Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengingat bersama dengan cara menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Luncurkan Gempita, Ketua PKK Aceh: Cegah Gizi Buruk dengan Edukasi Sejak Dini

29 Juli 2021   17:15 Diperbarui: 29 Juli 2021   21:03 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banda Aceh - Gizi buruk berkontribusi terhadap terjadinya stunting pada anak, yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Resiko gizi buruk juga menyebabkan kematian 11,6 kali lebih besar dibandingkan dengan anak normal.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Aceh, Dyah Erti Idawati, dalam kegiatan peluncuran Gerakan Keluarga Mengukur Pita Lila Balita - Aceh Sayang Anak (Gempita - ASA) bersama Unicef, Dinas Kesehatan Aceh dan Flower Aceh di Posko Covid-19 Aceh, Kamis, 29 Juli 2021.

Gerakan itu diluncurkan bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional (HAN), yang bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai gizi sejak dini dalam upaya menekan kasus malnutrisi pada anak. Kemudian mendorong keluarga untuk mendeteksi sejak dini secara mandiri terhadap gizi buruk pada anak balita dengan cara mengukur lengan anaknya menggunakan pita Lila (Lingkar lengan atas).


Ketua PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, mengatakan pihaknya mendukung penuh  gerakan tersebut digelar di Aceh. Terlebih, upaya pencegahan gizi buruk pada anak di Aceh sudah digencarakan PKK dan sejumlah pihak lainnya sejak tahun 2019.

"Gizi buruk penyebab stunting pada anak ini menjadi fokus kami dalam melakukan upaya pencegahan. Saat ini sudah banyak sekali kemajuan dari tingkat provinsi hingga desa," kata Dyah.

"Perjalanan tiga tahun banyak sekali kemajuan. Banyak masyarakat yang sudah mulai sedikit-sedikit teredukasi dengan yang namanya stunting," tutur Dyah.

Kemudian, lanjut Dyah, pihaknya juga akan terus membangun kerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk memberi pemahaman bagi kader posyandu di tiap desa agar mereka tahu cara mengukur jika anak mengalami stunting atau tidak.

"Gerakan Gempita ini  sangat bagus sekali untuk mendorong orang tua di rumah mengukur sendiri status gizi pada anaknya. Gerakan ini perlu kita lakukan secara sistematis, agar capaian dapat terukur," ujar Dyah.

Dyah mengapresiasi hadirnya pola baru dalam mendeteksi gizi buruk pada anak. Ia berharap, cara tersebut dapat menjadi gaya komunikasi baru dalam penyampaian status gizi anak pada orang tua. Sehingga tidak ada orang tua yang tersinggung saat diberitahukan status gizi anaknya.

"Mudah-mudahan dengan warna warni pengukuran ini bisa lebih dipahami dan diterima masyarakat terkait status gizi anak," kata Dyah.

Officer Nutrisi Unicef Aceh, dr. Natasya Phebe, berharap gerakan yang digagas pihaknya bersama sejumlah LSM tersebut dapat berjalan dengan lancar. Sehingga para orang tua di Aceh dapat mendeteksi dini status gizi anaknya. Dengan begitu upaya pencegahan dan penyembuhan dapat dilakukan secepat mungkin.

"Pada saat ini kami sudah menentukan lokasi untuk pilot project gerakan ini, yaitu di Kota Banda Aceh," kata Natasya.

Unicef juga berkomitmen untuk terus mendukung gerakan pelibatan masyarakat melalui Gempita, dan juga penguatan program Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi di Aceh.

"Kami mengharapkan gerakan ini membawa perubahan bagi anak Aceh ke depannya," tambahnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Flower Aceh, Riswati, mengatakan sebagai mitra pelaksana gerakan Gempita mengharapkan kegiatan tersebut dapat memberikan perlindungan yang nyata bagi anak Aceh melalui peningkatan peran langsung keluarga dan pengasuh yang mempunyai literasi gizi yang lebih baik, lebih tanggap cepat dan lebih peduli.

"Pemberdayaan keluarga ini diharapkan dapat menjadi strategi yang mumpuni dalam upaya mencegah dan mengatasi secara dini masalah-masalah gizi pada anak," kata Riswati.

Untuk diketahui, Pita LiLA adalah pita sederhana tiga warna yang mewakili gambaran status gizi anak, hijau berarti normal dan sehat, kuning berarti hati-hati, anak harus segera diperiksa lebih lanjut untuk konfirmasi status gizi nya, dan merah berarti anak memerlukan perhatian yang sangat khusus, karena anak dapat memiliki masalah gizi yang serius.

Gerakan tersebut nantinya akan digencarkan oleh Unicef bersama sejumlah LSM mitra pelaksananya, yaitu, Flower Aceh, Yayasan Darah untuk Aceh, dan PKBI Aceh.

Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong (DPMG) Aceh serta Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banda Aceh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun