Pernahkah kita bertemu dengan seseorang yang sudah sudah menikah bahkan sudah punya anak, tapi tingkah lakunya kita anggap kurang dewasa? Kita sering menghubungkan ketidakdewasaan seseorang dengan sikap kurang bertanggung jawab dan kurang mandiri.Â
Apa sih sebetulnya yang paling pokok dalam menilai seseorang itu dewasa atau tidak? Walaupun secara fisik badannya tumbuh sempurna, umurnya pun sudah dianggap dewasa secara negara (diatas 18 tahun) bahkan sudah setengah baya, belum bisa dipastikan bahwa seseorang telah dewasa secara mental.
Secara umum konsep kedewasaan dilihat dapat dilihat dari sisi usia dan sisi mental. Secara usia, seseorang digolongkan dewasa setelah melewati masa remaja, kira-kira akhir usia belasan atau dimulai dari 20 tahun. Kalau memakai ukuran akademik, usia dewasa itu dimulai paska SMA.Â
Ada dewasa junior, yang dimulai dari 20-35 tahun-an, dan ada dewasa senior, 35-50 tahun-an. Sumber
Ciri-ciri seseorang telah dewasa secara mental menurut Gordon Allport, 1961) adalah:
- Punya sense of self yang semakin kuat, misalnya bisa mengambil keputusan untuk dirinya tanpa mengandalkan orang lain layaknya anak-anak
- Dapat menjalin hubungan dengan orang lain secara sehat / hangat, baik secara khusus atau umum
- Punya kematangan emosi sehingga mood-nya tidak 100% bergantung pada aksi atau reaksi orang lain / keadaan.
- Bisa menerima dirinya secara sehat dan seimbang, misalnya sudah mulai tahu kelebihan dan kekurangan sehingga tidak melakukan sesuatu hanya berdasarkan keinginan semata.
- Bisa membuat pendapat, persepsi, dan bertindak sesuai dengan kenyataan di luar dirinya.
- Bisa menjalani hidup sesuai dengan hukum kehidupan yang berlaku sehingga harmonis hidupnya
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kedewasaan seseorang yaitu pola asuh orang tua, pengalaman, kepribadian, lingkungan dan biologis.
Kalau melihat beberapa kriteria dewasa secara mental, bisa jadi masih banyak diantara kita yang masih berjuang menuju ke tahap tersebut. Kabar baiknya, kedewasaan adalah suatu kondisi yang tidak konstan dan terus berproses. Seseorang bisa meningkatkan level kedewasaan secara emosional asalkan kita mau berproses memperbaiki diri dan berfikiran terbuka (open minded) untuk menuju kondisi yang lebih baik.
Menurut Hogan dan Roberts (2004), orang dewasa tidak selalu memusingkan perkataan orang lain yang selalu menuntutnya untuk sempurna. Orang dewasa mampu mengenali diri mereka sendiri, namun dapat melakukan introspeksi diri jika itu positif. Jika bagi orang lain ada hal yang salah, tentu orang dewasa berusaha memperbaiki diri dan belajar dari kesalahan. Berusaha memahami perspektif orang lain mengenai diri kita itu perlu.
Kita dapat melakukan beberapa upaya untuk mencapai level yang lebih tinggi dari kedewasaan mental diantaranya adalah: lebih mengenali diri kita sendiri, berlatih menetapkan tujuan/target yang ingin dicapai, berlatih mengendalikan emosi, berlatih gigih dan tekun untuk mencapai tujuan, berlatih menghormati pendapat orang lain serta mendengarkan orang lain, belajar menerima kegagalan, belajar lebih banyak memberi dan memaafkan.
Apabila pada saat ini kita sedang menghadapi banyak masalah, jangan berkecil hati. Karena apabila kita lihat dari sisi positif, kondisi ini bisa menjadi sesuatu yang menantang. Saat karena kita mampu dan berhasil melewatinya dengan baik, maka artinya kita telah berhasil menyelesikan latihan terbaik dalam proses menuju kondisi pendewasaan mental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H