Mohon tunggu...
Kamaludin
Kamaludin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung - Santri Miftahulhuda Al-Musri' Cianjur

" Man 'Arofa Nafsahu Faqod 'Arofa Robbahu" :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Krisis Literasi, Bagaimana dengan Indonesia?

19 Agustus 2024   15:30 Diperbarui: 19 Agustus 2024   15:40 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krisis literasi merupakan salah satu tantangan serius yang dihadapi oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Literasi yang rendah tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada perkembangan bangsa secara keseluruhan. Artikel ini akan menguraikan berbagai dampak krisis literasi bagi perkembangan bangsa dan pentingnya upaya untuk mengatasinya.

Penurunan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Salah satu dampak utama dari krisis literasi adalah penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM). Literasi yang rendah menghambat kemampuan individu untuk berpikir kritis, memahami informasi, dan mengambil keputusan yang tepat. Akibatnya, masyarakat dengan literasi rendah cenderung memiliki pengetahuan yang terbatas, menghambat perkembangan individu dan komunitas secara keseluruhan.

Pertumbuhan Ekonomi Terhambat

Literasi yang rendah juga memiliki dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Produktivitas kerja yang rendah dan keterbatasan kemampuan untuk berinovasi menjadi faktor yang menghambat daya saing bangsa di kancah global. Masyarakat yang kurang literasi sering kali tidak mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan pasar global, mengurangi peluang ekonomi yang tersedia.

Meningkatnya Ketimpangan Sosial

Krisis literasi turut berkontribusi pada meningkatnya ketimpangan sosial. Orang-orang dengan literasi rendah biasanya memiliki akses yang terbatas ke pekerjaan yang baik dan peluang ekonomi lainnya. Literasi rendah sering kali berkorelasi dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, menciptakan siklus ketimpangan sosial yang sulit diputus.

Kesehatan Masyarakat Menurun

Dampak lain yang signifikan dari krisis literasi adalah penurunan kesehatan masyarakat. Literasi rendah membuat masyarakat kurang terinformasi tentang praktik kesehatan yang baik, yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, tanpa kemampuan untuk memahami informasi medis dan kesehatan, masyarakat mungkin mengambil keputusan yang buruk terkait kesehatan mereka.

Stabilitas Politik dan Sosial Terancam

Krisis literasi juga mengancam stabilitas politik dan sosial. Literasi rendah menghambat partisipasi aktif dalam proses demokrasi, seperti pemilihan umum, yang berdampak pada kualitas pemerintahan. Masyarakat yang kurang literasi lebih rentan terhadap penyebaran disinformasi dan berita palsu, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Penurunan Budaya dan Identitas Nasional

Selain itu, literasi yang rendah dapat menghambat pelestarian budaya dan sejarah nasional, mengancam identitas dan warisan budaya bangsa. Literasi rendah juga dapat mengurangi apresiasi masyarakat terhadap seni dan sastra, yang merupakan bagian penting dari identitas budaya suatu bangsa.

Upaya Mengatasi Krisis Literasi

Untuk mengatasi krisis literasi, beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

  1. Peningkatan Akses Pendidikan: Memastikan akses yang lebih luas dan merata terhadap pendidikan berkualitas.
  2. Program Literasi Masyarakat: Mengadakan program literasi bagi masyarakat dewasa dan anak-anak.
  3. Penggunaan Teknologi: Memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan akses dan kualitas literasi.
  4. Kemitraan dengan Sektor Swasta: Melibatkan sektor swasta dalam inisiatif literasi melalui tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan program kemitraan.

Krisis literasi merupakan tantangan yang kompleks dan multidimensional yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat dan perkembangan bangsa. Oleh karena itu, mengatasi krisis literasi adalah investasi jangka panjang yang sangat penting. Dengan meningkatkan literasi, kita tidak hanya meningkatkan kualitas individu, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk kemajuan ekonomi, sosial, politik, dan budaya bangsa.

lantas, bagaimana survey literasi di indonesia? Pada tahun 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) yang digunakan untuk mengukur sejauh mana masyarakat terlibat dalam kegiatan literasi. Indeks ini mengukur berbagai aspek, termasuk frekuensi membaca, akses terhadap bahan bacaan, serta kemampuan memahami dan menggunakan informasi yang dibaca.

Hasil survei menunjukkan bahwa indeks literasi membaca di Indonesia berada pada kategori sedang. Namun, terdapat disparitas yang cukup signifikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Di daerah perkotaan, tingkat literasi cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan, yang masih menghadapi tantangan dalam hal akses dan kualitas bahan bacaan.

Programme for International Student Assessment (PISA)

Salah satu survei internasional yang sering digunakan untuk mengukur literasi di kalangan pelajar adalah Programme for International Student Assessment (PISA). PISA adalah program yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang menilai kemampuan membaca, matematika, dan sains siswa berusia 15 tahun.

Menurut laporan PISA 2018, Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 78 negara dalam hal kemampuan membaca. Skor rata-rata siswa Indonesia dalam literasi membaca adalah 371, di bawah rata-rata OECD yang sebesar 487. Hasil ini menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam sistem pendidikan di Indonesia untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa.

Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS juga memberikan gambaran tentang tingkat literasi di Indonesia. Data dari Susenas menunjukkan bahwa tingkat melek huruf di Indonesia telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Pada tahun 2021, tingkat melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas mencapai 96,4%. Namun, meskipun tingkat melek huruf cukup tinggi, kualitas literasi masih menjadi tantangan, terutama dalam hal kemampuan membaca kritis dan memahami informasi yang kompleks.

Upaya Peningkatan Literasi

Untuk meningkatkan literasi di Indonesia, berbagai program dan inisiatif telah dilakukan oleh pemerintah dan berbagai organisasi. Beberapa upaya yang signifikan antara lain:

  1. Gerakan Literasi Nasional: Program ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan keterampilan literasi masyarakat melalui berbagai kegiatan seperti penyediaan perpustakaan, kampanye membaca, dan pelatihan literasi.
  2. Penguatan Kurikulum: Pemerintah terus berupaya memperbaiki kurikulum pendidikan untuk lebih menekankan pada pengembangan keterampilan literasi di semua jenjang pendidikan.
  3. Pemanfaatan Teknologi: Penggunaan teknologi digital untuk memperluas akses terhadap bahan bacaan dan sumber belajar. Platform digital dan aplikasi literasi semakin banyak digunakan untuk mendukung kegiatan literasi.
  4. Kerjasama dengan Sektor Swasta: Melibatkan sektor swasta dalam mendukung program literasi melalui tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan kemitraan dengan lembaga pendidikan.

Survei literasi menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan dalam hal tingkat melek huruf, kualitas literasi masih perlu ditingkatkan, terutama dalam hal kemampuan membaca kritis dan memahami informasi yang kompleks. Upaya kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting untuk meningkatkan literasi di Indonesia dan, pada akhirnya, mendukung perkembangan sosial dan ekonomi bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun