Kesemua pengamatan fisik tersebut kemudian diolah, sadar atau tidak oleh penulisnya yang pada akhirnya membangkitkan gairah/berahinya. Kemudian dengan tekad kuat (ceileh!) akan melakukan segala cara untuk merealisasikan keinginan seksulnya tersebut, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Singkat cerita si penulis berhasil melampiaskan cita-citanya (he.. he..).
Faktanya, 90% cerita-cerita seru tersebut memiliki alur cerita seperti tersebut di atas. Wanita selalu digambarkan sebagai makhluk yang seksi karena memakai pakaian ini dan itu, yang mengeksplorasi tubuh perempuan sebagai daya tarik seks dan birahi. Ajaibnya jarang sekali dalam cerita-cerita seru tersebut ditampilkan perempuan berjilbab sebagai objek cerita (berbahagialah perempuan yang memakai jilbab). Kalau pun ada, dari sekian ratus cerita, tidak lebih dari 20 (dua puluh) cerita.
Jika ada pembaca yang tidak percaya, silahkan ditelusuri, banyak sekarang situs-situs sejenis yang masih beredar. Tinggal kita mengetik kata kunci "ce.... ...." (maaf, disamarkan - Red) pada search engine Yahoo ataupun Google maka akan muncul ratusan referensi. Dari pemaparan tersebut bisa disimpulkan (masih prematur kali) bahwa fenomena seks tanpa ikatan pada cerita-cerita seru/sex tersebut, yang setidaknya benar-benar terjadi ataupun sekedar rekayasa penulisnya merupakan gambaran kecil bagaimana naluri seksual laki-laki bangkit dan menghendaki penuntasan/pemuasan.
Jika kemudian saya menyimpulkan bahwa fenomena tersebut terjadi karena kebanyakan perempuan Indonesia sadar atau tidak mengumbar dan mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya yang dalam Islam adalah aurat, bagian-bagian tubuh wanita yang tidak boleh diperlihatkan kepada yang bukan muhrimnya, bukan berarti saya bermaksud untuk menimpakan semua kesalahan kepada wanita, tapi setidaknya dari kasus tersebut bisa kita petik asumsi awal bahwa "pameran aurat" perempuan bisa menjadi pemicu "khayalan liar" laki-laki, walaupun tetap tergantung laki-laki mampu mengekangnya atau tidak.
Tragisnya, sebagian besar wanita Islam tidak menyadari hal tersebut. Sampai-sampai seorang Ustadz mengatakan remaja-remaja putri kita sudah tidak memiliki malu terutama dalam hal berpakaian, pakaian bagian atas mulai turun, sebaliknya bagian bawah dinaikkan. "Itu mah fashion jaman jahiliyah" kata beliau. (terserah pembaca menafsirkan, soalnya itu menurut beliau, bukan saya).
Maka jangan heran dengan tingkat kejahatan seksual di Indonesia yang sangat tinggi, hubungan seksual tanpa ikatan pernikahan, pelacuran, aborsi dan lain-lain. Nah sekarang kita tinggal memilih, jilbab / kerudung / hijab atau apapun namanya mengekang ataukah "membebaskan / melindungi" wanita.
Silahkan memilih !.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H