu pinggir jalan lengkap menyala. Lampu dari pertokoan dan rumah penduduk juga memancar. Empat dalam perjalanan, akhirnya kami tiba di Bireuen. Satu persatu penumpang mulai turun, termasuk kami.
Saya, Maskur dan Hamzah, mengakhiri pertemuan di Simpang 4 Bireuen. Sebelum berpisah, saya meminta Maskur mengajari cara pembayaran pakai QRIS BRImo. "Saya juga Kur," jawab Hamzah yang sedari tadi hanya diam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H