Mohon tunggu...
Kamalludin
Kamalludin Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa PBA UIN Malang

Saya seorang penimba ilmu dan ingin tetap menimba ilmu hingga akhir hayat saya, rendah hati adalah sesuatu yang saya usahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bersinar di Antara Bintang-bintang

22 Oktober 2020   09:03 Diperbarui: 22 Oktober 2020   09:32 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Singkatnya, ini tulisan iseng saya di zaman maba, wkwkwk...

Selamat membaca :D

Semoga Bermanfaat...

Waktu tak terasa mengantar diri dari masa putih abu-abu menuju masa studi penuh dengan mandiri dan terkadang jauh dari keramaian keluarga seperti dulu. Itulah yang dirasakan oleh para mahasiswa. Mereka harus siap hidup mandiri, mengatur waktu yang padat dengan aktivitas sehari-hari, dan harus kuat mengikuti perkuliahan dengan setumpuk tugasnya.

Itulah perkuliahan. Ada yang bilang hidup ketika kuliah itu keras! Bersaing diantara orang yang pintar-pintar itu susah! Dan seonggok asumsi yang menciutkan mental lainnya. Sungguh, bukanlah seperti itu. Kuliah itu aktivitas mulia tak satupun hal yang merugikan yang ditimbulkan darinya. Hanya saja, cara pandang orang-orang itu berbeda-beda. Maka, maknailah kuliah dengan makna menuntut ilmu yang sesungguhnya, agar kita tidak mengatakan kuliah seperti orang yang memaknai negatif padanya. Hingga membuat kita menjadi orang malas yang kemudian berpangkal pada kegagalan.

Seorang mahasiswa haruslah pandai mengatur waktu agar aktivitasnya tertata rapi. Kebanyakan orang gagal dalam menuju pencapaiannya karena disebabkan berantakannya manajemen waktu. Kita harus bisa mengurutkan mana aktuvitas kuliah, aktivitas kebutuhan ibadah, waktu untuk komunikasi dengan orang tua, aktivitas belajar untuk kebutuhan kuliah, aktivitas organisasi, dan aktivitas hobi. Dan ini merupakan standar kegiatan bagi mahasiswa normal.

Mahasiswa yang telah sukses, kunci dari keberhasilan mereka bukanlah dimulai dari ilmu yang sangat memadai, pengetahuan yang luas, finansial yang lebih dari cukup, atau status ketokohannya. Akan tetapi, kunci keberhasilan mereka adalah kemampuan mereka yang menakjubkan dalam memanajemen waktu. Sama halnya dengan hal lain, kemajuan negara tidak diukur dari banyaknya prestasi yang ia raih dalam menyejahterakan rakyatnya, akan tetapi yang menjadi indikator adalah kemampuan pemerintah di negara tersebut dalam mengatur sistem roda pemerintahan. Jika kita mengukur keberhasilan seseorang dari kelebihannya dalam prestasinya itu hanya bersifat parsial

Namun apa daya jika kita serba kurang dalam keilmuan ketika kuliah. Apakah ini akhir dari segalanya?

Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa di bangku perkuliahan, ada yang berangkat sebelum kuliah dengan ilmu yang dimilikinya sebelum beranjak di bangku perkuliahan tetapi ada pula yang harus rela membanting tulang belajar demi mengejar ketertinggalan agar dapat mengimbangi teman-temannya yang lebih pintar. Jika kita sebagai orang yang kedua, maka dilema besar ketika kuliah adalah hal yang tak bisa kita pungkiri. Lalu apa yang harus kita lakukan jika kita mengalaminya? Apakah kita mampu menjadi orang yang bersinar diantara bintang-bintang?

Jawabannya hanya satu. Apakah kita mau benar-benar belajar mengubah segala ketertinggalan atau bermalas-malasan rela dengan kondisi awal menjadi seekor semut diantara banyak gajah yang besar dan perkasa? Tentu, jalan orang yang cerdas dan mau menjadi orang sukses di masa yang akan datang pastilah memilih opsi yang pertama. Terus belajar berjuang mati-matian hingga menjadi orang yang pandai dan ahli dalam bidang yang diinginkannya. Lalu bagaimana cara kita melakukannya sedangkan kesibukan kita dan mereka tidaklah jauh bedanya?

Banyak kisah orang berdosa ketika taubat mereka menjadi ahli dalam bidang agama bahkan menjadi seorang yang hafal Al-Qur'an dan banyak dimintai pendapatnya melalui ceramah-ceramah. Thomas Alpha Edison yang dikeluarkan dari sekolah formal berhasil menemukan bola lampu yang manfaatnya dapat kita rasakan hingga sekarang, dan masih banyak lagi kisah inspiratif lainnya.

Kita yang merasa sebagai orang yang tertinggal, haruslah mengikuti jejak mereka hingga menjadi bintang yang bersinar diantara bintang-bintang lainnya. Kita harus rela sibuk dua atau tiga kali lipat dari orang-orang kebanyakan, aturlah manajemen waktu sebaik mungkin, perbanyak belajar baik di dunia nyata maupun maya, perbanyak diskusi dengan orang-orang pintar dan tanyakan padanya tentang segala sesuatu yang tidak kita ketahui, jangan lupakan ibadah sekalipun harus memotong waktu belajar, tetapi sesekali selingi dengan hiburan agar tidak jenuh, jadikan waktu kosong sebagai waktu yang produktif, minta doa, dukungan serta restu orang tua agar segala urusan dimudahkan, hindari perbuatan dosa dan maksiat, dan jangan lupa banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Semoga dengan segala usaha dan doa kita, dapat membuahkan hasil yang kita harapkan. Teruslah semangat belajar dan jangan menyerah sebelum mendapatkan apa yang diimpikan. Gantungkanlah mimpimu setinggi langit dan berusahalah untuk meraihnya, karena setiap orang yang bermimipi dan berusaha keras untuk mewujudkannya kelak dia pasti mampu bersinar diantara bintang-bintang, dan jikalau ia gagal ia  tidaklah jatuh sebagai orang yang gagal melainkan jatuh diantara bintang-bintang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun