Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengingat bersama dengan cara menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sensasi Jogging Mengelilingi Aceh

24 Agustus 2021   13:42 Diperbarui: 24 Agustus 2021   13:56 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ayah yang sedang mengajari anaknya bermain bola voli di Taman Ratu Safiatuddin (Komar)

Hampir setiap sore, selama dua tahun ini saya melakukan aktivitas jogging atau lari santai di Taman Ratu Safiatuddin yang berada di Jalan Senangin, Bandar Baru, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh. 

Selama dua tahun terakhir itu pula saya merasakan sensasi jogging mengelilingi Aceh dengan bonus mengetahui berbagai bentuk bangunan rumah adat dari berbagai etnik yang ada di Aceh. Di taman yang dibangun saat akhir-akhir pemerintahan Gubernur Aceh, Abdullah Puteh, itu punya 23 anjungan rumah adat dari berbagai daerah di Aceh. 

Mulai dari anjungan rumah adat Aceh Besar yang berada di sebelah kiri jalan masuk hingga anjungan rumah adat Subulussalam yang berada di sebelah kanan pintu masuk. Rumah adat ini mempunyai ciri khas yang sangat iconic, perpaduan arsitektur modern dan tradisional. 

Arsitektur tradisional, bangunan berupa rumah panggung, bermaterial kayu, dan tidak memakai paku. Sedangkan arsitektur modern, bangunan berupa rumah berbahan material semen, batu bata, keramik, granit, kristal, dan kaca.

Di atas paving block yang sudah di tata rapi mengelilingi taman, menjadi track jogging yang membuat saya serasa sedang mengelilingi Aceh. Suasana jogging di taman kebudayaan yang diresmikan oleh Presiden RI yang kelima yakni, Megawati Soekarno Putri, itu pun sangat nyaman, jauh dari kebisingan suara knalpot. Dan yang paling penting tidak ada pedagang yang menjajakan dagangan disana, sehingga saya tidak terdistraksi.

Komplotan anak kecil yang sedang bermain sepatu roda (Komar)
Komplotan anak kecil yang sedang bermain sepatu roda (Komar)

Hanya ada beberapa orang yang melakukan aktivitas jogging disana. Aktivitas lain, sekumpulan anak muda kampung sekitar yang sedang bermain sepak bola di lapangan tengah disekitar panggung utama, sambil menunggu azan berkumandang. Kemudian, komplotan anak kecil yang sedang bermain sepatu roda, tentunya dengan dampingan pelatih dan orang tua yang menonton, sambil berteriak memberi semangat dari luar arena bermain.

Seorang ayah yang sedang mengajari anaknya bermain bola voli di Taman Ratu Safiatuddin (Komar)
Seorang ayah yang sedang mengajari anaknya bermain bola voli di Taman Ratu Safiatuddin (Komar)

Taman yang mendapat julukan Taman Mini Aceh ini sudah satu tahun setengah sepi, karena pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia sejak awal tahun 2020, sektor apapun terpaksa harus dihentikan, termasuk sektor pariwisata, situs sejarah dan sektor lainnya yang memiliki resiko menimbulkan keramaian.

Biasanya sebelum COVID-19, taman yang berada tepat di belakang kantor Gubernur Aceh ini kerap dijadikan sebagai lokasi Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) setiap 5 tahun sekali. Bahkan masyarakat Kota Banda Aceh lebih familiar dengan sebutan taman PKA ketimbang Taman Ratu Safiatuddin.

Kemudian, meski Pamor Taman Ratu Safiatuddin masih kalah dengan destinasi wisata lainnya di Aceh. Namun potensinya tidak bisa diabaikan. Taman ini kerap menjadi venue acara-acara maupun festival yang seru untuk dikunjungi. Seingat saya terakhir acara besar yang di selenggarakan adalah Aceh Culinary Festival (ACF) tahun 2019 yang menyajikan 1.000 jenis makanan dan minuman. Beruntung, saat itu saya menjadi bagian dari tim pembantu Event Organizer (EO).

Sekarang, hanya ada aktivitas olahraga disana, termasuk jogging. Biasanya, sebelum mulai jogging saya melakukan pemanasan dan peregangan terlebih dahulu. Pemanasan sangat penting ketika memulai segala jenis latihan, untuk menghindari kram otot. Baru setelah semuanya beres saya mengambil langkah pertama dan mulai berlari mengelilingi Taman Ratu Safiatuddin. Menarik, saya melintasi anjungan-anjungan rumah adat 23 Kabupaten/Kota di Aceh.

Sejarah Taman Ratu Safiatuddin

Taman Ratu Safiatuddin (Komar)
Taman Ratu Safiatuddin (Komar)

Dikutip tempatwisata.pro, pembangunan Taman Ratu Safiatuddin, diperuntukkan untuk mengenang jasa serta dedikasi beliau semasa memimpin Aceh. Taman ini dibangun ketika masa kepemimpinan Gubernur Abudullah Puteh dan diresmikan oleh Presiden Indonesia kala itu, Megawati Soekarnoputri.

Awalnya, hanya terdapat 20 rumah adat dari 20 kabupaten/kota di Aceh. Namun, seiring dengan pemekaran daerah, Taman Ratu Safiatuddin kini ditambah 3 rumah adat lagi dari Subulussalam, Nagan Raya dan Aceh Jaya. Disetiap anjungan rumah adat terdapat sebuah panggung utama yang biasanya digunakan untuk acara pentas seni dan pertunjukkan.

Sebelum mengenal lebih jauh, ada baiknya mengetahui siapa itu Ratu Safiatuddin yang diabadikan menjadi nama taman tersebut. Ratu Safiatuddin adalah salah satu Ratu yang sangat termasyhur dan disegani dari Kerajaan Aceh.

Sejarah Sultanah Ratu Safiatuddin

Panggung Utama Taman Ratu Safiatuddin (Komar)
Panggung Utama Taman Ratu Safiatuddin (Komar)

Sultanah Ratu Safiatuddin ialah putri dari Sultan Iskandar Muda. Ratu Safiatuddin yang lahir pada tahun 1612 dan meninggal dunia pada tahun 1675. Sultanah Ratu Safiatuddin dengan nama Putri Sri Alam merupakan istri dari Sultan Iskandar Tsani yang kala itu memimpin Kesultanan Aceh. Sultan Iskandar Tsani meninggal pada tahun 1641, saat itu Aceh sangat kesulitan mencari pengganti beliau. 

Istrinya, Ratu Safiatuddin, muncul menjadi kandidat terkuat saat itu. Namun, saat itu terjadi keributan antara para Ulama dan Wujudiyah yang tidak setuju jika Aceh dipimpin oleh seorang perempuan. Mereka beranggapan bahwa Aceh akan kehilangan kewibawaannya dimata dunia jika dipimpin oleh wanita.

Kemudian muncul nama seorang ulama besar bernama Nurrudin Al-Raniri yang menengahi kericuhan ini. Beliau pun menyanggah berbagai alasan yang dikeluarkan untuk menolak diangkatnya Ratu Safiatuddin sebagai pemimpin Aceh. Baru setelah itu, Ratu Safiatuddin berhasil memimpin Aceh selama 34 tahun, mulai 1641 hingga 1675.

Sebagai pemimpin baru Aceh, sang Ratu mendapat gelar Paduka Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Tajul-'Alam Syah Johan Berdaulat Zillu'llahi fi'l-'Alam binti al-Marhum Sri Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam Syah. Saat itu, dalam kepemimpinannya, Aceh mengalami perkembangan yang cukup pesat di berbagai bidang sastra, adat dan ilmu pengetahuan. Termasuk dibangunnya perpustakaan-perpustakaan sebagai upaya mencerdaskan rakyat.

Kajian dan literatur Islam berkembang pesat pada masa Sultanah Safiatuddin sehingga dianggap sebagai "zaman keemasan Islam dan Melayu di Aceh yang tak tertandingi hingga kini". Ratu Safiatuddin sendiri dikenal memiliki hobi menulis sajak dan syair. Tidak hanya itu, ekonomi dan perdagangan Aceh juga menggeliat pada masa kepemimpinan beliau dan hubungan diplomasi dengan negara lain terjalin dengan baik.

Sang Ratu Beliau juga dikenal merupakan pemimpin yang cakap, arif dan bijaksana. Ratu Safiatuddin membentuk sebuah pengawal istana yang beranggotakan perempuan. Pasukan ini juga ikut turun ke medan pertempuran ketika terjadi Perang Malaka pada tahun 1639. Beliau juga meneruskan tradisi dengan memberikan hadiah tanah kepada pahlawan perang.

Berikut 23 Anjungan Rumah Adat Kabupaten/Kota Aceh di Taman Ratu Safiatuddin

1. Aceh Besar

Anjungan Rumah Adat Aceh Besar (Komar)
Anjungan Rumah Adat Aceh Besar (Komar)

2. Aceh Selatan

Anjungan Rumah Adat Aceh Selatan (Komar)
Anjungan Rumah Adat Aceh Selatan (Komar)
3. Abdya

Anjungan Rumah Adat Abdya (Komar)
Anjungan Rumah Adat Abdya (Komar)

4. Aceh Singkil

Anjungan Rumah Adat Aceh Singkil (Komar)
Anjungan Rumah Adat Aceh Singkil (Komar)
5. Aceh Tenggara

Anjungan Rumah Adat Aceh Tenggara (Komar)
Anjungan Rumah Adat Aceh Tenggara (Komar)

6. Aceh Tengah 

Anjungan Rumah Adat Aceh Tengah (Komar)
Anjungan Rumah Adat Aceh Tengah (Komar)

7. Aceh Barat

Anjungan Rumah Adat Aceh Barat (Komar)
Anjungan Rumah Adat Aceh Barat (Komar)

8. Kota Sabang

Anjungan Rumah Adat Kota Sabang (Komar)
Anjungan Rumah Adat Kota Sabang (Komar)

9. Aceh Jaya

Anjungan Rumah Adat Aceh Jaya (Komar)
Anjungan Rumah Adat Aceh Jaya (Komar)

10. Nagan Raya

Anjungan Rumah Adat Nagan Raya (Komar)
Anjungan Rumah Adat Nagan Raya (Komar)

11. Gayo Lues

Anjungan Rumah Adat Gayo Lues (Komar)
Anjungan Rumah Adat Gayo Lues (Komar)

12. Simeulue

Anjungan Rumah Adat Simeulue (Komar)
Anjungan Rumah Adat Simeulue (Komar)

13. Bireuen

Anjungan Rumah Adat Bireuen (Komar)
Anjungan Rumah Adat Bireuen (Komar)

14. Sigli

Anjungan Rumah Adat Sigli (Komar)
Anjungan Rumah Adat Sigli (Komar)

15. Aceh Timur

Anjungan Rumah Adat Aceh Timur (Komar)
Anjungan Rumah Adat Aceh Timur (Komar)

16. Langsa 

Anjungan Rumah Adat Langsa (Komar)
Anjungan Rumah Adat Langsa (Komar)

17. Aceh Tamiang

Anjungan Rumah Adat Aceh Tamiang (Komar)
Anjungan Rumah Adat Aceh Tamiang (Komar)

18. Lhokseumawe

Anjungan Rumah Adat Lhokseumawe (Komar)
Anjungan Rumah Adat Lhokseumawe (Komar)

19. Aceh Utara

Anjungan Rumah Adat Aceh (Komar) 
Anjungan Rumah Adat Aceh (Komar) 

20. Kota Banda Aceh

Anjungan Rumah Adat Kota Banda Aceh (Komar)
Anjungan Rumah Adat Kota Banda Aceh (Komar)

21. Bener Meriah

Anjungan Rumah Adat Bener Meriah (Komar)
Anjungan Rumah Adat Bener Meriah (Komar)

22. Pidie Jaya

Anjungan Rumah Adat Pidie Jaya (Komar)
Anjungan Rumah Adat Pidie Jaya (Komar)

23. Subulussalam

Anjungan Rumah Adat Subulussalam (Komar)
Anjungan Rumah Adat Subulussalam (Komar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun