Hari kelima, tim memberikan pembekalan pengembangan diri melalui SWOT dan MBTI, dilanjutkan dengan games, dan sharing sessions bersama perwakilan siswa dari ekstrakurikuler KSPAN serta PMR. Kegiatan ini dimulai dari pukul 08.00-13.00 WITA. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk membantu siswa-siswi SMAN 2 Denpasar mengenali potensi diri mereka sehingga mereka dapat lebih percaya diri dalam mengambil keputusan yang sehat dan positif, terutama terkait dengan pencegahan HIV/AIDS.
Pembekalan SWOT bertujuan agar para peserta dapat memahami kekuatan dan kelemahan pribadi mereka, serta peluang dan ancaman yang mungkin mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melakukan analisis SWOT, siswa diharapkan mampu mengevaluasi diri mereka secara lebih objektif dan strategis sehingga mereka dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghindari risiko-risiko yang terkait dengan perilaku berisiko, termasuk seks bebas. Sesi ini memberikan ruang bagi siswa untuk merenung dan mengenal diri mereka lebih dalam.
Selanjutnya, metode MBTI diperkenalkan untuk membantu siswa memahami tipe kepribadian mereka. Melalui MBTI, mereka dapat mengidentifikasi kecenderungan sifat dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Pemahaman ini penting dalam konteks pengembangan diri dan pengambilan keputusan yang bijak, terutama dalam situasi sosial yang mungkin mempengaruhi perilaku dan pilihan hidup mereka. Dengan mengetahui tipe kepribadian mereka, peserta dapat lebih mudah mengelola diri dalam situasi yang rentan terhadap tekanan sosial.
Setelah sesi pembekalan, kegiatan dilanjutkan dengan sharing sessions bersama perwakilan siswa dari ekstrakurikuler KSPAN dan PMR. Dalam sesi ini, para siswa KSPAN dan PMR berbagi pengalaman mereka dalam berpartisipasi kegiatan kesehatan dan edukasi. Diskusi ini juga memberikan perspektif tentang pentingnya partisipasi aktif remaja dalam program-program kesehatan di sekolah, serta bagaimana mereka bisa menjadi agen perubahan dalam pencegahan HIV/AIDS. Sharing ini memperkuat nilai kolaborasi dan kepemimpinan di antara siswa. Sebagai penutup, kegiatan diakhiri dengan sesi permainan yang bertujuan untuk memperkuat kebersamaan dan rasa saling mendukung antar peserta. Permainan ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga untuk menumbuhkan kepercayaan diri, kerja tim, dan komunikasi yang efektif di antara para siswa.
Hari keenam, melakukan medical check-up untuk remaja di SMAN 2 Denpasar, praktik cara melakukan alat rapid test HIV, monitoring evaluasi, penyerahan kartu FORSHIVA, penyerahan hadiah, dan juga penyerahan plakat kepada SMAN 2 Denpasar sebagai bentuk apresiasi karena sudah berkenan menjadi mitra pengabdian masyarakat kami. Kegiatan ini dilakukan dari pukul 08.00 - 13.00 WITA. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi para siswa untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka, sekaligus membekali mereka dengan pengetahuan praktis mengenai deteksi dini HIV. Program ini juga menekankan pentingnya evaluasi untuk menilai dampak keseluruhan dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
Kegiatan diawali dengan pelaksanaan medical check-up untuk para siswa. Pemeriksaan kesehatan ini mencakup pengecekan dasar seperti tekanan darah, berat badan, tinggi badan, pemeriksaan gula darah, serta kondisi umum kesehatan remaja. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa para peserta memiliki kesadaran akan kesehatan fisik mereka, serta untuk mendeteksi secara dini jika ada masalah kesehatan yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Program ini didukung oleh mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat yang memberikan informasi tambahan mengenai pentingnya pola hidup sehat dalam pencegahan penyakit, termasuk HIV/AIDS.
Selanjutnya, para siswa diperkenalkan dengan cara menggunakan alat rapid test HIV. Dalam sesi ini, mereka diajarkan langkah-langkah praktis melakukan tes HIV dengan cepat dan akurat. Praktik ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga untuk mengurangi stigma yang seringkali melekat pada pengujian HIV. Dengan pengetahuan ini, para siswa diharapkan lebih terbuka dalam mendiskusikan isu terkait kesehatan reproduksi dan berani melakukan tes HIV ketika diperlukan.
Setelah sesi praktik, kegiatan dilanjutkan dengan sesi monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk menilai efektivitas program secara keseluruhan. Siswa diminta untuk memberikan umpan balik terkait pengalaman mereka selama mengikuti rangkaian kegiatan FORSHIVA. Evaluasi ini penting untuk mengukur sejauh mana pemahaman mereka tentang HIV/AIDS telah meningkat, serta bagaimana mereka memandang pentingnya pencegahan perilaku berisiko. Tim pelaksana juga menggunakan sesi ini untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dalam program serupa di masa mendatang. Dengan adanya medical check-up dan praktik langsung, program FORSHIVA memberikan pengalaman yang lebih holistik kepada para remaja sehingga mereka tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Evaluasi program FORSHIVA dalam upaya pencegahan HIV/AIDS melalui permainan kartu atraktif di Denpasar menunjukkan dampak positif yang signifikan. Program ini berhasil menarik perhatian remaja dengan metode yang interaktif dan menyenangkan. Melalui permainan kartu, peserta dapat belajar tentang pencegahan HIV/AIDS secara langsung, yang membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang isu ini. Data pra dan pasca program menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS hingga 13%, mencerminkan efektivitas metode yang digunakan. Sampel dari SMAN 2 Denpasar menunjukkan bahwa remaja yang diperiksa dinyatakan negatif HIV.
Partisipasi remaja dalam program ini juga sangat baik. Sekitar 50 remaja dari berbagai latar belakang mengikuti sesi permainan, yang menunjukkan minat tinggi dalam pembelajaran tentang kesehatan. Selain itu, keterlibatan guru sebagai pendamping memberikan dukungan tambahan, menciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung. Umpan balik dari peserta menyatakan bahwa mereka merasa lebih percaya diri untuk berdiskusi tentang HIV/AIDS, dan ini adalah langkah penting dalam mengurangi stigma yang masih ada di masyarakat.