Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkirakan dan sebagainya). Sadar tidak sadar, tanggung jawab di waktu kecil merupakan awalan yang paling baik agar di masa depan seorang manusia menjadi orang yang tidak lari dari kewajiban dan apa yang sudah ia sanggupi atau yang kita sebut sebagai tanggung jawab.
Memang, sekilas dari pengertian KBBI yang di dalam kurung terkesan seperti membuat jiwa seorang manusia yang tidak bertanggung jawab menjadi tidak tenang bahkan mungkin bisa mengalami stres. Tetapi, ada baiknya jika kita menilik dari  perkembangan moral manusia yang ideal. Pantaskah jika seseorang menilai orang yang lalai dari tanggung jawab disamakan dengan orang yang disiplin lagi bertanggung jawab?
"...Katakanlah! Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (Az-Zumar:9)
Jika melihat perspektifnya orang yang sebangsa yang lalai, mereka akan mengatakan "kita harus ditoleransi, karena kita melakukan ini dan itu.". Jika menilik orang yang sanggup memikul beban tanggung jawab, kurang lebih perspektif mereka "mereka tidak sama dengan orang yang rajin, mereka harus menanggung apa yang mereka buat sendiri."
Maka dari itu titik temunya adalah pendidikan tanggung jawab dan kematangan berpikir serta keagungan akhlaq.
Kalau kita menilik sejarah, di belahan bumi Asia dan Afrika, atau sebaran negara Timur Tengah dan Afrika seperti Mesir merupakan bukti bahwa tanggung jawab adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Mengapa demikian? Dalam hal ini kita dapat menarik asumsi dari super power moral yang dimiliki manusia di zaman perdaban Islam itu. Karena sangat banyak dilahirkan ilmuan-ilmuan yang cerdas, ilmiah, filosof, saintis, puitis. Bahkan dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Sungai di Baghdad pada waktu penyerbuan Dinasti Abbasiyah oleh pasukan-pasukan bangsa Mongol menjadi hitam pekat warnanya karena dibuangnya karya-karya ilmuan di zaman itu tanpa memikirkan nasib kedepannya. Ini bisa dijadikan bukti kerasnya masyarakat Islam di zaman itu belajar dan berkarya dengan tekun.
Dalam kacamata masyarakat modern kita juga bisa mengintip budaya orang-orang Jepang. Negara kecil yang kaya akan teknologinya yang maju. Tentunya tak bisa dikalahkan jiwa tanggung jawab dan rasa malu mereka yang tinggi. Hal itulah yang membuat mereka maju, meskipun tiap tahunnya orang-orang Jepang harus siap diguncang dengan bencana alam. Tapi mereka mampu pulih karena memiliki antisipasi dati rahasia teknologi mereka.
 Nah... Berbicara tentang pendidikan tanggung jawab adalah salah satu bidang studi pokok bagi manusia sebelum ia dewasa. Sebagaimana kita ketahui pula kewajiban dan hak dipelajari di bangku Sekolah Dasar formal negara Indonesia. Kalau dulu di zaman kurikulum KTSP kewajiban dan hak dipelajari di bangku kelas 2. Tentu saja di dalamnya terselip agar manusia harus melaksanakan tanggung jawab yang mereka emban yang mana hal tersebut merupakan karakter yang harus dimiliki manusia normal.Â
Seperti peristiwa yang ku alami. Dimana ada seorang murid privat ngajiku yang diantar orang tuanya kepadaku, setelah aku menemui anak tersebut, sementara ia belum siap dan kata itulah yang diucapkannya. Tanpa ada rasa berusaha memenuhi kesanggupannya. Padahal dia sudah berjanji di hari sebelumnya, bahwa ia bisa belajar mengaji di hari yang sudah kami sepakati. Sontak aku terkejut, ketika sang ayah dari anak ini mengantar anaknya kepadaku sembari berkata "Saya tinggal anak saya, sengaja saya antarkan supaya ia terbiasa bertangung jawab sedari kecil."
Kesimpulannya, tanggung jawab itu penting. Berkacalah dengan diri kita berapappun usia kita. Sudahkah kita menjadi orang yang selalu berusaha bertanggung jawab?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H