Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengingat bersama dengan cara menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Taman Putroe Phang, Dibangun atas Nama Cinta Sang Sultan

20 Agustus 2021   23:26 Diperbarui: 21 Agustus 2021   07:59 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banda Aceh - Jika mendengar sejarah Taman Putroe Phang, saya jadi teringat sejarah salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang berada di Agra, India yaitu, Taj Mahal. Taj Mahal dan Taman Putroe Phang memiliki kemiripan, salah satunya di bangun atas nama cinta dua sultan.

Taj Mahal di bangun oleh Raja Shah Jahan atau Sultan Jehan kepada istri ketiganya, Mumtaz Mahal. Sedangkan Taman Putroe Phang di bangun oleh Sultan Iskandar Muda kepada Tengku Kamaliah atau lebih dikenal dengan sebutan Putroe Phang (Putri Pahang).

Hari ini saya bersama sahabat saya, Bilal Faranov mengunjungi Taman Putroe Phang. Tempat ini sudah satu tahun setengah sepi karena pandemi COVID-19. Biasanya sebelum pandemi banyak orang menghabiskan akhir pekan disana bersama keluarga ataupun sahabat.

Bahkan beberapa anak muda kreatif memanfaatkan panorama alam Putroe Phang untuk mengambil video klip. Tak terkecuali pasangan yang melakukan foto pre-wedding (foto pranikah), karena memang di beberapa sudut taman Putroe Phang tampak aesthetic.

Beberapa sudut aesthetic (Komar)
Beberapa sudut aesthetic (Komar)

Jumat, 20 Agustus 2021, Taman Putroe Phang, masih terlihat sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang memancing. Kami berjalan setapak melewati jembatan gantung menuju area taman bermain anak, mencari tempat duduk yang nyaman untuk bercerita dan menikmati angin sepoi-sepoi.

"Taman Putroe Phang, adalah bukti betapa romantisnya Sultan Iskandar Muda, beliau memberikan taman seluas ini untuk sang Istri tercinta," ucap Bilal lima menit setelah kami duduk, kami duduk tidak jauh dari 'Pinto Khop' hanya berjarak 50 meter.

Sejarah Taman Putroe Phang

Gunongan (Istimewa)
Gunongan (Istimewa)

Taman Putroe Phang adalah hadiah sang raja Aceh, Sultan Iskandar Muda untuk istri tercinta Putroe Phang. Taman Putroe Phang didirikan pada tahun 1607-1636 untuk sang permaisuri cantik yang berasal dari Kesultanan Pahang di Semanjung Melayu (Negara Malaysia sekarang).

Mengutip disbudpar.acehprov.go.id, Sultan Iskandar Muda sengaja membangun taman Putroe Phang, agar sang permaisuri mengurungkan niatnya untuk kembali ke kampung halaman. Kampung halaman permaisuri merupakan daerah yang berbukit dan terdapat gunung. 

Pinto Khop (Komar)
Pinto Khop (Komar)

Sangking cintanya, sang sultan berinisiatif mengambil langkah membangun Taman Putroe Phang, Taman Sari (sekarang Taman Bustanussalatin). Kemudian, Sultan juga membangun Gunongan yang menyerupai bukit-bukit layaknya sebuah gunung.

Di dalam Taman Putroe Phang terdapat sebuah gerbang berkubah yang disebut dengan 'Pinto Khop'. 'Pintoe Khop' dapat menghubungkan langsung dengan antara istana dengan taman. Di bawahnya mengalir air yang dijadikan tempat mandi permaisuri bersama para dayang. Tempat mengalir air itu sekarang disebut anak sungai dan diberi nama Krueng Daroy.

Gerbang ini memiliki luas 2 x 2 meter persegi dengan tinggi 3 meter. Arsitektur rongga pintunya berbentuk lengkung busur dengan orientasi arah barat dan timur dengan ornamen bermotif sulur. Bagian atas gerbang berbentuk kelopak berlapis tiga dengan puncak berbentuk mahkota dengan sudut yang meruncing. Sepintas, bentuk atap ini mengingatkan kita dengan arsitektur dari Gunongan. Dahulu, di taman ini terdapat miniatur sungai, air terjun, pantai, balai, tebing, kolam dan tanjung.

Marnis Sang Penjaga Taman Putroe Phang

Pak Marni bersama Bilal Faranov (Komar)
Pak Marni bersama Bilal Faranov (Komar)

Diperjalanan pulang, saya bertemu seorang bapak-bapak dengan tong sampah krisbow dan sapu lidi di tangannya sedang membersihkan taman Putroe Phang.

Beliau bernama Muhammad Ridwan Ismail Nasution atau lebih senang dipanggil Marnis. Sudah 10 tahun bekerja sebagai tukang bersih-bersih di Taman Putroe Phang.  Kata Pak Marnis, sudah setahun lebih tempat bersejarah ini sepi akibat pandemi COVID-19. Namun, aktifitas bersih-bersih tetap dilakukan setiap hari. "Kecuali orang yang mancing, itupun harus prokes," kata Pak Marnis, yang mulai berhenti menyapu.

Pak Marnis (Komar)
Pak Marnis (Komar)

Sementara itu, Pak Marnis yang sudah berusia 60 tahun itu bercerita kepada saya, kata beliau, Taman Putroe Phang memiliki 'Pinto Khop' yang merupakan pintu keluar masuk menuju ke Gunongan atau dulu disebut Taman Ghairah. Gunongan berada diseberang Taman Putroe Phang. 

"Kalau air di Sungai Krueng Daroy ini surut, turun ke bawah, masih ada fondasi, fondasi bekas tembok keliling yang di bangun untuk menghubungkan 'Pinto Khop' menuju ke 'Gunongan'," kata Pak Marnis.

Ia menyampaikan sebelum pandemi masyarakat senang bermain disini, karena sangat ramah anak. Selain itu, anak-anak kreatif juga sering buat kegiatan disini seperti Music and Art Festival yang dibuat Disbudpar Banda Aceh.

"Karena ini tempat bersejarah, jadi pengunjung juga harus bisa menjaga diri berkunjung kesini, jangan berbuat maksiat, jangan bertingkah aneh-aneh lah disini," tutup Pak Marnis menutup pertemuan kami. Pak Marnis pun melanjutkan aktifitasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun