Mohon tunggu...
Kamal Suraba
Kamal Suraba Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta dan tinggal di Sorowako.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan, Bulan Berhemat atau Bulan Habis-habisan?

17 Juni 2015   15:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:39 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bulan Ramadhan atau lebih lazim kita sebut sebagai bulan puasa merupakan bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Betapa tidak, bulan Ramadhan yang disebut juga sebagai bulan pengampunan dosa, bulan dimana amal-amal dilipat gandakan, menjadi ajang untuk meraup pahala sebanyak-banyaknya dan mendapatkan pengampunan atas segala dosa yang telah dilakukan sehingga selepas bulan Ramadhan, jiwa-jiwa kita akan kembali fitrah atau bersih.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang Artinya: “Sesungguhnya kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat, kaum pria yang patuh dan kaum wanita yang patuh, dan kaum pria serta wanita yang benar (imannya) dan kaum pria serta kaum wanita yang sabar (ketaatannya), dan kaum pria serta wanita yang khusyu', dan kaum pria serta wanita yang bersedekah, dan kaum pria serta wanita yang berpuasa, dan kaum pria dan wanita yang menjaga kehormatannya (syahwat birahinya), dan kaum pria serta wanita yang banyak mengingat Allah, Allah menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar" [A-Ahzab : 35]

Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

Artinya : “Tidaklah seorang hamba yang puasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim" [Hadits Riwayat Bukhari 6/35, Muslim 1153 dari Abu Sa'id Al-Khudry, ini adalah lafadz Muslim. Sabda Rasulullah : "70 musim" yakni : perjalanan 70 tahun, demikian dikatakan dalam Fathul Bari 6/48]

Artinya: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu”. (HR. Bukhari)

Banyak sekali ayat-ayat dalam Al Qur’an maupun hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mengabarkan tentang keutamaan puasa Ramadhan.

Bulan puasa disebut juga sebagai bulan untuk mengekang hawa nafsu baik nafsu syahwat maupun nafsu makan. Dengan begitu maka waktu makan yang normalnya dilakukan 3 kali sehari menjadi hanya 2 kali. Belum lagi waktu ngemil antara waktu makan, semuanya akan berkurang secara drastis. Jika keadaannya seperti ini, maka secara otomatis kebutuhan bahan makanan dan minumanpun menjadi berkurang. Artinya, bulan puasa bisa dikatakan sebagai bulan untuk berhemat. Jika sudah berhemat maka pengeluaran keuanganpun menjadi ikut hemat.

Tapi apa kenyataan yang kita saksikan ditengah-tengah umat Islam saat ini, terkhusus umat Islam di Indonesia? Coba kita perhatikan harga sembilan bahan pokok. Belum masuk bulan Ramadhan, harga-harga sudah melambung tinggi. Di dunia pasar, salah satu penyebab harga naik adalah tingginya angka permintaan stok barang. Ini artinya apa? Ini membuktikan bahwa kebutuhan di bulan Ramadhan justru melebihi kebutuhan di luar bulan Ramadhan. Apakah memang porsi makan kita lebih banyak di bulan Ramadhan? Sepertinya tidak. Karena dari pengalaman pribadi maupun kebanyak orang, bahwa di bulan Ramadhan, nafsu makan berkurang. Bahkan banyak sekali yang mengalami penurunan berat badan.

Lalu kenapa kebutuhan sembako justru meningkat drastis di bulan Ramadhan? Sepertinya budaya “balas dendam” yang belum bisa hilang dari diri-diri kita. Coba kita perhatikan pasar-pasar dadakan yang dibuka setiap bulan puasa tiba. Setiap sore hari, pasar-pasar yang menjual berbagai kebutuhan untuk berbuka itu, sangat padat pembeli. Setiap pembeli sangat jarang membeli hanya satu jenis makanan. Semua terasa enak dan menggiurkan. Seperti akan dihabiskan semuanya pada waktu berbuka nanti. Tapi kenyataannya apa? Di saat berbuka, makanan-makanan itu ternyata hanya sedikit yang dimakan. Sisanya? Akan menjadi makanan basi yang siap dibuang di tempat sampah. Astaghfirullah. Bukankah ini yang namanya berlebih-lebihan atau pemborosan?

Tahukah kita akan firman Allah dalam Al Qur’an yang artinya: “Janganlah kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" [Al-An'am : 141]

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat boros itu adalah saudaranya syaitan" [Al-Isra : 26-27]

Seharusnya di bulan Ramdhan ini kita jadikan sebagai bulan empati, bulan untuk berbagi terutama kepada fakir miskin. Sebagaimana Hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya:

“Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berbuka puasa maka dia memperoleh pahalanya, dan pahala bagi yang (menerima makanan) berpuasa tidak dikurangi sedikitpun”. (HR. Tirmidzi)

“Tangan yang di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (penerima)”. (HR. Bukhari)

Hal lain yang bisa membuktikan bahwa banyak makanan berlebihan di bulan puasa adalah banyaknya sampah makanan. Lihat saja tempat-tempat sampah yang ada di sekliling kita yang selalu penuh sesak setiap harinya.

Saya pernah menonton sebuah acara di televisi yang membahas tentang sehat di bulan puasa, yang narasumbernya adalah seorang dokter. Sang dokter mengatakan bahwa banyak orang yang mengeluhkan kesehatannya ketika memasuki bulan Ramadhan. Padahal menurut dokter ini, untuk orang yang tidak berpenyakit berat, puasa justru menyehatkan. Tetapi kesalahan besar yang dilakukan saat berpuasa adalah kesalahan pola makan, salah satunya adalah makan berlebihan terutama pada saat berbuka puasa.

Saya bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa ternyata dari sisi agama maupun kedokteran tidak menganjurkan untuk berlebih-lebihan dalam makanan. Dengan begitu maka seharusnya bulan Ramadhan ini kita jadikan sebagai bulan untuk berhemat bukan bulan untuk habis-habisan. Sehingga selepas Ramadhan, kita menjadi sehat rohani dan sehat jasmani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun