Mohon tunggu...
Kamaruddin Katjo
Kamaruddin Katjo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

“Politik --politik luhur-- adalah pelayanan publik. Tak ada kehidupan atau pekerjaan tempat manusia menemukan peluang yang lebih besar untuk melayani komunitas atau negaranya selain dalam politik yang baik.” (Kutipan)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jilbab, Mengekang atau Membebaskan Wanita Islam

14 Januari 2011   04:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:36 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kesemua pengamatan fisik tersebut kemudian diolah, sadar atau tidak oleh penulisnya yang pada akhirnya membangkitkan gairah/berahinya. Kemudian dengan tekad kuat (ceileh!) akan melakukan segala cara untuk merealisasikan keinginan seksulnya tersebut, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Singkat cerita si penulis berhasil melampiaskan cita-citanya (he.. he..).

Faktanya, 90% cerita-cerita seru tersebut memiliki alur cerita seperti tersebut di atas. Wanita selalu digambarkan sebagai makhluk yang seksi karena memakai pakaian ini dan itu, yang mengeksplorasi tubuh perempuan sebagai daya tarik seks dan birahi. Ajaibnya jarang sekali dalam cerita-cerita seru tersebut ditampilkan perempuan berjilbab sebagai objek cerita (berbahagialah perempuan yang memakai jilbab). Kalau pun ada, dari sekian ratus cerita, tidak lebih dari 20 (dua puluh) cerita.

Jika ada pembaca yang tidak percaya, silahkan ditelusuri, banyak sekarang situs-situs sejenis yang masih beredar. Tinggal kita mengetik kata kunci "ce.... ...." (maaf, disamarkan - Red) pada search engine Yahoo ataupun Google maka akan muncul ratusan referensi. Dari pemaparan tersebut bisa disimpulkan (masih prematur kali) bahwa fenomena seks tanpa ikatan pada cerita-cerita seru/sex tersebut, yang setidaknya benar-benar terjadi ataupun sekedar rekayasa penulisnya merupakan gambaran kecil bagaimana naluri seksual laki-laki bangkit dan menghendaki penuntasan/pemuasan.

Jika kemudian saya menyimpulkan bahwa fenomena tersebut terjadi karena kebanyakan perempuan Indonesia sadar atau tidak mengumbar dan mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya yang dalam Islam adalah aurat, bagian-bagian tubuh wanita yang tidak boleh diperlihatkan kepada yang bukan muhrimnya, bukan berarti saya bermaksud untuk menimpakan semua kesalahan kepada wanita, tapi setidaknya dari kasus tersebut bisa kita petik asumsi awal bahwa "pameran aurat" perempuan bisa menjadi pemicu "khayalan liar" laki-laki, walaupun tetap tergantung laki-laki mampu mengekangnya atau tidak.

Tragisnya, sebagian besar wanita Islam tidak menyadari hal tersebut. Sampai-sampai seorang Ustadz mengatakan remaja-remaja putri kita sudah tidak memiliki malu terutama dalam hal berpakaian, pakaian bagian atas mulai turun, sebaliknya bagian bawah dinaikkan. "Itu mah fashion jaman jahiliyah" kata beliau. (terserah pembaca menafsirkan, soalnya itu menurut beliau, bukan saya).

Maka jangan heran dengan tingkat kejahatan seksual di Indonesia yang sangat tinggi, hubungan seksual tanpa ikatan pernikahan, pelacuran, aborsi dan lain-lain. Nah sekarang kita tinggal memilih, jilbab / kerudung / hijab atau apapun namanya mengekang ataukah "membebaskan / melindungi" wanita.
Silahkan memilih !.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun