Mohon tunggu...
Kamal Suraba
Kamal Suraba Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta dan tinggal di Sorowako.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerdas dan Bijaklah dalam Menyebarkan Berita

22 April 2014   21:42 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:20 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup di era yang serba digital seperti ini tentunya merupakan sebuah kesyukuran dan keberuntungan karena manusia betul-betul dimanjakan dengan fasilitas terutama dalam berkomunikasi. Berita yang terjadi di seantero dunia, bisa kita dapatkan dalam waktu hanya sekejab. Jangankan kejadian di bumi, kejadian di luar angkasa pun bisa diketahui tanpa menunggu waktu lama. Ya, karena fasilitas telekomunikasi saat ini sudah sangat maju dan beragam. Di dunia Internet misalnya, sudah ada facebook, twitter, twoo dan masih banyak lagi yang bisa digunakan untuk saling bertukar informasi daam waktu yang sangat singkat. Begitupun di dunia telepon genggam yang sudah dilengkapi dengan fasilitas pesan instan seperti SMS, Whatsapp, Wechat, Line dan BBM.

Tapi sepertinya sebagian masyarakat belum cerdas dan bijak dalam menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut di atas terutama dalam menyampaikan sebuah berita atau informasi. Bagi pengguna Blackberry, tentunya sudah seringkali menerima kiriman berita atau Broadcast (BC). Saya katakan belum cerdas dan bijak karena mereka meneruskan pesan yang mereka terima tanpa melakukan crosscheck dan nalar terlebih dahulu. Sebagai contoh saya lampirkan salah satu broadcast bohong yang dikirim melalui Blackberry Messenger di bawah ini:

http://www.merdeka.com/teknologi/broadcast-bbm-server-blackberry-penuh-bohong.html

Jika kita lebih cerdas, tentunya nalar kita akan mengatakan bagaimana mungkin sebuah perusahaan Internasional seperti Blackberry akan melakukan sesuatu yang merugikan pelanggannya dengan merusak produknya sendiri? Itu sama saja akan merusak pasarnya. Nah jika pasar sudah rusak, berarti rugilah usahanya.

Atau jika lebih bijak, kita seharusnya menyelidiki terlebih dahulu kebenaran beritanya. Jangan sampai kita menyebarkan berita bohong. Jika kita menyebarkan berita bohong berarti kita telah berpartisipasi dan bekerjasama dalam kebohongan. Tidakkah kita mengetahui bahwa bohong itu adalah dosa? Sebagaimana hadist Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, “Dan sesungguhnya Al-Kadzib (kebohongan) itu mengarahkan pada kejahatan, sedangkan kejahatan itu menjerumuskan ke dalam Neraka. Sungguh seseorang senantiasa berbohong hingga dicatat sebagai pendusta.” (HR. Bukhari (10/423)

Baiklah jika memang kita belum mengetahui hukum menyebarkan kebohongan, tapi minimal kita bisa lebih cerdas dan bijak dalam menyikapi berita yang belum jelas sumbernya. Karena bisa jadi orang yang kira kirimkan broadcast akan merasa terganggu. Apalagi jika hampir semua kontak mengirimkan pesan yang sama. Bisa saja si penerima akan membalas dengan kata-kata yang kurang menyenangkan.

Sepertinya para pembuat berita bohong, tidak pernah berhenti. Buktinya sampai sekarang saya masih saja menerima broadcast-broadcast bohong dan murahan. Dan anehnya semakin banyak juga yang mau dibohongi. Bukan hanya broadcast yang sifatnya umum yang disebarkan tetapi yang mengatasnamakan agama tidak kalah banyaknya. Mungkin karena berbau agama, banyak orang ingin punya andil dalam menyebarkannya agar dihitung sebagai amal jariyah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal berbohong dalam perkara agama justru jauh lebih besar dosanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berdusta atas Namaku dengan sengaja, maka bersiap-siaplah untuk tinggal di neraka.” (HR. Bukhari & Muslim)

Lebih jauh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengisahkan, “Pada suatu malam aku bermimpi didatangi dua orang laki-laki, kemudian keduanya membawaku ke sebuah tempat yang suci. Di tempat itu aku melihat dua orang yang sedang duduk dan ada dua orang yang sedang berdiri, di tangan mereka ada sebatang besi. Besi itu ditusukkan ke tulang rahangnya sampai tembus tengkuknya. Kemudian ditusukkan besi itu pada tulang rahangnya yang lain semisal itu juga, hingga penuh dengan besi…Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Kalian telah mengajakku berkeliling, sekarang kabarkan kepadaku peristiwa demi peristiwa yang telah aku lihat.” Keduanya berkata: “Adapun orang yang engkau lihat menusuk rahangnya dengan besi, dia adalah seorang pendusta, berkata bohong hingga dosanya itu memenuhi penjuru langit. Apa yang engkau lihat terhadapnya akan terus diperbuat hingga hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 1386, Ahmad 5/14).

Entah sampai kapan penyebaran berita bohong ini akan berkurang. Dan sepertinya justru akan semakin menggila jika para pengguna pesan instan, email dan media sosial lainnya tidak menjadikan dirinya sebagai orang cerdas dan bijak. Kalaupun tidak bisa menjadi orang cerdas atau bijak, minimal meniru cara orang cerdas dan bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun